• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Warta

Hari Guru Nasional, Inilah Tiga Istilah Pendidikan dalam Islam

Hari Guru Nasional, Inilah Tiga Istilah Pendidikan dalam Islam
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandar Lampung, Kiai Abdul Aziz pada Hari Guru Nasional (HGN) di Madrasah Aliyah (MA) Al Hikmah Bandar Lampung, Sabtu (25/11/2023). (Foto: Istimewa).
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandar Lampung, Kiai Abdul Aziz pada Hari Guru Nasional (HGN) di Madrasah Aliyah (MA) Al Hikmah Bandar Lampung, Sabtu (25/11/2023). (Foto: Istimewa).

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Dalam dunia pendidikan Islam ada tiga istilah yang menjadi metode bagi seorang guru ketika mengajar para siswa maupun santri yaitu taklim, ta’dib, dan tarbiyah.

 

Pernyataan tersebut disampaikam oleh Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandar Lampung, Kiai Abdul Aziz pada Hari Guru Nasional (HGN) di Madrasah Aliyah (MA) Al Hikmah Bandar Lampung, Sabtu (25/11/2023).

 

Pertama, taklim yakni metode sekadar proses mentransfer ilmu dari seorang guru kepada murid-muridnya.

 

“Istilah taklim hanya sekadar proses transfer ilmu dari seorang guru kepada murid-muridnya, sehingga tidak menfokuskan yang lainnya,” ujarnya.

 

Kedua, ta’dib merupakan istilah seorang guru yang memperhatikan akhlak para murid-muridnya, dan tidak menfokuskan kepada yang lainnya.

 

“Istilah ta’dib yakni metode seorang guru yang mendidik akhlak para muridnya,” ungkapnya.

 

Menurut Wakil Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Bandar Lampung, ketiga, tarbiyah yaitu metode yang menggabungkan keduanya.

 

Tarbiyah merupakan metode yang menggabungkan taklim dan ta’dib, yakni guru bukan hanya sekadar mentransfer ilmu tetapi sekaligus mendidik akhlak para murid,” katanya.

 

Sehingga seorang guru harus mendidik para murid dengan ilmu juga dengan akhlak. Bukan sekadar transfer ilmu belaka, tetapi ada tanggungjawab akhlak dan ilmu di dunia hingga akhirat.

 

“Ketika Jepang terkena bom Atom di Nagasaki dan Hiroshima, pertama kali yang ditanyakan oleh pemimpin Jepang, Kaisar Hirohito adalah jumlah guru yang tersisa,” tuturnya.

 

Ia melanjutkan, karena dengan adanya guru, menjadikan nasib anak bangsa bisa kembali cemerlang dan maju.

 

Seorang guru yang pintar maka akan melahirkan murid yang pintar, seorang guru yang mulia akan menjadikan para murid memiliki akhlak yang baik. Dan ketika guru memiliki komitmen yang tinggi, maka akan melahirkan generasi pemimpin di masa yang akan datang.

 

“Maka hormati para guru, karena guru yang memberikan ilmu dan memperhatikan akhlak. Sayyidina Ali pernah mengatakan saya siap menjadi budak (hamba) terhadap orang yang mengajariku satu huruf,” katanya.

 

Ketika seorang murid mau menghormati para guru-gurunya, maka ilmunya akan bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Sehingga hidupnya akan sukses dan berkah.

(Yudi Prayoga)


Warta Terbaru