• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Warta

Beda Moderasi Beragama, Moderasi Agama, dan Modernisasi Agama

Beda Moderasi Beragama, Moderasi Agama, dan Modernisasi Agama
Sarasehan Kebangsaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pringsewu yang digelar di Hotel Urban Pringsewu, Kamis (14/9/2023).. (Foto: NU Online/faizin)
Sarasehan Kebangsaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pringsewu yang digelar di Hotel Urban Pringsewu, Kamis (14/9/2023).. (Foto: NU Online/faizin)

Pringsewu, NU Online Lampung

Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Lampung Dr. H. Puji Raharjo mengungkapkan masih adanya pihak-pihak yang belum memahami maksud dari moderasi beragama. Ia menjelaskan bahwa moderasi beragama beda dengan moderasi agama ataupun modernisasi agama.


Moderasi beragama jelasnya adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan umum berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.


Sementara istilah moderasi agama adalah istilah yang menunjukkan bahwa agamalah yang perlu dimoderasi. Padahal seperti diyakini, bahwa agama diturunkan oleh Tuhan melalui Rasul sudah memiliki paham yang moderat sehingga tidak perlu dimoderasi.


sedangkan modernisasi agama bermakna upaya untuk memodernisasi agama karena menilai agama tidak mengikuti perkembangan zaman alias ketinggalan zaman.


“Padahal kita umat beragama yakin dan percaya betul bahwa agama yang kita anut itu agama yang sesuai hingga akhir zaman. Sehingga tidak perlu dimodernisasi,” ungkapnya saat berbicara pada Sarasehan Kebangsaan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pringsewu yang digelar di Hotel Urban Pringsewu, Kamis (14/9/2023).


Jadi ia mengingatkan masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh narasi-narasi yang tidak benar tentang program pemerintah terkait moderasi beragama. Moderasi beragama menurutnya merupakan jawaban atas berbagai fenomena keberagamaan yang dihadapi di era modern saat ini.


Ia pun menyebut tiga tantangan dalam kehidupan keagamaan di era digital saat ini. Hal itu adalah (1) berkembangnya cara pandang, sikap, dan praktik beragama secara berlebihan yang mengesampingkan martabat kemanusiaan, (2) berkembangnya klaim kebenaran subjektif dan pemaksaan kehendak atas tafsir agama serta pengaruh kepentingan ekonomi dan politik yang bisa memicu konflik, dan (3) berkembangnya semangat beragama yang tidak selaras dengan kecintaan berbangsa dalam bingkai NKRI.


Sementara Penjabat Bupati Pringsewu dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Bupati Pringsewu Hipni mengatakan bahwa moderasi beragama adalah prinsip penting dalam kehidupan masyarakat yang beragam secara keagamaan. Prinsip ini menekankan pentingnya menjaga keseimbangan, toleransi, dan kerukunan antarumat beragama dalam sebuah masyarakat. Moderasi beragama sangat penting untuk mempertahankan Kerukunan Sosial.


“Moderasi beragama membantu mencegah konflik dan ketegangan antarumat beragama. Ini menciptakan lingkungan yang harmonis di mana orang-orang dengan keyakinan yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai,” ungkapnya.


Moderasi beragama menurutnya juga penting untuk Mencegah ekstremisme dan radikalisasi serta bisa memberi Kontribusi pada pembangunan berkelanjutan masyarakat yang beragama moderat cenderung lebih stabil secara sosial dan politik. Ini menciptakan lingkungan yang lebih kondusif untuk pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.


“Moderasi beragama adalah prinsip penting dalam memastikan masyarakat yang beragam secara keagamaan dapat hidup bersama dengan damai dan harmonis. Ini merupakan landasan bagi toleransi, kerukunan, dan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penting untuk mempromosikan dan menerapkan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kebijakan publik,” lanjutnya. (Muhammad Faizin)


Editor:

Warta Terbaru