• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Syiar

Mengapa Dinamakan Ramadhan?

Mengapa Dinamakan Ramadhan?
foto KH Ahmad Ishomuddin
foto KH Ahmad Ishomuddin

Oleh: KH. Ahmad Ishomuddin

 

PADA bulan Ramadhan umat Islam yang beriman dan memenuhi syarat-syarat serta rukun-rukun puasa diwajibkan untuk berpuasa. Tidak dibenarkan bagi mereka meninggalkan ibadah puasa wajib tersebut kecuali bagi mereka yang mendapatkan alasan wajib atau boleh meninggalkannya karena alasan yang sudah ditentukan di dalam ajaran agama, sebagaimana diuraikan dalam kitab-kitab fikih.

 

Ramadhan adalah nama bulan yang sudah dikenal, baik oleh kaum muslim, maupun non muslim. Ramadhan adalah salah satu nama bulan ke-sembilan dalam sistem kalender Hijriah, yakni nama bulan yang berada di antara bulan Sya'ban dan bulan Syawal.

 

Ramadhan oleh Rasulullah digelar sebagai "Sayyid al-Syuhur” (penghulu bagi bulan-bulan lainnya). Ramadhan merupakan bulan yang paling utama dibandingkan bulan-bulan lainnya, lalu bulan Muharram, kemudian bulan Rajab, selanjutnya Dzulhijjah, kemudian bulan Dzulqa'dah, kemudian bulan Sya'ban, lalu bulan-bulan sisanya.

 

Karena keutamaannya itulah maka menurut seorang ahli hadits, yakni Ibnu Hajar, bahwa berharap agar Ramadhan lekas berlalu tergolong dosa besar.

 

Kata "Ramadhan" (رمضان) dalam bahasa Arab adalah kata benda berbentuk tunggal yang huruf terakhirnya tidak boleh diberi tanda baca tanwin, yang dalam ilmu tata bahasa Arab disebut dengan isim ghairu munsharif (kata benda yang huruf akhirnya tidak menerima tanwin). Ada dua alasan mengapa kata Ramadhan tidak diberi tanda baca tanwin yaitu al-'alamiyyah (bersifat nama) dan al-ziyadah (ada tambahan huruf alif dan nun pada akhir katanya). Kata Ramadhan ini dengan demikian berasal dari kata "al-Ramdlu" (الرمض) yang berarti menjadi terbakar karena panas yang amat sangat dari batu-batu kerikil yang panas (الرمضاء).

 

Adapun bentuk jamak dari kata "Ramadhan" (رمضان) adalah ramadlanat (رمضانات), ramadlanin (رمضانين), armidlatun (أرمضة), ramadl (رماض), armadlu (أرمض), aramidlu (أراميض), ramadla (رماضى), dan al-Jauhari menambahkan armadla' (أرمضاء).

 

Ada beberapa pendapat yang berbeda terkait mengapa bulan tersebut dinamakan bulan Ramadhan:

 

Pertama, bahwa bangsa Arab saat menukil nama-nama bulan dari bahasa kuno, mereka menamainya dengan satu peristiwa yang terjadi pada masa itu, maka bulan Ramadhan ini bersesuaian dengan masa panas ketika itu. Sehingga kata "Ramadhan" (رمضان) adalah derivat dari kata "al-ramdla'" (الرمضاء) yang berarti "bebatuan yang panas (الحجارة الحارة)."

 

Kedua, dinamakan Ramadhan karena panasnya perut orang yang berpuasa sebab menahan lapar dan dahaga pada waktu tersebut.

 

Ketiga, dinamakan Ramadhan karena dosa-dosa dibakar hangus dengan hati yang panas. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik radliya Allahu 'anhu, dari Nabi shalla Allahu' alaihi wa sallama, bersabda,

 

إنما سمي رمضان لأنه يحرق الذنوب (الذر المنثور ١٨٣/١)

 

"Dinamakan Ramadhan karena ia membakar dosa-dosa."

 

Dengan kata lain, yang dimaksud dengan hal itu adalah bahwa disyariatkan untuk berpuasa pada bulan Ramadhan, bukan pada bulan selainnya, agar maknanya cocok dengan namanya.

 

Keempat, bahwa di antara kebaikan bulan Ramadhan itu seperti al-Ramdlu, yaitu المطر إذا كان في آخر القيظ وأول الخريف. (apabila hujan terjadi pada akhir musim panas dan awal dari musim semi).

 

KH. Ahmad Ishomuddin, Akademisi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung


Syiar Terbaru