• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Syiar

Makna Kata Insyaallah yang Sering Disalahpahami

Makna Kata Insyaallah yang Sering Disalahpahami
Ilustrasi tulisan Insyaallah (Sumber: NU Online)
Ilustrasi tulisan Insyaallah (Sumber: NU Online)

Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengarkan pengucapan kata “insyaallah”. Biasanya kata itu diucapkan saat menjanjikan sesuatu, baik janji untuk hadir di suatu pertemuan, atau janji untuk melaksanakan suatu pekerjaan.


Meski begitu, kata ini sering dipakai begitu saja tanpa menyesuaikan makna dan penggunaan yang seharusnya. Kata “insyaallah” kerap diucapkan untuk janji yang potensial untuk dilanggar, komitmen yang tidak teguh, atau harapan yang tidak pasti. 


Sehingga seolah-olah arti insyaallah adalah: saya tidak janji. Akibatnya, ketika seseorang mengucap insyaallah, maka yang mendengar ucapan tersebut, atau orang yang dituju atas ucapan tersebut, langsung menanggapi negatif dan tidak bisa berharap utuh pada janji seseorang itu.


Meski lebih sering kita jumpai seperti itu, bukan berarti semua pengucap kata insyaallah itu adalah orang yang sudah berniat mengingkari janjinya. Dilansir dari Makna Kata Insyaallah yang Sering Disalahpahami, penyebutan insyaallah yang seperti itu adalah salah kaprah alias kekeliruan yang sudah menjadi kebiasaan.


Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat al-Kahfi ayat 23-24 mengatakan: 


وَلا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا . إِلّا أَنْ يَشَاءَ الله


Artinya: Dan janganlah engkau mengatakan tentang sesuatu, “Aku akan melakukannya besok. Kecuali jika Allah menghendaki atau mengucapkan insyaallah”.


Dengan demikian, mengucapkan kata insyaallah sesungguhnya bersumber dari perintah Al-Qur’an. Secara literal ia berarti “jika Allah menghendaki”. 


Ayat ini mengandung pendidikan bagi pengucapnya tentang pentingnya rendah hati. Tidak terlalu mengandalkan kemampuan pribadi karena ada kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya.


Mengucapkan insyaallah juga bentuk keinsafan bahwa di balik segala peristiwa ada Sang Penentu. Tak selalu apa yang kita inginkan terwujud. Seluruhnya bersifat tidak pasti, dan justru karena itulah manusia dituntut berikhtiar.


Kata “insyaallah” merupakan wujud pengakuan atas kelemahan diri di hadapan Allah sembari bekerja keras karena proses yang ditempuhnya belum menemukan kepastian hasil. Manusia memang dilarang memastikan perbuatan yang masih dalam rencana, karena yang demikian termasuk cermin keangkuhan. 


Manusia tidak mungkin mengandalkan secara mutlak dirinya sendiri. Sebagai makhluk, ia membutuhkan Sang Khaliq. Seberapa pun besar jerih payah seseorang, tetaplah ia sebatas pada level ikhtiar. Allah telah menganugerahi manusia nurani, akal, tenaga, dan segenap kemampuan lainnya. 


Semua itu merupakan modal sekaligus tanggung jawab untuk dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Islam mengajarkan umatnya untuk berusaha, menyusun rencana, dan mempersiapkan diri. Selebihnya adalah tawakal atau kepasrahan total atas kehendak Allah.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ


Artinya:  Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya setiap pribadi memerhatikan apa yang dia persiapkan untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan (QS Al-Hasyr: 18).


Tawakal adalah sikap yang muncul dari kesadaran manusia atas dirinya yang dla‘îf di hadapan Rabb. Menggantungkan keputusan final kepada Sang Pencipta selepas daya upaya dikerahkan secara maksimal. 


Sikap inilah yang membuatnya selalu merasa penting untuk berdoa, memohon pertolongan dan petunjuk sehingga kehendak yang dirumuskannya diridlai dan dikabulkan Allah swt. Dan bilapun tak terkabul, juga tak lantas menyesali diri sendiri karena sejak awal memang sudah memasrahkan hasil bukan kepada diri sendiri. 


Dengan demikian, dapat disimpulkan, insyaallah bukan ucapan basa-basi atau tempat berlindung dari ketidakteguhan janji. Insyaallah mengandung pendidikan tentang sikap tawaduk, penghayatan kepada makna hakiki insyaallah juga membawa manusia pada puncak kesadaran tauhid, bahwa hanya Allah tempat bergantung segala sesuatu. 


Dengan memahami itu, hendaknya kita tidak lagi salah kaprah dalam memaknai dan mengucapkan insyaallah. Karena sesungguhnya kata insyaallah mengandung makna yang sangat mulia.
 


Syiar Terbaru