• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 29 Juni 2024

Syiar

Lafal Niat dan Tata Cara Shalat Idul Adha

Lafal Niat dan Tata Cara Shalat Idul Adha
Ilustrasi idul adha (Foto: NU Online)
Ilustrasi idul adha (Foto: NU Online)

Shalat Idul Adha adalah salah satu ibadah penting dalam agama Islam yang dilaksanakan setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Momen ini tidak hanya menjadi tanda ketaatan kepada Allah swt, tetapi juga memperkuat rasa kebersamaan dalam umat Islam. 


Untuk melaksanakan shalat Idul Adha dengan benar, penting bagi kita untuk memahami lafal niat dan tata caranya sesuai sunnah. Shalat Idul Adha hukumnya adalah sunnah muakkad yang artinya sangat dianjurkan meskipun bukan wajib. 


Syarat dan rukun shalat Id hampir sama dengan shalat lain, namun ada beberapa perbedaan teknis. Perbedaan ini perlu kita ingat, karena pelaksanaan masing-masing shalat Id hanya satu tahun sekali, sehingga dikhawatirkan lupa. Shalat Id tidak didahului dengan adzan maupun iqamah. 


Untuk shalat Idul Adha, dianjurkan mengawalkan waktu demi memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian shalat Id. Shalat Id dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan terdapat khutbah setelahnya.


Berikut tata cara dan shalat Id secara tertib sebagaimana disarikan dari kitab Fashalatan karya Syekh KHR Asnawi, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama asal Kudus. 


Pertama, shalat Id didahului niat yang jika dilafalkan akan berbunyi “ushalli sunnatan li ‘idil adha imaman/makmuman” jika menjadi makmun, memakai makmuman.


أُصَلِّيْ  سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَـــالَى


Artinya: Aku berniat shalat sunnah Idul Adha dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.


Kedua, takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca:   


اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Artinya: Allah Mahabesar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Mahasuci Allah, baik waktu pagi dan petang.


Atau boleh juga membaca:   


سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ 


Artinya: Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah Mahabesar.


Ketiga, membaca Surat al-Fatihah. Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat al-A’la. Berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa. 


Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allahu akbar” seperti sebelumnya. Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua di atas. Usai membaca Surat al-Fatihah, pada rakaat kedua ini dianjurkan membaca Surat al-Ghasyiyah. Berlanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.  


Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah Idul Adha terlebih dahulu hingga rampung. Kecuali bila shalat Id ditunaikan tidak secara berjamaah.


Pada momen Idul Adha, umat Islam dianjurkan memperbanyak takbir. Takbiran dilaksanakan hingga selesainya hari tasyriq, yakni 11, 12, 13 Dzulhijjah. Takbiran Hari Raya Idul Adha dilakukan tiap selesai shalat fardhu.


Editor:

Syiar Terbaru