Syiar

Khutbah Jumat: Semua Manusia Sederajat di Hari Raya Kurban

Kamis, 5 Juni 2025 | 07:54 WIB

Khutbah Jumat: Semua Manusia Sederajat di Hari Raya Kurban

Semua manusia derajatnya sama dihadapan Allah (Kaligrafi: NU Online)

Kesetaraan umat manusia adalah prinsip moral dan sosial yang menyatakan bahwa semua manusia memiliki nilai, hak, dan martabat yang sama, tanpa memandang ras, jenis kelamin, agama, status sosial, orientasi seksual, latar belakang ekonomi, atau faktor lainnya. Ini adalah salah satu fondasi utama dalam hak asasi manusia dan keadilan sosial.

 

Khutbah I

 

   الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ. أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ ، وَتَفَكَّرُوْا فِي نِعَمِ رَبِّكٌمْ وَاشْكُرُوْهُ، وَاذْكُرُوا آلَاءَ اللهِ وَتَحَدَّثُوا بِفَضْلِهِ وَلَا تَكْفُرُوْهُ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ﴿ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ﴾، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ الْحَبِيْبُ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ  

 

Hadirin sidang Jumat yang berbahagia,

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang tulus, hidup kita penuh berkah, hati kita menjadi tenang, dan amal kita diterima di sisi-Nya.

 

Hari ini kita berada di bulan Dzulhijjah, bulan yang penuh keutamaan, bulan di mana kaum Muslimin di seluruh dunia melaksanakan ibadah kurban dan saudara-saudara kita yang berhaji ke Makkah sedang menyelesaikan rangkaian ibadah hajinya, dan seluruh umat Muslim bertakbir, mengagungkan nama Allah swt.

 

Di tengah kemuliaan bulan ini, mari kita renungkan salah satu nilai agung yang terkandung dalam ibadah kurban: kesederajatan manusia di hadapan Allah. Dalam momentum ini, mari kita tegaskan kembali bahwa dalam Islam, tidak ada keutamaan seseorang atas yang lain kecuali karena takwa.

 

Allah swt berfirman dalam Surah Al-Hujurat ayat 13:

 

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ۝١٣

 

Artinya: Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti (Al-Hujurat: 13).

 

Ayat ini dengan sangat jelas menegaskan bahwa seluruh manusia memiliki derajat yang sama. Tidak ada perbedaan nilai kemanusiaan antara si kaya dan si miskin, antara bangsawan dan rakyat biasa, antara kulit putih dan kulit hitam, atau antara bangsa Arab dan non-Arab.

 

Ma’asyiral Muslimin,

Ibadah kurban adalah simbol dari keikhlasan, pengorbanan, dan ketaatan kepada Allah. Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang bersedia menyembelih putranya Ismail ‘alaihissalam atas perintah Allah, tidak mempertanyakan kedudukannya sebagai Nabi atau status keluarganya. Ismail, meskipun anak dari seorang Nabi, tidak menolak perintah Allah. Keduanya menunjukkan bahwa dalam menjalankan perintah Allah, semua manusia adalah hamba yang setara—yang dinilai bukan dari keturunan atau status sosial, tetapi dari ketaatan dan ketakwaan.

 

Rasulullah saw juga menegaskan dalam khutbah hajinya:

 

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى

 

Artinya: Wahai sekalian umat manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu satu (esa). Nenek moyangmu juga satu. Ketahuilah, tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa selain Arab (Ajam), dan tidak ada kelebihan bangsa lain (Ajam) terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah (puith) terhadap yang berkulit hitam, tidak ada kelebihan yang berkulit hitam dengan yang berkulit merah (putih), kecuali dengan takwanya (HR Ahmad, 22978).

 

Betapa mulianya ajaran Islam ini. Di saat dunia masih terjerat oleh stratifikasi sosial dan rasisme, Islam telah membebaskan manusia dari belenggu perbedaan lahiriah dan menekankan nilai manusia pada akhlak dan amalnya.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Penyembelihan hewan kurban juga mengajarkan kepada kita tentang keadilan sosial. Daging kurban dibagikan tidak hanya kepada keluarga, tapi juga kepada fakir miskin, tetangga, dan siapa saja yang membutuhkan. Ini menjadi wujud nyata dari kesetaraan dan solidaritas sosial dalam Islam. Tidak ada yang lebih mulia di hadapan Allah hanya karena kekayaannya, dan tidak ada yang hina karena kemiskinannya.

 

Di hari raya ini, kita melihat anak-anak miskin bisa menikmati daging yang mungkin hanya mereka temui setahun sekali. Ini menunjukkan bahwa dalam kebersamaan dan kepedulian, kita menghapus batas-batas sosial yang seringkali membatasi ukhuwah sesama manusia.

 

Ma’asyiral Muslimin,

Namun sayangnya, di tengah masyarakat kita, kesetaraan ini masih sering terabaikan. Masih ada yang memandang rendah orang lain karena status ekonomi, warna kulit, latar belakang pendidikan, atau bahkan perbedaan mazhab dan golongan. Padahal, Allah tidak menilai seseorang dari hal-hal tersebut.

 

Jika kita benar-benar ingin meneladani semangat ibadah kurban, maka kita harus menghapus semua bentuk kesombongan, diskriminasi, dan ketidakadilan. Kita harus memperlakukan semua manusia dengan adil, penuh kasih sayang, dan menghargai perbedaan sebagai rahmat.

 

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
 

Di hari raya kurban ini, mari kita perkuat kembali nilai ukhuwah Islamiyah kita. Mari kita tanamkan dalam diri bahwa kita semua adalah saudara. Tidak ada yang lebih tinggi derajatnya kecuali dengan takwa.

 

Mari kita jadikan momen hari raya ini sebagai ajang introspeksi, sejauh mana kita telah memperlakukan sesama manusia dengan adil. Apakah kita sudah menghapus kesombongan dan prasangka buruk? Apakah kita sudah memuliakan saudara-saudara kita yang berbeda status sosial? Apakah kita sudah menjadi umat yang benar-benar meneladani Rasulullah dalam memperlakukan manusia secara setara?

 

Jangan biarkan ibadah kurban hanya menjadi rutinitas tahunan yang kehilangan makna. Mari kita hayati setiap simbol dan pesan di baliknya. Seperti pisau yang mengalirkan darah hewan kurban, mari kita sembelih pula rasa sombong, angkuh, dan fanatisme golongan dari dalam diri kita.

 

Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah

Semoga kita termasuk orang-orang yang pasrah dan berserah terhadap perintah Allah. Apa pun yang Allah perintahkan, termasuk perintah untuk menjadi hamba yang bermanfaat bagi umat Islam lainnya.

 

Mari kita semua perkuat persaudaraan kita. Kita satu bangsa, kita keturunan Adam dan Hawa. Sesungguhnya, berbuat baik kepada orang lain tidak akan pernah rugi. Dengan kebaikan tersebut, kita terlepas dari sifat sombong dan jauh dari sifat-sifat kehewanan. Sesungguhnya Allah pasti sudah menyiapkan balasan dan keberkahan bagi siapa pun yang menjalankan perintah-Nya. Amin ya rabbal alamin.

 

   بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ  

 

Khutbah II

 

   اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا .. وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدَنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ   اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِوَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.  اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَ نَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ    عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ  

 

Ustadz Yudi Prayoga, M.Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung