Khutbah Idul Adha: Meneladani Kisah Nabi Ibrahim dan Ketauhidan yang Totalitas
Rabu, 4 Juni 2025 | 09:19 WIB
Yudi Prayoga
Penulis
Keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga yang saleh. Sang ayah, yaitu Ibrahim, serta istri dan kedua putranya, semuanya adalah hamba-hamba yang saleh. Saleh (shalih) artinya memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba.
Kisah Ibrahim dan keluarganya juga merupakan kisah teologi, kisah tauhid, kisah spiritual dan penghambaan yang total kepada Allah swt.
Khutbah I
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ. فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ. إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Segala puji hanya milik Allah swt, Dzat yang Mahaagung, yang mengutus para Nabi sebagai pembimbing menuju jalan yang lurus. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang setia mengikuti petunjuknya hingga hari akhir.
Pada momen yang mulia ini, yakni Idul Adha, hari besar umat Islam, hari raya kurban, hari raya bagi hamba-hamba yang berkurban dan berserah diri kepada Allah swt, mari kita renungkan kembali teladan agung dari Nabi Ibrahim as, seorang kekasih Allah (Khalilullah), yang kisah hidupnya menjadi inti dari perayaan ini.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Idul Adha rahimakumullah
Nabi Ibrahim as bukan hanya seorang Nabi besar. Beliau adalah simbol tauhid yang total dan pengorbanan yang luar biasa. Ketauhidan beliau bukan sekadar ucapan, tetapi sikap hidup, keyakinan, dan tindakan yang konsisten dalam semua aspek kehidupan.
Perhatikan bagaimana Al-Qur’an menggambarkan Nabi Ibrahim dalam surt An-Nahl ayat 120:
اِنَّ اِبْرٰهِيْمَ كَانَ اُمَّةً قَانِتًا لِّلّٰهِ حَنِيْفًاۗ وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۙ ١٢٠
Artinya: Sesungguhnya Ibrahim adalah imam (sosok anutan) yang patuh kepada Allah, hanif (lurus), dan bukan termasuk orang-orang musyrik (QS An-Nahl: 120).
Ayat ini menjelaskan bahwa Ibrahim adalah sosok yang hanif—yaitu lurus dalam tauhid—tidak tergoyahkan oleh kekuasaan, tradisi, bahkan rasa cinta kepada anak dan keluarga.
Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati Allah,
Ketika beliau diperintahkan untuk meninggalkan istrinya, Hajar, dan anaknya, Ismail, yang masih bayi di lembah gersang Makkah, beliau tidak ragu. Saat diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri, beliau tunduk sepenuh hati. Semua ini bukan bentuk kekejaman, tetapi ujian ketauhidan dan keimanan yang total.
Baca Juga
2 Syarat dan Ketentuan Hewan Kurban
Inilah nilai utama yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim: ketauhidan yang utuh dan tidak terbagi.
Dalam Al-Qur’an disebutkan:
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al-An’am: 162).
Ketika kita bisa mengamalkan ayat di atas, atau mengambil pelajaran dari kisah Nabi Ibrahim, maka sudah sepantasnya, bahwa segala sesuatu merupakan miliki Allah sematan, dan sesuatu yang ada pada diri kita, badan, jasad, ruh, yang ada di sekitar kita, keluarga, orang tua, anak, harta, merupakan titipan-Nya.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Pada momentum Idul Adha ini, mari kita tidak hanya melihat perayaan dari sisi ritual, tetapi juga dari sisi substansi dan spiritualitasnya. Kurban bukan sekadar menyembelih hewan, tetapi menyembelih semua bentuk penghambaan selain kepada Allah.
Mari kita bertanya pada diri sendiri:
Sudahkah hati kita bersih dari ketergantungan pada makhluk?
Sudahkah kita mendahulukan Allah dalam setiap pilihan hidup?
Sudahkah kita berserah diri kepada takdir-Nya sebagaimana Nabi Ibrahim dan Ismail berserah?
Ketauhidan bukan hanya akidah dalam pikiran, tetapi komitmen hidup yang terlihat dalam akhlak, keputusan, dan pengorbanan.
Nabi Ibrahim as berkata:
اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ حَنِيْفًا وَّمَآ اَنَا۠ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَۚ ٧٩
Artinya: Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku (hanya) kepada Yang menciptakan langit dan bumi dengan (mengikuti) agama yang lurus dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik (QS Al-An’am: 79).
Inilah esensi dari Idul Adha, kisah Nabi Ibrahim. Darinya kita belajar menyembelih keinginan dunia demi ketaatan kepada Allah. Kita belajar bahwa cinta kepada Allah harus melebihi cinta kepada siapa pun, bahkan kepada anak sendiri.
Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia,
Kita hidup di zaman yang penuh godaan dunia, godaan materi, jabatan, gengsi, dan pengaruh. Ketauhidan yang seharusnya menjadi pusat hidup kita, seringkali tercampur dengan kepentingan pribadi dan kecintaan duniawi. Maka dari itu, kisah Nabi Ibrahim harus menjadi cermin bagi kita semua.
Apa yang bisa kita teladani dari Nabi Ibrahim?
1. Tauhid yang murni, tanpa kompromi dengan kesyirikan modern: cinta dunia, fanatisme buta, dan penghambaan kepada manusia atau sistem.
2. Ketaatan mutlak kepada perintah Allah, meski bertentangan dengan logika dan rasa.
3. Kesiapan berkorban demi kebenaran, bukan hanya berkorban hewan, tetapi juga waktu, tenaga, ego, dan harta demi agama.
4. Pendidikan keluarga dalam tauhid, sebagaimana Nabi Ibrahim mendidik Ismail agar siap menjadi hamba Allah yang taat.
Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum menegaskan kembali tauhid kita. Jangan hanya menyembelih hewan, tetapi juga sembelihlah kesombongan, kemalasan, dan keserakahan dalam diri.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillaahil hamd.
Saudara-saudaraku yang dimuliakan Allah,
Demikianlah khutbah Idul Adha tahun ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang membaca maupun yang mendengarkannya. Dan semoga Idul Adha kali ini bukan hanya tentang ibadah tahunan, tetapi tentang memperbaharui jiwa kita, menghidupkan kembali komitmen kita kepada Allah, dan meneladani Nabi Ibrahim dalam penghambaan total.
جَعَلَنَا اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِينَ وَالْفَائِزِينَ وَالْمَقْبُولِينَ كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ. آمِينَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ، وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. وَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
Khutbah II
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
Ustadz Yudi Prayoga, M.Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung
Terpopuler
1
Gus Ulil Tidak Sedang Membela Tambang
2
Khutbah Jumat: Pentingnya Merawat Hati
3
Anggota DPRD Lampung: Jalur Domisili SPMB Lampung Harus Berdasarkan Jarak, Bukan Nilai Rapor
4
Dorong UMKM dan Wisata Lokal, Sasa Chalim Hadiri Peresmian Pasar Tematik Jelajah Danau Ranau
5
DPRD Lampung Fauzi Heri Prihatin Nilai TKA Siswa Jauh di Bawah Standar
6
GP Ansor Way Kanan Gelar PKD, Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas Kader
Terkini
Lihat Semua