Khutbah

Khutbah Idul Adha: Kurban sebagai Aspek Spiritual dan Kepedulian Sosial

Selasa, 3 Juni 2025 | 06:32 WIB

Khutbah Idul Adha: Kurban sebagai Aspek Spiritual dan Kepedulian Sosial

Khutbah Idul Adha tentang Kurban (Foto: NU Online)

Kita hidup di zaman yang penuh tantangan. Ketimpangan ekonomi, kesenjangan sosial, dan krisis kemanusiaan terjadi di mana-mana. Maka, kurban menjadi sangat relevan untuk menghidupkan kembali semangat berbagi dan kepedulian.

 

Kurban bukan sekadar ibadah ritual, tapi juga media sosial yang sangat kuat dalam Islam. Ia menyatukan aspek spiritual dan sosial: mendekatkan diri kepada Allah sekaligus mendekatkan hati sesama manusia.

 

Khutbah I

   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِذَبْحِ الْأُضْحِيَّةِ. وَبَلَغَنَا إِلَى هٰذَا الْيَوْمِ مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ ذُوْ رَحْمَةٍ وَاسِعَةٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ تُرْجَى مِنْهُ الشَّفَاعَةُ. أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ الرَّحْمَةِ، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْعُقُوْلِ السَّلِيْمَةِ، صَلَاةً وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ الرَّحْمَنِ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْانِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ


 

Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Idul Adha yang dirahmati Allah,

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt, Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan kesempatan yang telah diberikan kepada kita semua. Hari ini, kita berkumpul dalam suasana penuh berkah dan keagungan, merayakan Idul Adha, hari raya besar umat Islam yang sarat makna spiritual dan sosial.

 

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan dalam seluruh aspek kehidupan—baik dalam ibadah, akhlak, maupun kepedulian sosial terhadap umatnya.

 

Jamaah Idul Adha yang dimuliakan Allah,

Idul Adha tidak bisa dilepaskan dari kisah agung Nabi Ibrahim 'alaihissalam dan putranya, Ismail 'alaihissalam. Sebuah kisah tentang ujian iman dan ketundukan total kepada Allah. Saat Nabi Ibrahim diperintahkan menyembelih putranya yang sangat dicintainya, ia tidak menawar. Dan Ismail pun tidak menolak. Semua tunduk dan patuh kepada perintah Allah.

 

Kepatuhan ini yang menjadi teladan bagi kita hari ini. Bahwa ibadah kurban adalah manifestasi dari ketakwaan. Kurban bukan semata penyembelihan hewan, tapi penyembelihan ego, keakuan, dan kelekatan terhadap dunia. Inilah sisi spiritual dari kurban.

 

Allah berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 37:


 

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ ۝٣


 

Artinya: Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin (QS Al-Hajj: 37).

 

Ayat ini menjadi penegas bahwa tujuan utama kurban adalah menumbuhkan ketakwaan. Bukan soal besar atau kecilnya hewan, bukan soal jumlah atau nilainya, tapi soal keikhlasan hati dalam menjalankan perintah Allah.

 

Namun, Islam bukan hanya agama ritual. Islam adalah agama yang menyatukan antara spiritualitas dan sosialitas. Ibadah kurban bukan hanya antara hamba dan Tuhannya, tapi juga harus memberi dampak bagi manusia di sekitarnya.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Kurban adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah), tapi juga bentuk nyata kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Rasulullah ﷺ bersabda:


 

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


 

Artinya: Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain (HR ad-Daru Quthni dan al-Baihaqi).

 

Momentum Hari Raya Idul Adha merupakan waktu yang sangat tepat untuk mengaplikasikan hadits ini. Pada momentum ini, kita semua yang sudah mampu untuk berkurban, sangat dianjurkan untuk berkurban. Tujuannya, selain sebagai bentuk patuh terhadap perintah Allah swt dan mendekatkan diri kepada-Nya, juga untuk menumbuhkan sikap kepedulian sosial dan empati kepada sesama manusia. Pentingnya dan perintah berkurban telah ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

 

 فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

 

Artinya: Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah) (QS Al-Kautsar [108]: 2).

 

Di sinilah letak aspek sosial dari kurban. Melalui pembagian daging kurban, kita berbagi dengan saudara-saudara kita yang mungkin jarang menikmati daging sepanjang tahun. Kurban menjembatani jurang antara si kaya dan si miskin, menguatkan solidaritas sosial, dan menumbuhkan rasa empati.

 

Allah swt berfirman dalam Surah Al-Hajj ayat 36:

 

وَالْبُدْنَ جَعَلْنٰهَا لَكُمْ مِّنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ لَكُمْ فِيْهَا خَيْرٌۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ عَلَيْهَا صَوَاۤفَّۚ فَاِذَا وَجَبَتْ جُنُوْبُهَا فَكُلُوْا مِنْهَا وَاَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّۗ كَذٰلِكَ سَخَّرْنٰهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

 

Artinya: Unta-unta itu Kami jadikan untukmu sebagai bagian dari syiar agama Allah. Bagimu terdapat kebaikan padanya. Maka, sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya, sedangkan unta itu) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Lalu, apabila telah rebah (mati), makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta-minta. Demikianlah Kami telah menundukkannya (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur (QS Al-Hajj: 36).

 

Artinya, redaksi di atas menegaskan bahwa kurban itu tidak selesai di kandang atau di masjid, tapi harus sampai ke meja makan orang-orang yang membutuhkan.

 

Bahkan Rasulullah juga menegaskan bahwa tidak sempurna iman orang yang hanya berpikir tentang perutnya sendiri dan mengenyangkannya, tanpa mempedulikan saudara dan tetangganya yang kelaparan. Dalam hadits yang berasal Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda:

 

 لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِى يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ

 

Artinya: Tidaklah beriman, orang yang selalu kenyang, sementara tetangganya lapar sampai ke lumbungnya (HR Al-Baihaqi).

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Ibadah kurban seharusnya tidak hanya menjadi simbol tahunan, tapi menjadi pengingat bahwa kita hidup berdampingan dengan saudara-saudara yang masih membutuhkan uluran tangan. Jika kita mampu membeli hewan kurban, maka kita juga harus mampu membuka hati dan tangan untuk membantu yang lain, bukan hanya hari ini, tapi sepanjang tahun.

 

Mari kita jadikan kurban sebagai sarana untuk:

 

1. Meningkatkan ketakwaan, dengan mengorbankan hal-hal yang kita cintai demi Allah.

2. Mengikis sifat kikir, karena kekikiran adalah penghalang utama dalam berbagi.

3. Membangun empati sosial, karena kita tidak hidup sendiri dalam masyarakat.

4. Mendistribusikan kekayaan, agar tidak berputar pada golongan tertentu saja.

5. Menyatukan umat, karena kurban mempererat tali ukhuwah Islamiyah.

 

Jangan sampai kurban kita hanya menjadi “ritual daging”, tapi tidak meninggalkan bekas dalam kehidupan. Jangan sampai kita menjadi orang yang hanya menyembelih, tetapi tidak peduli pada lingkungan sekitar.

 

Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia,

Jika kita benar-benar memahami makna kurban, maka kita akan menjadi pribadi yang dermawan, peduli, dan ikhlas. Kita akan menyadari bahwa dunia ini hanyalah tempat ujian, dan bahwa harta yang kita miliki adalah titipan yang suatu saat akan diminta pertanggungjawabannya.

 

Kurban adalah simbol kesediaan kita untuk memberi, bahkan terhadap sesuatu yang kita cintai.

 

Allah berfirman dalam Surah Ali Imran ayat 92:

 

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَۗ وَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ۝٩٢

 

Artinya: Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya (QS Ali Imran: 92).

 

Maka, di hari yang agung ini, marilah kita niatkan ibadah kurban dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya agar diterima di sisi Allah, tapi juga agar kita menjadi agen kebaikan bagi sesama manusia.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga kita semua menjadi hamba yang berpasrah diri kepada Allah dengan totalitas. Dan juga semoga kita semua umat Muslim bisa melaksanakan ibadah sunnah kurban. Aamin ya rabbal alamin.

 

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

Khutbah II

 

   اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ  اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللّٰهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللّٰهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللّٰهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

 

Ustadz Yudi Prayoga, M.Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung