• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 20 Mei 2024

Syiar

Jurnalisme Sebagai Syiar Islam

Jurnalisme Sebagai Syiar Islam
BANDARLAMPUNG – Pengurus Wilayah Lajnah Ta`Lif Wan Nasyhr Nahdlatul Ulama (PW LTN NU ) Lampung menggelar pendidikan dan latihan (Diklat) jurnalistik sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan pemahaman serta keahlian tulis menulis kepada mahasiswa. Kegiatan yang digelar di Aula Sekretariat PWNU Lampung Jl. Cut Mutia No.28 Telukbetung Utara, Bandarlampung, ini dilaksanakan selama dua hari, Sabtu-Minggu (13-14/6). Dalam acara bertema “Jurnalisme Sebagai Syiar Islam” ini, LTN NU bekerjasama dengan Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kota Bandarc Lampung. Diklat diikuti oleh 30 mahasiswa yang tergabung dalam PMII Bandar Lampung dari berbagai komisariat dan sejumlah pengurus PWNU Lampung. Hadir dalam pembukaan pelatihan tersebut Ketua LTNNU Ila Fadilasari, Sekretaris PWNU Aryanto Munawar, kepala kantor PWNU Lampung Mashuri, dan narasumber yang menjadi pemateri dalam pelatihan tersebut. Dalam sambutannya, Sekretaris PWNU Lampung Aryanto Munawar sangat mengapresiasi terselenggaranya pelatihan ini. Menurut dia, pelatihan ini bagus untuk mengasah kemampuan jurnalistik pemuda-pemudi NU. “Sebelumnya Ketua LTN Illa Fadilasari meminta pendapat saya untuk mendahulukan yang mana antara penerbitan buku tokoh-tokoh NU atau mengadakan diklat jurnalistik? Langsung saya jawab diklat jurnalistik harus didahulukan,” bebernya. Menurut Aryanto, saat ini banyak orang terjebak dalam kegiatan–kegiatan yang monumental, seperti membangun patung tokoh Lampung yang megah sebagaimana yang ada di Lampung Selatan. Namun begitu selesai, patung tersebut bisa dirobohkan dalam sekejap dan hilanglah semua kenangan dan kesan patung tersebut bersamaan dengan robohnya patung. Namun, lanjut sekretaris PWNU yang akrab disapa Bang Ary ini, tidak demikian dengan penerbitan buku. Sebab, dengan menerbitkan buku, manfaat yang didapatkan akan jauh lebih besar dan lebih banyak dari pada pembuatan patung. "Meski begitu, menurut saya yang saat ini mendesak dilakukan adalah pendidikan dan latihan jurnalistik ini, yang bertujuan melatih, mendidik, dan mengembangkan budaya menulis pada kalangan mahasiswa," ujarnya. Sementara itu, Ketua LTNNU Ila Fadilasari mengatakan, alasannya menggelar pelatihan ini. Menurut wanita yang karib disapa Ila ini, ia sangat ingin membuat generasi muda, khususnya mahasiswa menjadi kader muda yang berwawasan luas, tidak hanya pandai dalam diplomasi, tapi juga mampu menuangkan ide-ide pikirannya dalam tulisan. Menurut Ila, seorang jurnalis itu biasanya dikenal sebagai orang yang cerdas. Sebab, untuk bisa menulis, dia pasti harus punya banyak bahan yang akan ditulis, baik itu didapat dari hasil membaca buku, surat kabar, atau wawancara nara sumber. “Proses menjadi jurnalis itu akan melatih setiap orang untuk selalu menambah ilmu pengetahuan dan mengasah keterampilan berpikir dan menulis," kata mantan jurnalis Metro TV ini. Fadilasari menambahkan, banyak contoh kader PMII yang sukses di dunia jurnalistik. Diantaranya adalah Daru Priambodo dan Wahyu Muryadi, yang merupakan pemimpin redaksi majalah TEMPO. Kemudian ada KH Mustofa Bisri, seorang kiyai yang juga satrawan, penulis, dan jurnalis. Ada juga Mahmub Djunaidi, mantan ketua umum PMII dua periode, yang sangat terkenal dengan tulisannya yang tajam namun jenaka. "Mudah-mudahan dari Diklat selama dua hari ini akan mengahasilkan kader jurnalis yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang, seperti tokoh-tokoh tersebut," pungkasnya. (sunarto)


Editor:

Syiar Terbaru