• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 30 April 2024

Syiar

Dalil Puasa Bulan Rajab, Pelaksanaan dan Lafal Niatnya

Dalil Puasa Bulan Rajab, Pelaksanaan dan Lafal Niatnya
Rajab salah satu bulan mulia (Ilustrasi: NU Online)
Rajab salah satu bulan mulia (Ilustrasi: NU Online)

Saat ini kita sudah berada pada bulan Rajab 1445. Sebagaimana diikhbarkan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) bahwa awal bulan Rajab 1445 H jatuh pada Sabtu, 13 Januari 2024.


Bulan Rajab merupakan bulan yang mulia, sesuai dengan namanya at-Tarjib yang berarti memuliakan. Pada bulan inilah Allah memberikan keberkahan dan kemuliaan bagi umat Islam di seluruh dunia. 

 

Pada bulan Rajab juga, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, terutama ibadah sunnah seperti berpuasa, karena dalam puasa Rajab memiliki banyak keutamaan dan ganjaran. 

 

Imam al-Ghazali (w. 1111 M), dalam kitab Ihya Ulumuddin juz 3 halaman 431 menyebutkan bahwa kesunnahan berpuasa lebih ditekankan pada hari-hari yang memiliki kemuliaan. Momen memperoleh kemuliaan tersebut adakalanya dalam setiap tahun, setiap bulan, ataupun setiap minggu. Dalam kategori tahunan terdapat pada bulan Dzulhijjah, Muharram, Rajab, dan Sya’ban.

 

Sedangkan untuk pelaksanaan puasa Rajab, hanya boleh dilakukan beberapa hari saja. Tidak boleh selama satu bulan penuh, karena bisa dianggap menyerupai bulan suci Ramadhan. Karena alasan tersebut lah, Imam al-Ghazali memakruhkan puasa Rajab yang dilaksanakan selama satu bulan penuh.  

 

Imam al-Ghazali juga memberikan saran, sebagaimana yang tercantum dalam kitab Ihya Ulumuddin, juz 3 halaman 432, bahwa sebaiknya puasa Rajab dilaksanakan pada saat bertepatan hari-hari utama agar pahalanya lebih besar. Seperti pada ayyâmul bidh (tanggal 13, 14, dan 15), hari Senin, hari Kamis, dan hari Jumat.

 

Sedangkan anjuran dasar puasa dari empat bulan yang dimuliakan (termasuk di dalamnya bulan Rajab), telah ditegaskan oleh Imam Fakhruddin al-Razi dalam Mafâtîh al-Ghaib, juz 16, halaman 54, yang merupakan sabda Rasulullah saw: 

   مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ أَشْهُرِ اللّٰهِ الْحُرُمِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا 

 

Man shaama yauman min asyhurillahil churumi kaana lahu bikulli yaumin tsalatsuuna yauman.

 

Artinya: Barang siapa yang berpuasa satu hari pada bulan-bulan yang dimuliakan (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), maka ia akan mendapat pahala puasa 30 hari.

 

Sementara Sayyid Abu Bakar Syattha’ dalam kitab I’ânah at-Thâlibîn mengutip hadits berikut: 

  صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ   

 

Shum minal churumi watruk shum minal churumi watruk shum minal churumi watruk .

 

Artinya: Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! Berpuasalah pada bulan-bulan mulia dan tinggalkanlah! (HR Abu Dawud dan yang lainnya).

 

Dalil di atas menunjukkan bahwa kita dianjurkan untuk berpuasa kemudian meninggalkannya, berpuasa kembali dan meninggalkan kembali. 

 

Sayyid Abu Bakar Syattha’, dalam kitab I’ânah at-Thâlibîn, juz 1, halaman 307, berpendapat bahwa pada hadits di atas maksudnya adalah berpuasa semampunya saja. Tidak harus dipaksakan sebulan penuh, karena memang puasa sunnah. 

 

Sedangkan untuk niat puasa bulan Rajab, hampir sama sebagaimana niat puasa yang lain pada malam harinya. Berikut adalah lafal niatnya:

 نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

 

Nawaitu shauma Rajaba sunnatan lillâhi ta‘âlâ.  


Artinya: Aku berniat puasa Rajab, sunnah karena Allah ta‘âlâ.

 

Akan tetapi, jika mau puasa, tetapi lupa niat pada malam hari, maka untuk puasa sunnah masih diperbolehkan untuk niat puasa, selama sejak bangun tidur dia belum makan atau minum. Berikut adalah lafal niat puasa Rajab ketika di siang hari:

  نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

 

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri rajaba lillâhi ta’âlâ.  

 

Artinya: Saya niat puasa sunnah bulan Rajab hari ini, sunnah karena Allah ta’âlâ.

(Yudi Prayoga)


Syiar Terbaru