• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Syiar

Dalil Pentingnya Menjauhi Prasangka Buruk terhadap Sesama Manusia

Dalil Pentingnya Menjauhi Prasangka Buruk terhadap Sesama Manusia
perasangka buruk
perasangka buruk

Penyakit hati berupa prasangka buruk (su’uzon) adalah salah satu sifat yang tercela. Itu adalah penyakit berbahaya yang dapat membunuh iman, sehingga orang yang dihinggapi penyakit ini merupakan orang yang jauh dari ketakwaan. 

 

Terkait seriusnya penyakit hati berupa prasangka buruk ini, ayat Al-Qur’an yang membahas hal tersebut, ditutup dengan perintah untuk bertakwa dan bertaubat. Sebagaimana firman Allah berikut, dilansir dari Menjauhi Su’uzon dan Meningkatkan Husnuzon.


يا ايّها الذين أمنوااجْتَنِبُوا كَثيرًا من الظَّنِّ* إن بعضَ الظنِّ إثْمٌ ولا تجَسَّسُوا ولا يَغْتَبْ بعضُك

بعضًا* أيُحِبُّ احدُكم أن يأكُلَ لحْم أخِيه مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوه* واتّقوااللهَ إنّ اللهَ توّابٌ رحيم

 

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu sekalian yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kalian merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Taubat, Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12).

 

Prasangka yang banyak mengandung dosa dan dilarang dalam ayat di atas adalah prasangka buruk. Prasangka buruk memang bukan sebuah tindakan dan aksi nyata, tetapi ia adalah penyakit hati yang bisa menggerakkan manusia berbuat sesuatu yang tercela.

 

Oleh karena itu, meskipun su’uzon merupakan prasangka di dalam hati, ia tetap dilarang karena banyak mengandung dosa. Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw menyebut prasangka (buruk) sebagai “ucapan” yang paling dusta.

 

Rasulullah saw bersabda: 

 

اِيّاكُم والظنَّ فاِن الظنَّ اَكْذَبُ الحَدِيث

 

Artinya:  Jauhilah prasangka buruk, karena  prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta (HR. Al-Bukhari).

 

Hadits di atas sangat penting untuk direnungkan dan dipahami karena penyakit hati berupa prasangka buruk merupakan maksiat yang samar dan terkadang diremehkan oleh manusia. Padahal Rasulullah saw menyamakan prasangka buruk yang hanya berupa pikiran dan belum diucapkan itu dengan ucapan, bahkan ia disamakan dengan perkataan yang paling dusta.

 

Pernyataan Rasulullah  yang menyejajarkan prasangka buruk sebagai ucapan atau perkataan yang paling dusta itu merupakan pelajaran penting dan penggambaran lugas serta mendalam. Nabi Muhammad menunjukkan betapa keji dan jahatnya prasangka buruk. 

 

Di zaman canggih saat ini, mudahnya komunikasi menggunakan perangkat elektronik dan maraknya penggunaan media sosial, prasangka buruk menjadi makin mudah dilakukan atau disebarkan. 


Hati dan jiwa yang dipenuhi kebencian dan mengedepankan prasangka buruk kepada orang-orang yang tidak disukai mendapatkan tempat dan rumah bersama lalu melahirkan caci maki, fitnah, dan hasutan bahkan sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan. 


Buruk sangka bukanlah ciri orang beriman. Orang beriman itu lebih mendahulukan prasangka baik, kepada siapa pun, termasuk kepada Allah. Bahkan Imam Syafi’i, berwasiat kepada umat Islam, agar siapa pun yang ingin meninggal dunia dalam keadaan husnul khotimah maka hendaknya ia selalu berprasangka baik kepada manusia.


Syiar Terbaru