• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 1 Juli 2024

Syiar

Dalil Kebolehan Bershalawat kepada Selain Nabi

Dalil Kebolehan Bershalawat kepada Selain Nabi
Ilustrasi shalawat (Foto: NU Online)
Ilustrasi shalawat (Foto: NU Online)

Shalawat merupakan suatu bentuk doa pengagungan dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad saw, yang tujuannya untuk meminta keberkahan dan syafaat dari Nabi itu sendiri. 


Seringkali ketika kita membaca shalawat kepada Nabi saw, kita sambungkan juga dengan membaca shalawat kepada keluarga dan sahabat beliau. Bahkan ada yang menambahi kepada keturunan dan umatnya. 


Sebenarnya, apakah boleh kita bershalawat kepada selain Nabi Muhammad saw? Bagaimana hukum yang mendasarinya?


Jawabannya diperbolehkan. Hal ini mengacu kepada Hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Sunan Abi Dawud nomor 4511: 


عن قيس بن سعد بن عبادة أن النبي صلى الله عليه وسلم رفع يديه وهو يقول اللهم اجعل صلاتك و رحمتك على آل سعد بن عبادة. (سنن أبى داود ، رقم ٤٥١١). 


Artinya: Diriwayatkan dari Qais bin Sa’ad bin ‘Ubadah bahwa Nabi saw mengangkat kedua tangannya sembari berdoa, Ya Allah, jadikanlah kesejahteraan dan rahmat-Mu kepada keluarga Sa’ad bin ‘Ubadah (Sunan Abi Dawud, 4511). 


Kebolehan membaca shalawat kepada selain Nabi saw, seperti kepada keluarga dan para sahabatnya, adakalanya dibaca secara khusus, tidak dibarengkan dengan shalawat kepada Nabi. 


Imam Syamsuddin Muhammad bin Abdirrahman bin Muhammad bin Abi Bakar Sakhawi mengatakan: 


و قال أبو اليمن بن عساكر و قالت طائفة ( عن الصلوات على غير الأنبياء) يجوز مطلقا و هو مقتضى صنيع البخاري حيث صدر بالآية و هي قوله تعالى و صل عليهم ثم علق الحديث الدال على الجواز مطلقا و عقيبه بالحديث الدال على الجواز تبعا وذلك لما ترجم باب هل يصلي على غير النبي صلى الله عليه وسلم أي استقلالا أو تبعا فدخل في الغير الأنبياء و الملائكة و المؤمنون. (القول البديع في الصلاة على الحبيب الشفيع, ص ٥٥). 


Artinya: Abu al-Yumn bin Asakir berkata, Satu golongan mengatakan (tentang membaca shalawat kepada selain Nabi) bahwa hal tersebut boleh secara muthlak (baik bersamaan dengan shalawat kepada Nabi ataupun tidak). Hal itu adalah apa yang dilakukan oleh Imam Bukhari ketika mengawali dengan ayat yaitu wa shalli ‘alaihim (hendaklah kamu membaca shalawat untuk mereka). Lalu beliau mengaitkannya dengan Hadits yang membolehkannya secara muthlak dan menambah Hadits yang membolehkannya secara tab’an (bersamaan dengan shalawat kepada Nabi). Ini terjadi setelah beliau menjelaskan bab apakah boleh membaca shalawat kepada selain Nabi saw, baik secara mandiri maupun ikut pada shalawat kepada Nabi. Maka masuk pada kategori selain Nabi Muhammad saw para Nabi yang lain, para Malaikat dan orang-orang mukmin (Al-Qawl al-Badi’ fi al-Shalah ‘Ala al-Habib al-Syafi’, 55). 


Dari pemaparan dalil di atas, dapat ditarik pada suatu kesimpulan bahwa membaca shalawat kepada selain Nabi Muhammad saw hukumnya boleh (jaiz). Apalagi kepada para sahabat Nabi, keluarga Nabi, dan orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah swt dan Rasul-Nya. 

(Yudi Prayoga)
 


Syiar Terbaru