Ila Fadilasari
Penulis
Ikhlas adalah kata yang sering kita dengar, atau mungkin juga sering kita ucapkan. Meski mudah dan lazim diucapkan, namun ikhlas sulit untuk dilaksanakan.
Belum tentu orang yang mengaku ikhlas itu sudah benar-benar ikhlas. Karena ukuran ikhlas itu sangat abstrak, dan yang bisa mengetahui kadar keikhlasan seseorang hanyalah Allah. Bahkan, malaikat dan setan pun tidak mengetahui perihal keikhlasan seseorang.Â
Dalam sebuah hadits, Rasulullah ditanya tentang makna ikhlas. Lalu kemudian Rasulullah bertanya kepada Jibril dan Jibril bertanya langsung kepada Allah. Dalam hadits tersebut, Allah berfirman bahwa ikhlas adalah satu di antara banyak rahasia-Ku (Allah) yang Aku titipkan di hati seseorang yang Aku cintai dari hamba-hamba-Ku, yang tidak dapat dilihat malaikat untuk dicatatnya, dan tidak juga terlihat oleh setan untuk dirusaknya. Â
Baca Juga
Tiga Tingkat Keikhlasan Manusia
Di dalam kitab At-Ta’rîfât karya Ali Al-Jurjani disebutkan bahwa ikhlas adalah engkau tidak mencari orang yang menyaksikan amalmu selain Allah. Ikhlas juga diartikan membersihkan amal dari berbagai kotoran.
Dilansir dari NU Online, meski hanya Allah yang mengetahui keikhlasan seseorang, akan tetapi, seorang tokoh sufi besar pada abad ketiga Hijriyah, Dzun Nun al-Misri, pernah mengemukakan bahwa ikhlas memiliki tanda-tanda. Dalam kitab Al-Risalah Al-Qusyairiyyah Dzun Nun al-Misri mengatakan, ada tiga tanda keikhlasan seseorang.
Pertama, menganggap pujian dan celaan sama. Seseorang yang betul-betul ikhlas akan bersikap sama ketika menerima pujian atau pun celaan. Ia tidak akan terpengaruh karena dua hal tersebut. Baginya, apapun yang dilakukan adalah karena dan untuk Allah.
Kedua, melupakan amal baik. Suatu ketika Gus Dur pernah ditanya tentang makna ikhlas. Menurut Gus Dur, ikhlas adalah seseorang bekerja untuk orang lain dan telah memberikan kesenangan kepada mereka, namun seseorang tersebut telah lupa dan tak pernah ingat telah melakukannya. Itu lah tanda seseorang ikhlas. Ia tidak pernah ingat tentang apa yang telah dikerjakannya. Â
Ketiga, melupakan hak amal baiknya untuk memperoleh pahala di akhirat. Tidak lain, orang yang ikhlas adalah orang yang hanya menginginkan pahala amal di akhirat, bukan di dunia. Ia tidak pernah mengharapkan imbalan atau balasan amal baiknya di dunia ini.Â
Dalam hal beribadah, ikhlas menjadi sebuah kunci utama. Bahkan, Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengibaratkan amal ibadah seperti jasad fisik tanpa nyawa. Sementara ruhnya amal ibadah adalah keikhlasan. Oleh karena itu, setiap amal ibadah yang dilakukan dengan tidak ikhlas, artinya amal ibadah tersebut mati karena tidak ada ruhnya. Â
Hal ini menegaskan bahwa ikhlas merupakan satu syarat diterimanya amal ibadah seseorang. Semoga dengan penjelasan tersebut kita bisa memahami dan berupaya menjadi orang yang ikhlas.
Â
Terpopuler
1
Yuk Infak dan Menjadi Bagian Pengadaan Ambulans Ke-7 NU Peduli Pringsewu 2025
2
PW GP Ansor Lampung Lantik LP3H, Komitmen Kuat Dampingi Sertifikasi Halal UMKM
3
4 Doa yang Dianjurkan ketika Pulang Haji
4
KBNU Sidomulyo Gelar Donor Darah, Perkuat Kepedulian Sosial di Lampung Selatan
5
3 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Masjid
6
LAZISNU PWNU Lampung Gandeng BSI, Perkuat Ekonomi Umat Melalui BSI Smart Agent dan Kartu ATM Co-Branding
Terkini
Lihat Semua