• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 19 Maret 2024

Seni Budaya

Lesbumi, Dari Pinggiran ke Tengah Peradaban

Lesbumi, Dari Pinggiran ke Tengah Peradaban
Lesbumi Warga Nahdlatul Ulama mungkin sudah agak jarang mendengar keberadaan dan kiprah Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia, atau yang biasa disebut Lesbumi. Pada medio tahun 1960-an, Lesbumi cukup disegani di antara lembaga-lembaga kebudayaan lain. Lembaga ini sangat berperan, tidak hanya bagi NU, tetapi bagi Indonesia pada umumnya. Tiga tokoh utamanya, Djamaludin Malik, Usmar Ismail, dan Asrul Sani adalah tokoh film nasional. Pada zaman Orde Baru, sebagaimana beberapa lembaga lain di NU, Lesbumi sempat vakum atau bisa dikatakan mati. Baru pada masa Reformasi dihidupkan kembali. Lesbumi kini sudah berusia 51 tahun. Lembaga kebudayaan di bawah naungan Nahdlatul Ulama ini diresmikan di Bandung 28 Maret 1962. Lesbumi kembali dihidupkan melalui Muktamar NU ke-30 tahun 1999, dan dilanjutkan kembali pembahasannya pada Muktamar ke-31 tahun 2004. Menghidupkan kembali Lesbumi merupakan bagian dari semangat kembali ke Khittah 1926 yang menggelindingkan trilogi transformasi: sosio-politik, sosio-kultural dan sosio-ekonomi. Fakta historis ini membedakan kehadiran Lesbumi selama hampir satu dasawarsa terakhir dengan kelahiran awalnya pada dekade 1960-an. Di Lampung, Lesbumi telah kembali dihidupkan pada kepengurusan PWNU Periode 2007 - 2012, yakni pada saat KH. Aliman Marzuki menjadi Ketua PWNU Lampung. Saat itu nakhoda Lesbumi diamanahkan ke pundak Syamsul Arifin, seorang budayawan yang kerap memasarkan kesenian dan budaya shalawatan lewat Jamus Kalimosodo. Jamus Kalimosodo adalah kelompok kesenian yang telah sering pentas sejak tahun 1999. Sekilas Jamus Kalimosodo ini mirip dengan kelompok kesenian yang dipimpin Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Pentas kesenian yang ditunjukkan adalah rangkaian musikalisasi puisi yang dipadu dengan shalawat dan lagu-lagu populer. Hebatnya lagu-lagunya tidak dibatasi pada satu jenis genre musik, seperti dangdut, pop, rock bahkan semua aliran dari keroncong sampe khas musik jawa dan daerah lain juga seringkali ditampilkan dalam setiap pementasan Jamus Kalimosodo. Kritik sosial pada setiap penampilannya tak pernah terlewatkan. Tradisi shalawatan yang terus dilestarikan oleh Jamus Kalimosodo, tak berlebihan jika diklaim sebagai aset NU, karena shalawat adalah salah satu tradisi yang terus dirawat dan dilestarikan oleh warga nahdhiyin. Kepengurusan PWNU Periode 2012 – 2017 kembali meminta Syamsul Arifin untuk menjadi Ketua Lesbumi Lampung. Kiprah Lesbumi Lampung diantaranya ditunjukkan pada pagelaran musik shalawat Jamus Kalimosodo di acara Halal bi Halal PWNU Lampung pada pada tanggal 23 Agustus 2014 lalu. Ketua Lesbumi Lampung, Syamsul Arifin, berencana untuk mengonsolidasikan seluruh sumber daya manusia di NU yang memiliki konsen dan interest terhadap seni dan budaya menjadi kader organik Lesbumi. Mereka ingin menjadikan Lesbumi sebagai strategi kebudayaan untuk membangun peradaban unggul. Syamsul berharap Jamus Kalimasada yang diklaim NU sebagai asset, akan diusahakan bisa lebih progresif di lingkungan NU. Syaratnya, diberikan ruang dan media agar lebih produktif. Hal ini sangat dimungkinkan dengan acara rutin bulanan. Formulanya tidak semata-mata pertunjukan seni, tapi kajian dan diskusi-diskusi multithema bisa dilakukan dengan metode dialog dan kesenian. Tapi ide ini tentunya tergantung pada sikap pengurus NU secara keseuruhan, apakah mendapat dukungan atau tidak. Gagasan ketua Lesbumi Lampung menjadikan Lesbumi sebagai strategi kebudayaan dan berkesenian di Lampung dalam rangka menghadapi tantangan global hari ini, tentu perlu mendapat dukungan konkrit dari kita semua, dengan berpijak pada kesenian Islam dan seni tradisi. Hal ini sejalan dengan slogan atau pandangan di kalangan santri NU untuk mempertahankan sesuatu yang baik dan mengambil sesuatu yang lebih baik. Dan Lesbumi harus diorientasikan untuk mengoperasionalkan pandangan NU mempertahankan tradisi yang ada dan yang baik, serta dan mengambil tradisi baru yang baik dengan terus menerus memasarkan shalawat lewat pementasan seni  (Rahmatul Ummah). Berikut ini foto penampilan Lesbumi lampung pada saat acara halal bihalal di PWNU Lampung lesbumi 2 Lesbumi, Dari Pinggiran ke Tengah Peradaban


Editor:

Seni Budaya Terbaru