• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Puasa Ramadhan, Melatih Diri dan Membimbing Nafsu Agar Terjaga

Puasa Ramadhan, Melatih Diri dan Membimbing Nafsu Agar Terjaga
Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa)
Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung, KH Abdul Syukur (Foto: Istimewa)

Rukun puasa ada dua, yaitu niat karena Allah, dan menahan diri dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ayat 187 menjelaskan beberapa hal yang membatalkan puasa dan harus ditahan oleh kaum Muslimin ketika berpuasa. 


Pertama, bercumbu dengan istri (jimak). Meski istri itu sah digauli di malam hari, tapi selama waktu puasa tidak boleh berhubungan badan, karena bisa membatalkan puasa bahkan kena kifarat. 


Maka orang yang berpuasa harus mampu menahan diri dari nafsu syahwat. Nafsu syahwat harus dididik dengan baik, dan nafsu dikelola dengan tepat (efektif dan efisien).


Kedua, makan dan minum dapat membatalkan puasa di saat orang itu berpuasa. Artinya, meskipun makanan dan minuman itu halal, maka tetap dilarang bagi orang yang berpuasa meminum dan memakan sesuatu selama waktu ia berpuasa.


Kecuali pada saat ia berbuka baru diperbolehkan makan dan minum apa saja yang disukainya sepanjang makanan dan minuman itu halal dan thayyiban. 


Maka orang yang berpuasa harus mampu menahan diri dari nafsu makan dan nafsu minum. Artinya hindarilah dari zina mata memandang makanan dan minuman di saat-saat berpuasa.


Lebih penting lagi menahan diri dari pendapatan rezeki yang tidak halal dari cara memperolehnya ataupun membelanjakannya untuk membeli barang yang haram dari segi hukumnya dan jenisnya.


Ketiga, jangan campuri mereka ketika sedang i’tikaf di masjid meski di malam hari. Artinya, meskipun di malam hari suami dan istri boleh bercumbu (jimak), tetapi harus menjaga etika dan ketentuannya dalam Islam supaya tidak mengurangi pahala puasa.


Oleh karena itu, ayat 187 Surat Al-Baqarah berpesan bagi orang yang berpuasa supaya ia mampu menjaga diri, dan menahan diri dari nafsu syahwat dan hawa nafsu makanan dan minuman, serta menahan diri untuk terhindar dari akhlak yang buruk. 


Sebaliknya, ayat 187 berpesan supaya orang yang berpuasa selalu menjaga diri untuk menyempurnakan puasa dengan memperbanyak membaca Al-Qur’an, dzikir, doa, bersedekah, dan berakhlak yang mulia.


Menyempurnakan puasa berdampak pada kesempurnaan ibadah puasa yang membawa pada kesempurnaan iman dan taqwa kita kepada Allah. 


Kesimpulannya adalah seseorang yang berpuasa agar terus menerus melatih diri dan membimbing nafsu untuk ketahanan diri dari serangan nafsu syahwat dan hawa nafsu.


Kuncinya adalah berpuasa hakikatnya mendidik kesabaran. Imam Al- Ghazali berpendapat sabar adalah upaya menahan diri dan mendidik nafsu kepada kebaikan. Wallahua’lam bish shawab.


KH Abdul Syukur, Dekan FDIK UIN Raden Intan dan Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung
 


Opini Terbaru