• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 19 Maret 2024

Opini

Peleburan Budaya yang Tidak Bisa Dihindari

Peleburan Budaya yang Tidak Bisa Dihindari
foto pakaian Surjan dan Blangkon
foto pakaian Surjan dan Blangkon

Dari semua akulturasi yang ada di Indonesia, apakah kita masih anti dengan budaya asing? Karena beberapa tahun terakhir, diskriminasi yang mengatasnamakan ras, suku, bangsa dengan segala yang melekat padanya hampir digoreng, dibenturkan, diadu domba dengan sesama warga negara Indonesia.

 

Kita itu warga negara Indonesia, dari berbagai suku bangsa, ras, dan karakter yang beragam, entah dari etnis China, Melayu, Thai, Arab, Persia, dll. Semuanya berhak menjadi warga negara Indonesia dengan kreasinya masing-masing. Justru dari setiap kreasi dan akulturasi, akan melahirkan budaya yang baru dan unik.

 

Karena, ketika kita melihat keadaan Indonesia sekarang, baik secara langsung atau secara medsos, kita akan mendapati sekelompok manusia tertentu dengan pemikiran diskriminatif yang tinggi dan purba, sehingga dalam benaknya yang ada hanya anti dan anti dari segala yang tidak diketahui. Entah karena malas belajar dan membaca sejarah, atau memang hatinya sudah keras dan pikirannya sudah tumpul.

 

Seperti mereka sering mengatakan anti China, anti Arab, anti Barat, dan anti yang lainya. Padalah semuanya sama, saling berakulturasi dan berkolaborasi. Sama-sama makhluk Allah swt yang hidup di atas bumi dengan segala kreasinya. Allah menyuruh hamba-Nya untuk mengenal perbedaan budaya, bukan permusuhan karena berbeda budaya. 

 

Budaya sendiri merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

 

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budia atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Latin yaitu cultura.

 

Budaya yang diwariskan turun-temurun di suatu masyarakat akan ada yang terlestari, ada yang berakulturasi dengan budaya lain dan ada yang hilang atau musnah ditelan zaman. Tergantung bagaimana cara masyarakat melestarikan dan menyikapinya. 

 

Pada tulisan ini, penulis akan menitikberatkan budaya masyarakat yang terus terakulturasi hingga memberikan warna dan corak yang baru.

 

Istilah akulturasi sendiri berasal dari bahasa latin acculturate yang artinya "tumbuh dan berkembang bersama". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada tiga pengertian akulturasi. Ketiganya bisa dilihat secara umum, antropologi, dan linguistik.

 

Secara umum, akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi. Lalu, secara antropologi, akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dalam suatu masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu.

 

Sementara dari segi linguistik, akulturasi adalah proses atau hasil pertemuan kebudayaan atau bahasa di antara anggota dua masyarakat bahasa, ditandai oleh peminjaman atau bilingualisme.

 

Menurut antropolog Indonesia, Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah kembali tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian budaya itu sendiri.

 

Sementara sosiolog Amerika, Arnold MRose mendefinisikan akulturasi sebagai "the adoption by a person or group of the culture of another social group." Artinya adalah "adopsi oleh seseorang atau kelompok budaya dari kelompok sosial yang lain".


Maka, dapat disimpulkan bahwa akulturasi adalah perpaduan antarbudaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut.

 

Biasanya, akulturasi kebudayaan terjadi karena unsur budaya yang baru dinilai memberikan manfaat bagi kehidupan suatu masyarakat. Proses ini dapat mencakup berbagai aspek kehidupan seperti bahasa, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

 

Budaya Pakaian

 

Dari segi pakaian kita bisa melihat adanya akulturasi budaya dari bangsa-bangsa yang datang ke tanah air kita, entah karena sebab menjajah, berdagang, perkawinan, atau hal lainya sejak ratusan tahun yang silam.  Sehari-hari masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan pakaian seperti jubah, Jaz, kaos, jeans, pantofel, topi koboi, dasi, sarung, dan sebagainya. 

 

Dari macam-macam yang disebutkan, semua bukan asli budaya berpakaian masyarakat Nusantara pada waktu itu, akan tetapi ketika budaya berpakaian itu mengandung kebaikan pasti akan diterima oleh masyarakat, kemudian digunakan dan dilestarikan sampai sekarang.

 

Pakaian jubah, sendal terompah, merupakan khas budaya bangsa Arab. Memakai jas, dasi, sepatu pantofel, kemeja, merupakan tradisi bangsa Eropa, khusunya dahulu Belanda yang membawanya.  Dan sarung yang dipakai kaum santri merupakan berasal dari Yaman, yang disana terkenal dengan sebutan futah.

 

Sedangkan peci menurut keterangan Rozan Yunos dalam The Origin of The Songkok or Kopiah, diperkenalkan oleh pedagang Arab yang masuk ke Asia Tenggara, khususnya Tanah Melayu, seperti Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam.     

 

Ada beberapa budaya yang diterima secara langsung. Ada juga yang merubahnya atau memodifikasi. Seperti pakaian blangkon Jawa yang merupakan modifikasi, perpaduan udeng timur tengah dan penutup kepala masyarakat Jawa. 

 

Kemudian baju koko yang selalu dipakai oleh umat Islam di Indonesia merupakan pakaian masyarakat Tionghoa waktu itu, yang konon dimodifikasi oleh Sunan Kalijaga dan diberi nama baju takwa. 

 

Selain di atas, masih banyak contoh akulturasi yang bisa ditemukan di Indonesia. Misalnya seni wayang yang merupakan perpaduan kesenian Jawa dengan cerita dari India, seperti Mahabharata. Atau budaya campuran adat Betawi dan Cina yang menjadi kesenian seperti tari Cokek atau Lenong. Juga masjid menara Kudus yang memiliki arsitektur kebudayaan Hindu dan Jawa, atau berbagai bangunan peribadatan lainnya. 

 


(Yudi Prayoga, Founder Komunitas Santri Pecinta Alam Lampung)


Opini Terbaru