Sumpah Pemuda Sebagai Perlawanan dan Identitas Bangsa Indonesia
Senin, 28 Oktober 2024 | 09:30 WIB
Yudi Prayoga
Penulis
Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap 28 Oktober di Indonesia untuk mengenang momen bersejarah pada tahun 1928, ketika para pemuda dari berbagai daerah, suku, dan latar belakang budaya berkumpul untuk berikrar sebagai satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa Indonesia.
Dilansir dari NU Online, sumpah pemuda merupakan hasil rumusan dari Kongres Pemuda Kedua Indonesia yang digelar oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI). Perhimpunan itu beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah indonesia.
Kongres Pemuda Kedua dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatra, dan Jong Celebes. Kongres diselenggarakan dalam tiga sesi di tiga tempat berbeda.
Ketiga lokasi tersebut yaitu Gedung Katholieke Jongenlingen Bond, Gedung Oost-Java Bioscoop, dan Gedung Indonesische Clubhuis Kramat. Rumusan sumpah pemuda ditulis oleh Moehammad Yamin pada selembar kertas ketika Soenario, sebagai utusan kepanduan, tengah berpidato pada sesi terakhir kongres.
Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo, kemudian dilanjutkan uraian panjang oleh Moehammad Yamin. Adapun sumpah pemuda hasil kongres kedua adalah sebagai berikut:
Sumpah Pemuda
Pertama.
Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe,
Tanah Indonesia.
Kedoea.
Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe,
Bangsa Indonesia.
Ketiga.
Kami Poetera Dan Poeteri Indonesia,
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean,
Bahasa Indonesia.
Peristiwa ini menunjukkan semangat persatuan di tengah keberagaman, yang menjadi landasan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda melegitimasi lahirnya peradaban baru yang mempersatukan keragaman ras, suku, bahasa, budaya dan adat istiadat.
Indonesia Raya berkumandang
Dalam momen Sumpah Pemuda yang bersejarah tersebut, diperdengarkan pula lagu kebangsaan Indonesia untuk pertama kalinya. Lagu tersebut merupakan ciptaan Wage Rudolf Soepratman.
Lagu Indonesia Raya kemudian dipublikasikan pertama kali pada tahun 1928 di sebuah media cetak Sin Po dengan redaksi yang yang memuat bahwa lagu tersebut adalah lagu kebangsaan.
Pada tahun 1930, pemerintah kolonial Hindia Belanda yang merasa terusik sempat melarang peredaran lagu Indonesia Raya tersebut. Namun, tingginya semangat juang bangsa Indonesia untuk merdeka, membuat para warga bangsa terus menyanyikannya.
WR Soepratman merupakan satu-satunya peserta kongres yang datang dari luar kalangan tokoh pergerakan. Ia hadir sebagai seorang seniman musik dan komponis. Ketika kebanyakan peserta kongres didaulat maju untuk tampil bicara menyampaikan pidato menggebu-gebu, lain halnya dengan WR Soepratman.
Ia memilih ‘berpidato’ dalam versinya sendiri, dengan kapasitas dirinya sebagai seniman musik, yakni melantunkan lagu Indonesia Raya dengan gesekan biolanya, tepat sebelum kongres ditutup.
Terpopuler
1
Ratusan Rumah Terdampak Banjir, Muslimat NU Lampung Berikan Bantuan bagi Warga Korban Banjir
2
Hujan Deras Berjam-jam di Bandar Lampung, Sebabkan Banjir Berbagai Wilayah
3
Ansor-Banser Lampung Timur Gelar Aksi Peduli Kemanusiaan pada Warga Banjir Way Bungur
4
Nakhoda Baru Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Ma'arif Lampung, Fikri Muzaki Siap Majukan Ormawa
5
Dalam Islam, Wafat karena Terbakar Termasuk Syahid
6
Jelang Pelantikan, Konsolidasi Pengurus Pusat Kamilah Wujudkan Daya Saing dan Kemajuan Alumni
Terkini
Lihat Semua