• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Pentingnya Mengingat Kematian Menjelang Bulan Ramadhan

Khutbah Jumat: Pentingnya Mengingat Kematian Menjelang Bulan Ramadhan
Khutbah Jumat: Mengingat Kematian Menjelang Bulan Ramadhan. (Foto: NU Online Lampung).
Khutbah Jumat: Mengingat Kematian Menjelang Bulan Ramadhan. (Foto: NU Online Lampung).

Semua manusia akan mati, akan tetapi hanya sedikit orang yang selalu mengingatnya setiap waktu. Padahal mengingat kematian, menjadikan kita lebih dekat kepada Allah swt. 

 

Bulan Sya’ban merupakan bulan mulia, karena menjadi pintu gerbang bulan Ramadhan. Sehingga apa yang dilakukan pada bulan Sya’ban menjadi titik temu kepada Ramadhan, seperti memperbanyak puasa, shadaqah, dan mengingat kematian. 

 

Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat: Mengingat Kematian Menjelang Bulan Ramadhan". Semoga mengingatkan kita semua tentang pentingnya memanfaatkan waktu hidup di dunia secara berkualitas. Dunia ini berjalan ke arah kepunahan dan kesudahan. Masing-masing dari kita hanya akan membawa apa yang telah kita perbuat di dunia. Sebagaimana pernah dipublikasikan NU Online dalam artikel Khutbah Jumat: Mengingat Kematian Jelang Ramadhan

Khutbah I   

 

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْاٰنَ  أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آل عمران: ١٨٥)   

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

 

Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya   

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

 

Ulama terdahulu, para salafus saleh, ketika sudah mulai memasuki bulan Sya’ban, banyak yang menyedikitkan, bahkan meninggalkan berbagai kesibukan duniawi dan beralih untuk mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan. Di bulan Sya’ban itulah, mereka banyak membaca Al-Qur’an, memperbanyak puasa, berzikir, shalat malam, shadaqah, dan berbagai kebaikan lainnya. 

 

Mereka menamakan Sya’ban sebagai syahrul qurra’ (bulan para pembaca Al-Qur’an). Mereka banyak merenung dan mengingat kematian serta kehidupan akhirat. Mengingat kematian dan kehidupan akhirat dapat melembutkan hati dan memotivasi diri untuk semakin giat melakukan ketaatan kepada Allah swt.  

 

 Ma’asyiral Muslimin yang berbahagia, 

 

Menjelang bulan Ramadhan, marilah kita merenungkan saat dikumpulkannya semua manusia dan jin di padang mahsyar dan akan menjalani kehidupan akhirat yang kekal abadi. Marilah kita mengingat hari saat dibangkitkannya semua makhluk. Sungguh di hari kiamat kelak terdapat penyesalan-penyesalan. Pada saat hasyr terdapat jeritan-jeritan. Di atas jembatan shirath banyak orang tergelincir. Di saat amal ditimbang air mata bercucuran.

 

Di hari itu kezaliman di dunia menjadi kegelapan. Catatan amal tidak melewatkan satu pun perbuatan hamba. Sebagian hamba lalu memasuki gerbang surga. Dan sebagian yang lain terjerumus ke dalam neraka. Tidak ada pemisah antara kita dan semua peristiwa di atas kecuali saat dikatakan: “Si Fulan telah meninggal.”   

 

Ma’asiral Muslimin Rahimakumullah, 

 

Memang kalimat “Si Fulan telah meninggal” selalu diulang-ulang oleh banyak orang dan didengar banyak orang. Pertanyaannya, apakah kita telah merenungkan dan mengambil pelajaran?. Apakah kita sudah berintrospeksi dan menambal keteledoran-keteledoran kita?. Saat ini, nama orang lain yang disebut dan diumumkan telah meninggal. Suatu saat nanti, gantian nama kita yang disebut dan diumumkan. Sudah siapkah kita menghadapinya?  

 

Allah ta’ala berfirman: 

 

  قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ (سورة السجدة: ١١)    

 

Maknanya: Katakanlah, malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan. (QS as-Sajdah : 11).  

 

Malaikat maut adalah ‘Izra’il ‘alaihis salam, yang ditugaskan untuk mencabut roh atau nyawa. Jika ia telah mencabut nyawa seorang mukmin, maka ia menyerahkan roh tersebut kepada Malaikatur-Rahmah (malaikat-malaikat pembawa rahmat). Lalu mereka pun memberikan kabar gembira kepada seorang mukmin bahwa ia akan mendapatkan pahala, rahmat dan ridha Allah.

 

Jika ‘Izra’il mencabut nyawa seorang kafir, maka ia serahkan kepada para malaikat penyiksa. Lalu para malaikat tersebut memberitahukan kepadanya tentang siksa dan murka Allah. Jadi para malaikat tersebut tidak membiarkan roh berada di tangan ‘Izra’il setelah ia mencabutnya sekejap mata pun. Para malaikat akan langsung membawa roh ke langit jika roh tersebut milik orang mukmin yang bertakwa. Dan malaikat akan membawa roh ke bumi yang ketujuh jika roh tersebut adalah milik orang kafir yang celaka.   

 

Kemudian jika mayit (jenazah) diletakkan di keranda dan dibawa oleh orang-orang ke kuburan, para malaikat akan datang dengan roh tersebut, membawanya dan mendekat ke jenazah, mengiringinya. Jika roh tersebut adalah milik orang yang saleh, maka ia akan berkata seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi saw (sebagaimana riwayat Imam al-Bukhari, an-Nasa’i, al-Baihaqi, Ahmad dan lainnya dengan redaksi yang hampir sama): 

 

  قَدِّمُوْنِي قَدِّمُوْنِي   

 

Artinya: Majukanlah saya.

 

Jika roh itu milik seseorang yang buruk amalnya, dalam riwayat lain milik orang kafir, maka roh tersebut akan berkata: 

 

  يَا وَيْلِي أَيْنَ تَذْهَبُوْنَ بِي   

 

Artinya: Celakalah aku, ke mana kalian hendak membawaku?

 

Hanya saja ucapan tersebut tidak terdengar oleh manusia. Seandainya manusia mendengarnya niscaya ia akan pingsan sebagaimana diriwayatkan oleh an-Nasa’i dan lainnya.   

 

Ma’asiral Muslimin Rahimakumullah

 

Kemudian mayit diletakkan di kuburnya, ditinggalkan oleh anak, harta, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Dan tidak ada lagi yang bersamanya kecuali amalnya. Nabi saw bersabda: 

 

  يَتْبَعُ المَيِّتَ ثَلَاثَةٌ فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ (رواه البخاري)   

 

Maknanya: Seorang mayit diikuti oleh tiga hal, dua akan kembali dan satu yang akan terus bersamanya. Mayit diikuti oleh keluarga, harta dan amal perbuatannya, lalu keluarga dan hartanya kembali dan tersisalah amalnya yang menyertainya (HR al-Bukhari).

 

Kemudian tibalah pertanyaan dua malaikat, Munkar dan Nakir. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah saw bersabda yang maknanya:  Sungguh seorang hamba jika telah diletakkan di kuburnya, teman-temannya pergi meninggalkannya, ia pun mendengar suara alas-alas kaki mereka, maka datanglah dua malaikat kepadanya. Kedua malaikat tersebut mendudukkannya dan berkata kepadanya: Apa yang dulu engkau katakan tentang orang ini: Muhammad? Maka seorang mukmin akan mengatakan: Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, maka dikatakan padanya: Lihatlah tempat dudukmu di neraka, Allah telah tukarkan untukmu tempat duduk di surga.

 

Rasulullah bersabda:  Maka ia pun melihat dua tempat tersebut kedua-duanya. Sedangkan orang kafir atau munafik dikatakan kepadanya: Apa yang dulu engkau katakan tentang lelaki ini? Maka ia menjawab: Aku tidak tahu, dulu aku berkata tentangnya seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang. Maka dikatakan kepadanya: Engkau tidak tahu kebenaran dan tidak mengatakan jawaban yang benar. Kemudian orang kafir atau munafik tersebut dipukul dengan pukulan yang keras di tengkuknya, sehingga ia menjerit dengan jeritan yang keras yang didengar oleh semua yang ada di dekatnya kecuali manusia dan jin (HR al-Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan lainnya dengan yang hampir sama).

   

Ma’asiral Muslimin Rahimakumullah, 

 

Beriman kepada pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir adalah wajib bagi setiap mukallaf (orang yang baligh dan berakal). Pertanyaan ini diberlakukan kepada orang mukmin dan kafir di antara umat ini, yakni umat yang diutus kepada mereka Sayyidina Muhammad saw. Seorang mukmin yang sempurna imannya tidak akan terkejut, takut ataupun terganggu dengan pertanyaan Munkar dan Nakir. Karena Allah menetapkan dan menguatkan hatinya sehingga tidak merasakan takut melihat penampilan keduanya yang menakutkan. Sebab dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Munkar dan Nakir berwarna hitam kebiru-biruan, bermata merah seperti panci-panci tembaga yang besar, memiliki taring-taring seperti tanduk-tanduk sapi. Keduanya datang membelah bumi dengan gigi-gigi taringnya dan dengan suara seperti halilintar sebagaimana disebutkan dalam kitab Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari

 

Meski begitu, seorang mukmin yang sempurna imannya gembira dengan melihat Munkar dan Nakir, karena ia tahu bahwa ia akan selamat. Sedangkan orang munafik atau kafir, maka ia akan merasa ketakutan dan menggigil karena sangat takut kepada Munkar dan Nakir sehingga keluar dari lidahnya perkataan yang tidak ingin dia katakan.

 

Dia mengatakan:  Aku tidak tahu, dulu aku ikut-ikutan mengatakan apa yang dikatakan oleh orang-orang.

 

Maka Munkar dan Nakir berkata kepadanya: Engkau tidak mengetahui kebenaran dan tidak memberikan jawaban yang benar.

 

Kalimat ini dikatakan untuk menghardik seseorang. Kemudian Munkar dan Nakir memukul orang kafir atau munafik tersebut dengan sebuah palu. Munkar dan Nakir memukul kepalanya dengan palu dari besi dengan pukulan yang keras dan karenanya ia menjerit dengan jeritan yang sangat kuat, didengar oleh semua yang ada di dekatnya kecuali manusia dan jin.   

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

 

Pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur adalah salah satu kekhususan umat Muhammad ini, baik yang mukmin maupun yang kafir. Akan tetapi dikecualikan dari pertanyaan ini beberapa orang, yaitu Nabi saw. Dikarenakan kemuliaan beliau para malaikat tidak menanyainya.

 

Demikian pula orang yang mati syahid, yakni orang yang meninggal dalam peperangan melawan orang-orang kafir, tidak akan ditanya karena rohnya langsung dibawa naik ke surga. Demikian pula anak kecil yang meninggal sebelum baligh tidak ditanya, karena ia bukan mukallaf.

 

Disebutkan dalam sebuah hadits ketika Rasulullah saw menyebutkan pertanyaan dua malaikat Munkar dan Nakir, maka Umar berkata: Apakah dikembalikan kepada kita akal-akal kita, Ya Rasulallah? Nabi menjawab:

 

   كَهَيْئَتِكُمُ اليَوْمَ   

 

Artinya: Iya, seperti keadaan kalian sekarang.

 

Jadi keadaan manusia di dalam kubur menyerupai keadaannya di dunia. Ia merasakan kenikmatan dan merasakan sakit. Ini terjadi dengan roh dan jasad.   

 

Hadirin rahimakumullah

 

Marilah kita renungkan bersama bahwa dunia ini berjalan ke arah kepunahan dan kesudahan. Kita semuanya akan meninggalkan rumah kita yang di atas tanah dan berpindah ke rumah yang sempit di bawah tanah. Masing-masing dari kita hanya akan membawa apa yang telah kita perbuat di dunia.

 

Di kubur tidak ada yang menyertai seseorang kecuali amal perbuatannya. Oleh karenanya, orang yang cerdas adalah yang selalu mengingat kematian dan senantiasa melakukan persiapan untuk kehidupan akhiratnya dengan memperbanyak amal kebaikan.   

 

Hadirin yang dirahmati Allah, 

 

Demikian khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

 

   أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.   

 

Khutbah II

 

   اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ 
 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
 اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
 اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.   


Khutbah Terbaru