• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Keislaman

Pentingnya Ilmu Tasawuf bagi Kaum Milenial

Pentingnya Ilmu Tasawuf bagi Kaum Milenial
Generasi milineal perlu mempelajari tasawuf untuk mensucikan jiwa di era pragmatif ini (Ilustrasi: NU Online)
Generasi milineal perlu mempelajari tasawuf untuk mensucikan jiwa di era pragmatif ini (Ilustrasi: NU Online)


Ilmu tasawuf merupakan salah satu khazanah keilmuan Islam yang masih diwariskan hingga saat ini. Kehadirannya senantiasa tetap menjadi oase bagi keringnya kehidupan dunia modern yang fatamorgana. 

 

Secara historis, praktik ilmu tasawuf mengajarkan dan membimbing umat manusia untuk selalu membersihkan jiwa (tazkiyatun nafs) dan mendekatkan diri kepada Allah swt (taqarrab ilallah). Sehingga muara dari kehidupan manusia tersebut yakni akan selamat di dunia dan akhirat.

 

Ilmu tasawuf dihadirkan di dunia Islam yang juga sama dengan fiqih, tauhid dan ilmu-ilmu lainnya bukan karena tanpa alasan. Sama halnya dengan ilmu lain di atas, kehadiran ilmu tasawuf memang karena kebutuhan zaman yang semakin sulit, sebagaimana umat membutuhkan ilmu tajwid untuk membaca Al-Qur'an, ilmu fiqih untuk mengetahui tata cara beribadah, ilmu tauhid untuk mengetahui keesaan Allah swt, dan sebagainya. 

 

Maka, kehadiran ilmu tasawuf sebagai respon umat Islam terhadap maraknya penyimpangan-penyimpangan, yakni banyaknya umat Islam yang terjebak nafsu duniawi hingga melupakan akhirat dan Tuhannya, sehingga menjadikan ruhaninya gersang. 

 

Maka di kemudian hari banyak ulama yang menitikberatkan ilmu tasawuf sebagai pengajaran dan jalan hidup, sehingga banyak melahirkan karya-karya agung tentang tasawuf yang memukau pada zamannya. Seperti kitab Al-Hujwiri karangan Al-Muhasibi, Ihya Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali, Fushusul Hikam karangan Ibnu Arabi, Al-Hikam karangan Ibnu Athaillah, Matsnawi karangan Jalaluddin Rumi, dan sebagainya.

 

Pemikiran dan laku tasawuf yang sudah dibukukan, kemudian diajarkan kepada para murid dan masyarakat luas. Sehingga ilmu tasawuf menjadikan kebutuhan yang penting bagi penempuh jalan ruhani, terutama di era yang serba pragmatis ini.

 

Salah satu teori tasawuf yang masyhur berkaitan dengan pendidikan karakter seorang salik yakni trilogi penyucian jiwa, takhalli, tahalli, dan tajalli.

 

Pertama, takhalli. Bermakna pengosongan. Dalam ilmu tasawuf, takhalli bermakna pengosongan hati dan pikiran dari hal-hal yang bisa mengotori. Misalnya berupa penyakit hati dan gangguan pikiran yang masih negatif.

 

Kedua, tahalli. Berarti pengisian. Dalam ilmu tasawuf, tahalli bermakna pengisian hati dengan sifat-sifat mahmudah atau dengan kalimat-kalimat zikir kepada Allah, setelah sebelumnya hati dilakukan pengosongan atau pembersihan dari sifat-sifat tercela. 

 

Ketiga, tajalli (pancaran). Setelah kosong dari sifat tercela dan terisi dengan sifat baik, maka akan terkoneksi diri kita dengan Allah swt. Di sinilah, manusia bisa mencapai derajat insan kamil, memancarkan cahaya Ilahi. 

 

Selain konsep trilogi penyucian jiwa, dalam ilmu tasawuf juga ada konsep maqamat wal ahwal (kedudukan dan keadaan). Biasanya terdiri dari tujuh tingkatan, yakni tobat, wara', zuhud, fakir, sabar tawakal, dan ridha. 

 

Semua salik (mempelajari tasawuf) ketika ingin mencapai kedudukan ridha atau diridhai Allah, maka harus melewati anak tangga pertama (kedudukan awal) yakni tobat. Tanpa tobat, salik tidak akan pernah bisa mencapai kedudukan kedua dan seterusnya sampai kepada ridha. 

 

Selain metode-metode di atas masih banyak metode yang biasa diajarkan seorang sufi kepada masyarakat umum, bisa dengan ajaran tasawuf amali, falsafi dan burhani. Bisa juga dengan metode seni, seperti tari sufi (terakat maulawiyyah) dengan lantunan zikir. Bisa dengan debus (tarekat rifaiyyah). Dan masih banyak lagi, sehingga ajaran-ajaran tasawuf bisa diajarkan kepada siapapun dengan latar belakang apapun. 

(Yudi Prayoga)


Keislaman Terbaru