Penjelasan Hukum Mengucap Selamat Hari Raya Lebaran Idul Fitri
Senin, 31 Maret 2025 | 07:11 WIB
Perayaan hari lebaran atau Hari Raya Idul Fitri adalah hari besar umat Islam yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadan. Idul Fitri dirayakan pada tanggal 1 Syawal dalam kalender Hijriyah sebagai momen kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Biasanya umat Islam akan saling silaturahim, meminta maaf dan mengucapkan selamat hari raya kepada sesama.
Idul Fitri sendiri bermakna "kembali ke fitrah" atau kembali ke kesucian. Setelah menjalani ibadah puasa, umat Islam diharapkan menjadi pribadi yang lebih baik, penuh kesabaran, serta memiliki kepedulian sosial yang lebih tinggi.
Perihal mengucapkan selamat hari raya, selamat lebaran atau sejenisnya, apakah ada hukumnya?, Apakah dalam Islam memperbolehkan pengucapan tersebut.
Menanggapi hal tersebut, dalam Islam yang awal tidak menemukan dalil seperti ini. Akan tetapi Islam tidak memerintah dan juga tidak melarang pengucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri”, “Selamat Hari Raya Idul Adha”, “Minal Aidin wal Faizin” atau pengucapan lainnya yang semakna dengan itu. Masalah pengucapan “Selamat Hari Raya Idul Fitri” dan ucapan selamat lainnya mendorong diskusi di kalangan ulama.
Baca Juga
9 Amalan Sunnah saat Lebaran Idul Fitri
Syekh Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan masalah ini dalam kumpulan fatwanya berikut ini.
قال القمولي في الجواهر : لم أر لأصحابنا كلاماً في التهنئة بالعيدين ، والأعوام ، والأشهر كما يفعله الناس ، ورأيت فيما نقل من فوائد الشيخ زكي الدين عبد العظيم المنذري أن الحافظ أبا الحسن المقدسي سئل عن التهنئة في أوائل الشهور ، والسنين أهو بدعة أم لا ؟ فأجاب بأن الناس لم يزالوا مختلفين في ذلك ، قال : والذي أراه أنه مباح ليس بسنة ولا بدعة انتهى ، ونقله الشرف الغزي في شرح المنهاج ولم يزد عليه .
Artinya: Al-Qamuli dalam Al-Jawahir mengatakan, ‘Aku tidak menemukan banyak pendapat kawan-kawan dari Madzhab Syafi’i ini perihal ucapan selamat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ucapan selamat pergantian tahun dan pergantian bulan seperti yang dilakukan oleh banyak orang sekarang. Hanya saja aku dapat riwayat yang dikutip dari Syekh Zakiyuddin Abdul Azhim Al-Mundziri bahwa Al-Hafizh Abul Hasan Al-Maqdisi pernah ditanya perihal ucapan selamat bulan baru atau selamat tahun baru. Apakah hukumnya bid’ah atau tidak? Ia menjawab, banyak orang selalu berbeda pandangan masalah ini. Tetapi bagi saya, ucapan selamat seperti itu mubah, bukan sunah dan juga bukan bid’ah.’ Pendapat ini dikutip tanpa penambahan keterangan oleh Syaraf Al-Ghazzi dalam Syarhul Minhaj (Lihat Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Hawi Lil Fatawi fil Fiqh wa Ulumit Tafsir wal hadits wal Ushul wan Nahwi wal I‘rabi wa Sa’iril Funun, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, Libanon, 1982 M/1402 H, juz 1, halaman 83).
Juga disebutkan oleh Syekh Ibrahim al-Bajuri, bahwa mengucap selamat hari raya hukumnya sunnah:
وَعِبَارَةُ شَيْخِنَا وَتُسَنُّ التَّهْنِئَةُ بِالْعِيدِ وَنَحْوِهِ مِنْ الْعَامِ وَالشَّهْرِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ مَعَ الْمُصَافَحَةِ إنْ اتَّحَدَ الْجِنْسُ فَلَا يُصَافِحُ الرَّجُلُ الْمَرْأَةَ وَلَا عَكْسُهُ وَمِثْلُهَا الْأَمْرَدُ الْجَمِيلُ وَتُسَنُّ إجَابَتُهَا بِنَحْوِ تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنْكُمْ أَحْيَاكُمْ اللَّهُ لِأَمْثَالِهِ كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ اهـ.
Artinya: Redaksi guru kami (Syekh Ibrahim al-Bajuri); sunnah berucap selamat di hari raya dan lainnya berupa tahun dan bulan tertentu menurut pendapat mu’tamad (yang dibuat pegangan) beserta salam-salaman bila dengan satu jenis. Maka tidak boleh laki-laki bersalaman dengan perempuan, demikian pula sebaliknya. Dan sama dengan perempuan adalah laki-laki belia yang tampan. Sunnah menjawab ucapan selamat dengan redaksi semisal: Semoga Allah menerima kalian, Semoga Allah menghidupi kalian untuk hal yang sama, Semoga setiap tahun kalian berada dalam kebaikan (Syekh Abdul Hamid al-Syarwani, Hasyiyah al-Syarwani, juz 3, halaman 56).
Demikianlah dalil dari perkara mengucapkan selamat hari raya bagi sesama umat Islam. Dari redaksi di atas, kita menyimpulkan bahwa pengucapan “Selamat hari raya Idul Fitri” atau ucapan selamat lainnya dihukumi mubah (boleh), dan Syekh Ibrahim Bajuri menghukumi sunnah. Maka dari itu, kita boleh mengucapkan hal tersebut, apa lagi bertujuan baik, untuk mempererat tali persaudaraan sesama Muslim.