Ibadah Shalat 5 Waktu, Sebuah Kado Istimewa ketika Isra’ Mi'raj
Selasa, 28 Januari 2025 | 06:55 WIB
Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang menegaskan hubungan manusia dengan Allah swt. Perjalanan spiritual Nabi Muhammad saw ini memberikan banyak pelajaran terkait keimanan, ketaatan, dan penghambaan kepada Sang Pencipta.
Hal ini terangkum dalam shalat 5 waktu. Pasca Isra’ Mi’raj, ibadah penghambaan menjadi pilar utama yang menuntun umat Islam menuju kehidupan yang diridhai Allah swt.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56-57:
وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّالِيَعْبُدُوْنَ مَآاُرِيْدُمِنْهُمْ مِّنْ رِزْقٍ وَمَآاُرِيْدُ اَنْ يُطْعِمُوْنَ
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan (QS Adz-Dzariyat: 56-57).
Dalam Isra’ Mi'raj, Nabi Muhammad saw menerima perintah shalat lima waktu langsung dari Allah swt. Ibadah ini merupakan bentuk penghambaan tertinggi yang menunjukkan ketaatan dan kepasrahan hamba kepada Tuhannya.
Shalat menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, mengingat-Nya, dan memohon petunjuk dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, pasca Isra’ Mi’raj, shalat wajib lima waktu menjadi ibadah utama yang tidak dapat ditawar.
Dalam Al-Qur’an sendiri, tidak ada perintah yang diberikan perhatian secara lebih selain shalat. Al-Qur’an memerintahkan ibadah shalat dengan berbagai macam stilistika bahasa, kadang dengan perintah secara eksplisit, kadang dengan memuji orang yang melakukan shalat, dan kadang dengan mencela orang yang meninggalkannya.
Sehingga dari semua itu, orang yang meneliti Al-Qur’an menyimpulkan bahwa shalat adalah pilar agama Islam dan tidak ada bagian Islam bagi mereka yang meninggalkan, mengabaikan, dan bersikap munafik terhadap shalat.
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَـٰبًا مَّوْقُوتًا
Artinya: Sesungguhnya sembahyang itu bagi orang-orang mukmin merupakan kewajiban yang mempunyai waktu tertentu (QS An-Nisa': 103).
Penjelasan di atas menegaskan bahwa setiap mukmin yang tidak menunaikan shalat tanpa ada uzur, kelak di hari akhir akan mendapat siksa. Allah berfirman dalam surat Al-Mudatssir ayat 42-43:
مَاسَلَكَكُمْ فِى سَقَرَ، قَالُواْ لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
Artinya : Apakah yang menyebabkan kalian terjerumus ke dalam api neraka? Mereka semua menjawab," Karena kami tidak termasuk daripada orang-orang yang sembahyang" (QS Al-Mudatssir: 42-43).
Shalat juga mengajarkan disiplin dan kepatuhan. Ketika seorang Muslim melaksanakan shalat tepat waktu, ia sedang menjalankan perintah Allah swt dengan penuh kesadaran.
Keteraturan dalam shalat mencerminkan keteraturan dalam hidup, yang menjadi cerminan penghambaan sejati. Hal ini menunjukkan bahwa ibadah bukan hanya ritual, melainkan juga cara untuk membangun karakter dan integritas seorang Muslim.
Sedangkan untuk jumlah shalat dan jumlah rakaat shalat secara rinci memang tidak disebutkan secara eksplisit oleh Al-Qur’an. Waktu shalat hanya disebutkan secara garis besar sebagaimana keterangan Surat Ar-Rum ayat 17, Surat Al-Isra ayat 78, Surat Hud ayat 114, dan Surat Al-Baqarah ayat 238. (M Khudari Bek, 1995 M/1415 H: 27).
Tata cara shalat hanya disebutkan sebagian oleh Al-Quran pada Surat Al-Baqarah ayat 238 dan Surat Al-Hajj ayat 77. Tata cara shalat secara rinci dapat ditemukan pada praktik shalat Rasulullah saw (hadits fi’li).
Rasulullah melakukan shalat lima waktu secara berjamaah dengan para sahabat. Ia bersabda, “Lakukanlah shalat sebagaimana kalian melihatku melakukannya.”