Beberapa pekan terakhir hujan mulai mengguyur beberapa daerah di Indonesia, hal ini membuat jalanan menjadi licin dan berbahaya. Salah satu risiko yang sering terjadi pada kondisi ini adalah aquaplaning, di mana kendaraan kehilangan traksi dan mengapung di atas lapisan air di jalan.
Kondisi ini dapat menyebabkan pengemudi kehilangan kendali atas kendaraan, dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan serius.
Aquaplaning atau hydroplaning adalah kondisi di mana ban kendaraan kehilangan traksi karena terangkat oleh lapisan air di permukaan jalan.
Saat kondisi ini terjadi, ban kendaraan tidak lagi bersentuhan langsung dengan aspal, melainkan mengambang di atas air. Aquaplaning dapat membuat kendaraan sulit dikendalikan, terutama pada kecepatan tinggi.
Aquaplaning terjadi karena genangan air di permukaan jalan yang tidak dapat segera mengalir atau terserap. Curah hujan tinggi atau deras dalam waktu singkat dapat menyebabkan air menumpuk di jalan, menimbulkan kondisi yang memicu aquaplaning.
Jalan yang permukaannya licin atau memiliki banyak genangan air meningkatkan risiko terjadinya aquaplaning. Saat kendaraan melaju cepat di atas genangan air, tekanan air di bawah ban meningkat. Jika kecepatan kendaraan terlalu tinggi, air tidak bisa dengan cepat tertekan keluar dari bawah ban, sehingga terbentuk lapisan air di antaranya.
Lapisan air tersebut menyebabkan ban kehilangan kontak langsung dengan permukaan jalan, mengurangi traksi dan membuat kendaraan seolah meluncur. Semakin tinggi kecepatan, semakin besar risiko aquaplaning karena ban tidak punya cukup waktu untuk menekan air keluar.
Ban yang aus atau kurangntekanan udara membuat air sulit tersalurkan keluar, sehingga lebih rentan mengalami aquaplaning. Genangan air yang cukup dalam (lebih dari 3 mm) meningkatkan kemungkinan aquaplaning terjadi.
Aquaplaning menyebabkan pengemudi kehilangan kontrol kemudi, sehingga sulit untuk mengarahkan atau menghentikan kendaraan. Risiko kecelakaan meningkat karena kendaraan bisa meluncur ke arah yang tidak diinginkan, bahkan melintasi jalur lain.
Jika terjadi saat menikung, aquaplaning dapat menyebabkan kendaraan tergelincir keluar dari jalur, berpotensi menabrak pembatas jalan atau kendaraan lain.
Kurangi kecepatan saat melintasi jalan basah atau genangan air untuk memberikan waktu bagi ban agar dapat menekan air keluar. Hindari pengereman mendadak yang dapat membuat ban tergelincir lebih jauh. Usahakan untuk tetap memegang kemudi dengan kuat dan jangan membelok tajam agar kendaraan lebih stabil.
Ban yang memiliki alur cukup dalam membantu menyalurkan air keluar dari bawah ban, mengurangi risiko aquaplaning. Cek tekanan udara pada ban secara berkala, tekanan yang ideal membantu ban berfungsi optimal dalam menahan air. Ban yang sudah aus atau botak sangat rentan terhadap aquaplaning karena tidak dapat membuang air dengan baik.
Nyalakan lampu depan agar lebih terlihat oleh kendaraan lain meski jarak pandang terbatas karena hujan. Jaga jarak aman dengan kendaraan di depan untuk menghindari pengereman mendadak. Hindari melintasi jalan yang terlihat sangat tergenang air, terutama jika tidak mengetahui kedalaman genangannya.
Jika terjadi aquaplaning, pengendara agar tidak panik dan jangan langsung menekan pedal rem atau gas. Lepaskan pedal gas perlahan agar kendaraan melambat dengan sendirinya. Arahkan kemudi lurus dan jangan membelok secara mendadak untuk menghindari selip lebih lanjut.
Demikianlah penjelasan mengenai jalanan licin karena hujan dan bahaya aquaplaning. Semoga kita senantiasa diberikan keselamatan dalam berkendara.