Opini

Rahmat Allah Seluas Hidupmu, Mengapa Amalan Saja Tidak Cukup Menyelamatkan

Sabtu, 9 Agustus 2025 | 12:31 WIB

Rahmat Allah Seluas Hidupmu, Mengapa Amalan Saja Tidak Cukup Menyelamatkan

Ketua PWNU Lampung, H Puji Raharjo. (Foto: Istimewa)

Hidup ini adalah perjalanan panjang yang tidak selalu mulus, ada masa kita berdiri tegak penuh percaya diri, ada pula saat kita terjatuh dan merasa tak berdaya. Kita berusaha mengisi hari-hari dengan ibadah, menumpuk amal kebaikan, namun di sela-selanya kita sadar masih banyak kekhilafan yang menodai. 

 

Di tengah keraguan itu, kisah Nabi Hûd AS dalam QS Hûd ayat 58 memberi pelajaran berharga: ketika azab besar menimpa kaumnya, keselamatan beliau dan para pengikutnya bukan datang semata karena kekuatan atau banyaknya amal, tetapi karena rahmat Allah yang meliputi mereka. Inilah pesan yang begitu dalam, bahwa amal adalah wujud ketaatan yang wajib kita jaga, namun keselamatan sejati hanyalah anugerah dari Allah swt

 

Maka, sebesar apa pun usaha kita, hendaknya hati ini tetap bersandar penuh pada kasih sayang-Nya yang tidak pernah habis, karena hanya rahmat itulah yang mampu menyelamatkan kita dari segala azab, baik di dunia maupun di akhirat.

 

Allah swt berfirman dalam QS. Hûd: 58:

 

وَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا نَجَّيْنَا هُودًا وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَنَجَّيْنَاهُم مِّنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ

 

Artinya: Dan ketika datang perintah Kami, Kami selamatkan Hûd dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dari Kami. Dan Kami selamatkan mereka dari azab yang berat.

 

Tafsir Al-Qurṭubī menjelaskan: Tidak ada yang selamat kecuali dengan rahmat Allah, meskipun ia memiliki amal saleh.

 

Rasulullah saw bersabda:

 

لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ

 

Artinya: Tidak seorang pun di antara kalian yang akan masuk surga karena amalnya. Para sahabat bertanya, “Tidak juga engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak juga aku, kecuali jika Allah melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepadaku” (HR al-Bukhārī dan Muslim).

 

Dan dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:

 

إِنَّ رَحْمَتِي سَبَقَتْ غَضَبِي

 

Artinya: Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku (HR al-Bukhari).

 

Bayangkan, seorang nabi sekalipun tidak mengandalkan amalnya, tapi bersandar penuh pada rahmat Allah. Amal adalah bukti cinta kita kepada-Nya, namun tiket keselamatan hanyalah Dia yang memberi, dan namanya adalah rahmat-Nya.

 

Kisah Nabi Hûd as juga mengajarkan bahwa rahmat Allah tidak selalu hadir dalam bentuk yang kita bayangkan. Kadang Dia menyelamatkan dari keburukan besar, namun tetap mengizinkan ujian datang untuk memurnikan jiwa. 

 

Dalam Tafsir Al-Qurṭubī, ini disebut tamḥīṣ, pembersihan hati dan iman. Maka, jangan terburu-buru menilai cobaan sebagai hukuman. Bisa jadi itulah tanda Allah masih memeluk kita erat dalam kasih sayang-Nya.

 

Pesan ayat dan hadis ini sederhana tapi dalam: jangan berhenti beramal, namun jangan pula merasa amal itu cukup untuk menjamin keselamatan. 

 

Gantungkan seluruh harapan pada rahmat Allah, karena hanya Dia yang mampu menutup perjalanan kita dengan husnul khatimah. Jadikan doa ini teman setia di setiap akhir hari:

 

اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِرَحْمَتِكَ، وَاخْتِمْ حَيَاتِي بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ

 

Artinya: Ya Allah, cukupkan hidupku dengan rahmat-Mu, dan tutuplah perjalananku dengan husnul khatimah.

 

Rahmat-Nya bukan hanya lebih luas dari murka-Nya, tetapi juga lebih luas dari seluruh perjalanan hidup kita. Dan siapa pun yang hidupnya berakhir dalam rahmat-Nya, dialah yang benar-benar selamat.

 

H Puji Raharjo Soekarno, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung/ Deputi Bidang Koordinasi Pelayanan Haji Dalam Negeri