Warta

Rais Syuriyah MWCNU Metro Utara: Santri Harus Bisa Merangkul Semua Lapisan Masyarakat

Senin, 3 Februari 2025 | 19:30 WIB

Rais Syuriyah MWCNU Metro Utara: Santri Harus Bisa Merangkul Semua Lapisan Masyarakat

Rais Syuriyah MWCNU Metro Utara, Metro, Kiai Abdul Hamid, Ahad (2/2/2025). (Foto: Istimewa)

Metro, NU Online Lampung 

Santri harus siap menjadi apa saja. Mengutip pesan Kiai Manaf Lirboyo, Jawa Timur, santri diibaratkan seperti paku, fungsi paku itu bisa menjadi mediator pengait antar kayu dalam proses pembangunan rumah.

 

"Paku tersebut bertemu dengan kayu balok, paku bertemu dengan kayu usuk, paku bertemu dengan kayu reng, dan lainnya," ujar Rais Syuriah MWCNU Metro Utara, Metro, Kiai Abdul Hamid, Ahad (2/2/2025). 

 

Ia melanjutkan, seperti hal paku, santri harus  bisa merangkul siapa saja, bergaul dengan siapapun, semua lapisan status sosial masyarakat ia sapa, komunitas apapun ia masuki, ia fleksibel, bisa luwes dimana saja, tidak kaku. 

 

“Santri yang telah lulus dari pondok pesantren atau pulang ke kampung halamannya harus siap berjuang di masyarakat. Jangan tinggalkan mengajar, bisa jadi guru di mana saja bisa di TPQ/TPA, lembaga pendidikan non formal atau formal lainnya,” ungkapnya. 

 

Pengajar Pondok Pesantren Mahasiswa Maarif Kota Metro ini mengatakan, agenda mulang atau mengajar adalah bagian dari proses perjuangan, pengabdian. Klau ke sawah, ke ladang atau masuk dalam salah satu perusahaan itu namanya pekerjaan. 

 

"Maka, santri harus kuatkan dalam fondasi ekonomi supaya kita terhindar dari sifat tamak. Saat ini, sangat dibutuhkan alumni pondok pesantren, santri untuk mengisi kelompok masyarakat, majelis taklim dengan referensi kitab kuning, dimulai dari yang sederhana seperti Safinah dan Sulam Taufik," tuturnya.

 

Menurutnya, ia melakukan proses dakwah, ngaji bersama di lingkungan masyarakat Kecamatan Metro Utara dan sekitarnya dengan metode pendekatan budaya, lewat jalur seni hadrah.

 

"Hal itu agar proses transfer pesan-pesan moral agama bisa ditangkap, dicerna oleh masyarakat dengan mudah oleh seluruh lapisan masyarakat. Kita ketahui, semua kearifan lokal kebudayaan nusantara itu semuanya ada filosofinya, seperti jaranan (kuda lumping), dan lainnya,” katanya. 

 

Oleh karena itu, selaku generasi penerus perjuangan agama Allah swt ini, di mana saja, kapan saja, jangan melupakan jasa para pendahulu, para leluhur yang telah memulai jalur perjuangan baik itu desa tempat tinggal, jalur lembaga pendidikan, dan juga bidang dakwah.

 

"Saat ini kita semua bisa seperti ini tinggal meneruskan saja, maka jangan lupa tawasul, bacakan kirim surat al fatihah untuk para pendahulu kita,” ujarnya.