• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Warta

Ngaji Kitab Minahus Saniyah: Hati-Hati dalam Beribadah, Jangan Riya

Ngaji Kitab Minahus Saniyah: Hati-Hati dalam Beribadah, Jangan Riya
n pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar dalam Ngaji Rutinan Kitab Minahus Saniyah. (Foto: Istimewa)
n pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar dalam Ngaji Rutinan Kitab Minahus Saniyah. (Foto: Istimewa)

Lampung Tengah, NU Online Lampung

Dalam kehidupan sehari-sehari, harus mewaspadai  sifat riya (pamer) atau tidak ikhlas yang bersifat lembut, dan berupa rasa nyaman dalam beribadah. 


Para golongan orang-orang ma’rifat bersepakat jangan sampai riya melekat dalam diri, salah satunya adalah nyaman dalam beribadah.


Hal tersebut disampaikan pengasuh Pondok Pesantren Darusy Syafa’ah Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah, KH Andi Ali Akbar dalam Ngaji Rutinan Kitab Minahus Saniyah di Masjid Qalbun Salim, Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah. 


“Kita dalam beribadah sehari-hari kepada Allah adalah urusan hati, dan jangan menilai seseorang dari dhahir (luar) saja. Beribadah juga jangan karena sesuatu hal lain, beribadah tidak boleh karena dikendalikan hal lain,” ujarnya. 


Ia melanjutkan, tanda-tanda riya atau tidak ikhlas adalah merasa nyaman ibadah, ibadah tidak karena Allah swt. Dan beribadah karena yang lain, beribadah karena dipuji menjadi semangat. 


“Orang-orang yang riya itu seperti tercermin dalam Al-Qur’an Surat Al-Ma’un, kita harus hati-hati, fokuskan ibadah hanya karena Allah swt,” katanya. 


Menurut Wakil Katib Syuriyah PCNU Lampung Tengah itu, seseorang yang riya bisa juga karena ingin mendekatkan diri karena Allah swt, jadi intinya beribadah kepada Allah itu bukan karena tetangga, bukan karena keadaan apapun. 


“Contohnya seperti Nabi Ibrahim as, ia hanya ingin ibadah kepada Allah, semata-mata karena Allah. Kita sebagai makhluk-Nya beribadah kepada Allah bukan hanya untuk pendekatan saja karena ada maunya,” tuturnya. 


Ia mengatakan, maka ikhlas itu perlu latihan yang terus-menerus, ikhlas jangan ditanyakan kepada orang lain. Tugas sebagai umat adalah terus berbuat kebaikan, lanjut saja, bukan karena yang lain. 


“Kita menjadi hamba Allah beribadah murni karena Allah, semata-mata karena kewajiban kepada Allah. Barakah Allah swt itu lewat jalan kebaikan, bukan lewat jalan kemaksiatan,” ujarnya. 


Menurut alumni Pondok Pesantren Blokagung Banyuwangi itu, tanda riya lainnya, ibadah senang jika dilihat orang lain menjadi semangat. Sekali lagi, yang penting jalan saja, beribadah murni karena Allah swt. 


Terpenting adalah tidak berbuat maksiat, yang penting mau menata hati masing-masing, agar terhindar dari sifat riya dalam beribadah. 

(Akhmad Syarief Kurniawan)
 


Warta Terbaru