• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Warta

Ketum MUI Lampung: Pengurus itu Bukan Diurusi, Tapi Ngurusi

Ketum MUI Lampung: Pengurus itu Bukan Diurusi, Tapi Ngurusi
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung Prof KH Mohammad Mukri (Foto: Istimewa)
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung Prof KH Mohammad Mukri (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online Lampung
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung Prof KH Mohammad Mukri mengingatkan seluruh pengurus MUI untuk berkhidmah dengan baik melalui organisasi yang merupakan tenpat berkumpul ulama, zuama, dan cendekiawan muslim tersebut. Pengurus harus mampu berkiprah mengurus organisasi dengan baik sehingga visi dan misi organisasi bisa tercapai.


“Pengurus itu bukan diurusi, tapi ngurusi. Wong jadi pengurus kok malah diurusi (jadi urusan). Tujuan jadi pengurus tidak  lain hanya untuk berkhidmah,” ungkapnya pada acara Halal bi Halal Pengurus MUI Provinsi Lampung yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Emersia Bandar Lampung, Ahad (29/5/2022).


Pengurus MUI menurutnya harus menjadi sosok yang menyejukkan, bukan malah menjadi sumber kegaduhan dan membuat pihak lain tidak nyaman dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Pengurus MUI harus menjadi teladan dan inspirasi umat diberbagai hal khususnya dari sisi kompetensi keilmuannya dan perilaku dalam kehidupannya.

 

Terlebih lanjutnya, pengurus MUI merupakan sosok yang menjadi perhatian publik sehingga bisa disebut bahwa pengurus MUI adalah pemimpin bagi para jamaahnya. Sebagai pemimpin tentu, pengurus MUI akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah tentang umat atau jamaahnya.

 

Kullukum rain. Wa kullukum mas’ulun an raiyyatih. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanyakan tentang yang dipimpinnya. Sehingga pemimpin harus bisa menjadi contoh baik,” ungkapnya mengutip hadits Nabi Muhammad saw.


Sebagai penerus dalam hal keulamaannya, pengurus MUI juga harus meniru nabi dalam memberi inspirasi dan memberikan uswatun hasanah (teladan yang baik) kepada umat. Kesuksesan nabi dalam memimpin di antaranya dipengaruhi oleh sosok nabi yang bisa menjadi role model bagi umatnya.


Laqad kana lakum fi rasụlillahi uswatun ḥasanah. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu,” katanya mengutip Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21.


Terkait dengan keragaman dalam MUI yang menaungi pengurus dari berbagai ormas di Indonesia, Prof Mukri mengingatkan untuk saling menguatkan toleransi. Perbedaan yang ada jangan sampai menjadikan perpecahan dan saling menyalahkan karena perbedaan sudah menjadi sunatullah.

 

Ia menilai perbedaan yang ada dalam setiap pemikiran orang karena memang sumber bacaan yang dikonsumsi juga berbeda. Ketika seseorang makin banyak membaca berbagai sumber bacaan shahih, maka ia akan menemukan sendiri jawaban yang semakin menjadikannya lebih moderat.


Terlebih di era digital saat ini, ia berharap para pengurus MUI mampu memberi contoh bagaimana bijak dalam bermedia sosial dengan tidak men-share hal-hal yang belum jelas dan menyakiti orang lain.


“Saya kira pengurus MUI sudah cukup dewasa, cukup matang. Kita menjadi panutan. Karena MUI itu bukan hanya NU, MUI bukan hanya Muhammadiyah. MUI adalah ekspresi dari wa’tashimu bihablillahi jamian wala tafarraqu (Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai),” katanya mengutip Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 103.

 

Wong kita dengan yang beda agama saja ada rumusnya. Masa sama-sama Islam kita nggak bisa rukun?,” imbuh pria yang juga Ketua PBNU ini. (Muhammad Faizin)


Editor:

Warta Terbaru