• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Warta

Ketua PWNU Lampung Terima Penghargaan Kerukunan dalam Keberagaman dari Wakapolri

Ketua PWNU Lampung Terima Penghargaan Kerukunan dalam Keberagaman dari Wakapolri
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung H Puji Raharjo mendapatkan penghargaan dari Wakapolri Komjenpol Agus Andrianto. (Foto: Istimewa)
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung H Puji Raharjo mendapatkan penghargaan dari Wakapolri Komjenpol Agus Andrianto. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online Lampung

Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung H Puji Raharjo mendapatkan penghargaan dari Wakapolri Komjenpol Agus Andrianto karena dinilai mampu secara konsisten menebarkan kerukunan dalam keberagaman. Penghargaan tersebut diserahkan pada Silaturahmi Kebangsaan di GSG Universitas Lampung, Kamis (21/12/2023) malam.


Sejumlah tokoh lain juga mendapatkan penghargaan tersebut di antaranya Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Lampung Prof Sudarman dan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Lampung Prof Mohammad Bahruddin.


Sesaat setelah menerima penghargaan tersebut, Puji mengungkapkan bahwa kerukunan dalam keberagaman merupakan keniscayaan. Keberagaman merupakan sunnatullah yang memang harus ada dalam kehidupan dunia ini. Untuk menyatukan keragaman tersebut maka kunci pentingnya adalah toleransi sehingga akan muncul kerukunan.


Mengutip surat Al-Hujurat ayat 13 ia menegaskan bahwa dalam Islam, keberagaman dan perbedaan bukanlah hal yang perlu dipertentangkan, namun semua itu harus dikomunikasikan yang dalam Al-Qur’an diperintahkan untuk saling mengenal.


“Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Jelas ayatnya seperti ini,” katanya.


Oleh karena itu, Nahdlatul Ulama Lampung terus memperkuat kerukunan dengan memperkuat tiga ciri utama ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yakni pertama at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan.


“Kedua at-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil 'aqli, dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional dan dalil naqli, bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits,” jelasnya.


Ketiga adalah sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama.


Dalam realisasinya, PWNU Lampung terus melakukan komunikasi dan konsolidasi dengan seluruh stakeholders terkait di Lampung dalam upaya mewujudkan kerukunan. Seperti ia sebutkan, saat ini pihaknya terus menyatukan frekuensi dengan sesama ormas Islam terbesar di Indonesia yakni Muhammadiyah.


“PWNU Lampung dan PW Muhammadiyah terus berkoordinasi dalam menghadapi dinamika di tengah-tengah masyarakat secara bersama-sama,” ungkapnya.


Ditemui pada acara yang sama, Ketua PW Muhammadiyah Lampung Prof Sudarman mengatakan bahwa jalinan komunikasi yang inten telah dilakukan oleh NU dan Muhammadiyah di Lampung. “Ke depan kita akan terus bersama-sama dalam bergandengan tangan menghadapi berbagai dinamika keumatan yang terjadi di Lampung,” ungkapnya.


Kebersamaan NU dan Muhammadiyah Lampung ini terlihat dalam banyak momentum di antaranya saat menyikapi perkembangan dunia Islam, kemanusiaan, dan sosial kemasyarakatan, khususnya peristiwa yang terjadi di Bitung, Sulawesi Utara. 


PWNU dan Muhammadiyah menyampaikan pandangan dan sikap bersama-sama sebagai wujud tanggung jawab keumatan dan kebangsaan di Kantor PWNU Lampung pada Kamis (30/11/2023) lalu.


Sementara Wakapolri Komjen Agus Andrianto menyebut kerukunan antar masyarakat di Lampung adalah perwujudan “Indonesia” yang sesungguhnya.


“Kebhinekaan yang ada, heterogenitas yang ada di Lampung merupakan miniatur Indonesia,” katanya.


Agus mengatakan kerukunan dan keberagaman ini harus dijaga dan tidak boleh terputus begitu saja. “Tentunya ini harus dijaga, harus lebih toleran satu sama lain, harus lebih menghargai satu sama lain,” kata dia.


Perbedaan budaya, agama dan suku yang ada tidak menjadi penghalang rasa persatuan dan kesatuan. “Tidak perlu dicari perbedaannya, itulah indahnya,” kata dia. 


Editor:

Warta Terbaru