• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Warta

Antara Konflik dan Kerukunan Masyarakat Multikultural

Antara Konflik dan Kerukunan Masyarakat Multikultural
LAMPUNG SELATAN -Yayasan Bina Bangsa Jakarta menggelar seminar dialog lintas budaya dan agama di Aula SMA Ma’arif Bumirestu. Dalam acara ini, panitia sengaja mengundang berbagai perwakilan lapisan masyarakat, tokoh adat, pelajar, mahasiswa, pejabat dan pihak keamanan yang terkait untuk duduk bersama membahas dan menanggulangi isu-isu seputar kerukunan dan juga konflik-konflik sosial yang baru-baru ini marak terjadi. IMG-20160802-WA0005 Dalam dialog terbuka tersebut, Yayasan Bina bangsa 99 (YBB) yang berpusat di Jakarta menfasilitasi  dan mengirimkan perwakilan Dr, Phil Suratno untuk mengisi dan memberikan pengetahuan tentang kerukunan dan konflik sosial di masyarakat, yang kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Selain itu, hadir juga sebagai pengisi acara seminar diantaranya adalah perwakilan dari tokoh adat umat Hindu Putu Suryaningsih, perwakilan FKUB Kyai Zainurrosihin, Ketua PWNU Lampung Kyai RM. Soleh Bajuri, Kanit Intel Polsek Palas M.Fauzi dan ketua Yayasan Bina Bangsa (YBB) Ikhsan Hasan Antusias peserta diskusi dalam seminar tersebut cukup tinggi, dibuktikan dengan banyaknya peserta seminar yang hadir dan kemudian bertanya seputar tema kerukunan dan juga konfik yang terjadi disekitar mereka. Putu Suryaningsih mengatakan, pada dasarnya konflik-konflik sosial yang terjadi di masyarakat saat ini cenderung diakibatkan karena adanya kenakalan remaja yang kemudian meluas manjadi konflik kelompok. Sementara Kyai RM. Soleh Bajuri mengatakan, ada empat (4) rumus yang bisa dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi konflik di masyarakat saat ini, yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Indonesia dan UUD 45 disingkat dengan istilah “PBNU”. Dalam sesi sambutan yang lain, Kanit Intel Polsek Palas, M. Fauzi, menilai lemahnya dan ketidakperdulian tokoh adat atau tokoh mesyarakat sekitar untuk menjadi inisiator dan juga mediator dalam menyelesaikan konflik menjadikan sulitnya menyatukan kembali kedua kelompok yang berselisih. “Sehingga polisi tidak bisa bertindak maksimal karena kurangnya dukungan dari para tokoh untuk berperan aktif ikut serta menyelesaikan konflik yang terjadi,” katanya. Sebelum acara seminar ditutup pada pukul 16.00 WIB, semua perwakilan dari masing-masing tokoh adat maupun agama diminta menanda tangani nota kesepahaman untuk saling menjaga kerukunan dan juga toleransi serta menjaga negara kesatuan Indonesia, dan senantiasa untuk terus mengadakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan yang positif, agar masyarakat Lampung Selatan dapat kembali menjadi kota yang aman, damai dan sejahtera. (Ali Maskur)  


Editor:

Warta Terbaru