Haflah Akhirussanah Pesantren Darussa’adah Lampung Tengah, Ini Pesan KH Zulfa Mustofa
Ahad, 18 Februari 2024 | 16:30 WIB

Wakil Ketua Umum PBNU, KH Zulfa Mustofa saat Haflah Akhirussanah Pesantren Darussa'adah Lampung Tengah (Foto: Istimewa).
Akhmad Syarief Kurniawan
Kontributor
Lampung Tengah, NU Online Lampung
Para santri nanti suatu saat jika sudah terjun di masyarakat ilmunya harus diamalkan. Orang yang mau mengamalkan ilmunya kepada masyarakat meskipun sedikit, lama-lama akan pintar dan ‘alim.
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Zulfa Mustofa pada Haflah Akhirussanah ke-38 di Aula Muktamar NU Pondok Pesantren Darussa’adah, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah, Jumat (16/2/2024).
“Kepada santri Pondok Pesantren Darussa’adah Lampung Tengah yang setelah diwisuda, saya berpesan jadi santri jangan minder, yang bisa paham (pintar) kitab kuning juga jangan bangga berlebihan,” ujarnya.
Ia melanjutkan, ada santri ketika di pondok pesantrennya Cuma biasa-biasa saja tapi setelah lulus, punya pesantren besar, santrinya banyak. Itu karena ilmunya berkah dan semasa mondok di pesantren taat (ta’dhim) dengan gurunya,” tuturnya.
Penulis Kitab Nadzam Tuhfatul Qashi Wa Dani itu melanjutkan, jadi semua santri Darussa’adah Lampung Tengah jika ingin ilmunya bermanfaat dan berkah maka harus ta’dhim dengan guru yakni KH Muhsin Abdillah.
“Kaliam semua jadi santrinya Kiai Muhsin Abdillah jika pernah buka aibnya maka ilmunya tidak bermanfaat, tapi jika hormat dan ta’dhim maka ilmumu akan bermanfaat sekaligus barokah,” ungkapnya.
Kiai Zulfa melanjutkan, pesantren itu jika santrinya banyak, itu berarti karena keikhlasan kiainya, dan kiainya sangat berhati-hati (wara’). Orang-orang yang hatinya bersih rata-rata tinggal di pelosok desa, doanya mustajab. Maka para wali santri harus senang, anaknya mondok di pondok pesantren karena sanad keilmuannya jelas.
“Santri harus terus berpegang teguh pada kaidah almuhaafadhatu ‘ala qadiimish shalih wal akhdzu bil jadiidil ashlah, pesantren punya keunggulan dalam tradisi kitab kuning (turats). Santri NU harus punya kemampuan untuk pandai beradaptasi dengan lingkungan baru,” katanya.
Ia melanjutkan, contohnya tema-tema aktual, seperti tentang HAM, feminisme, demokrasi, dan lain-lain, tema-tema ini santri harus siap. Makanya di PBNU digelar halaqah fiqih peradaban, supaya santri paham dengan kondisi sosial kemasyarakatan kekinian yang berkembang di Indonesia.
“Perkumpulan NU tidak kekurangan kader, karena mereka yang sudah masuk di perguruan tinggi telah dibekali dengan ilmu-ilmu pesantren. Dan mereka kini sudah masuk di fakultas perguruan tinggi umum, seperti fakultas ekonomi, fakultas ilmu hukum, fakultas kedokteran, dan lain-lain,” tuturnya.
Ia berharap ke depan Perkumpulan NU di Provinsi Lampung ini segera membangun Rumah Sakit NU. Karena kampus berbasis NU sudah banyak, pesantren sudah banyak, khidmat NU kepada masyarakat luas dalam bidang layanan kesehatan juga harus diutamakan.
(Akhmad Syarief Kurniawan)
Terpopuler
1
Wakil Gubernur Terpilih Lepas Muslimat NU Lampung Menuju Kongres ke-18 di Surabaya
2
Doa Malam Nisfu Sya’ban 13 Februari 2025, Versi Berjamaah dan Tata Cara Membacanya
3
Keberangkatan Muslimat NU Tulang Bawang Barat ke Kongres XVIII Resmi Dilepas Gus Taufik
4
Alasan Pentingnya Mengeluarkan Zakat Mal di Bulan Sya'ban
5
Memahami Hakikat Shalawat yang Turun di Bulan Sya'ban
6
Harlah ke-102 NU di Sidomulyo, Meriahkan Tradisi dan Ingatkan Pesan Pendiri NU
Terkini
Lihat Semua