5 Metode Mengawali Puasa Bulan Ramadhan, Jangan Asal-asalan
Sabtu, 22 Februari 2025 | 21:14 WIB
Muhammad Faizin
Penulis
Pringsewu, NU Online Lampung
Di masyarakat sering muncul pertanyaan, “Kapan mulai puasa?” dan “Kapan mulai lebaran?” Pertanyaan ini tidak boleh dijawab hanya dengan ikut-ikutan, apalagi memilih puasa yang akhir dan lebaran yang awal. Semua harus berdasarkan ilmu.
Ketua Ranting Muslimat NU Pengaleman Hj Munirotun Sofa, menjelaskan ada lima cara yang perlu diperhatikan dalam mengawali puasa. Hal ini disampaikan saat memberikan kajian pada kegiatan PAC Fatayat NU Kecamatan Ambarawa, Sabtu (22/2/2025).
Menurutnya, cara pertama adalah dengan memperhatikan hitungan bulan. “Jika sudah memasuki tanggal 30 pada bulan sebelumnya, maka bisa dipastikan besok adalah tanggal 1 yang menandai dimulainya puasa,” ujarnya.
Metode kedua adalah dengan mempercayai jika seseorang telah melihat bulan dan orang tersebut siap untuk disumpah. Kesaksian ini menjadi salah satu dasar penetapan awal Ramadhan.
Cara ketiga adalah dengan mempercayai orang yang memang ahli dalam bidang falakiyah. Ia menjelaskan bahwa dalam menentukan awal bulan, ada yang menggunakan metode hisab (perhitungan astronomi) dan ada juga yang menggunakan metode rukyatul hilal (pengamatan langsung bulan sabit pertama).
“Yang keempat, yang menurut saya paling bijaksana dan paling mudah, adalah dengan mematuhi atau mengikuti kebijakan pemerintah. Dalam hal ini, Kementerian Agama telah menentukan awal puasa dan awal satu Syawal melalui sidang isbat dengan kajian yang mendalam,” tambahnya.
Metode kelima adalah dengan cara ijtihad sendiri. Hal ini berlaku dalam kondisi di mana seseorang tidak dapat mengakses informasi apapun terkait dengan awal bulan puasa dan bulan Syawal.
“Contohnya, ketika seseorang berada di tempat yang terisolasi, tidak bisa berinteraksi dengan orang lain, tidak mengetahui informasi, dan tidak ada alat yang membantunya untuk mengetahui waktu,” jelasnya.
“Dalam kondisi seperti itu, ia bisa berijtihad sendiri untuk menentukan awal puasa dan awal satu Syawal,” jelas alumni Pesantren Al Falah Ploso Jawa Timur ini.
Dengan memahami kelima metode yang bersumber dari Kitab Safinatun Najah ini, ia berharap masyarakat tidak lagi asal-asalan dalam menentukan awal puasa dan lebaran. Penetapan waktu ibadah harus didasarkan pada ilmu dan kepercayaan kepada pihak yang berwenang.
Terpopuler
1
KH Saifuddin Zuhri dan KH Muhtar Ghozali Terpilih Jadi Rais dan Mudir JATMAN Lampung pada Muswil 2025
2
GP Ansor Way Kanan Gelar PKD, Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas Kader
3
Ketua PWNU Lampung: Santri Harus Siap Menanggung Pahitnya Belajar Demi Terangnya Masa Depan
4
Sosialisasi PIP dan Wawasan Kebangsaan, Fauzi Heri Ajak Masyarakat Amalkan Nilai Pancasila
5
Ketua PWNU Lampung: Thariqah Jadi Penyejuk dan Penuntun Umat dalam Menjawab Keresahan Zaman
6
Memaknai Doa Nabi Musa Minta Jodoh, KH Sujadi: Ciptakan Suasana Surgawi dalam Rumah Tangga
Terkini
Lihat Semua