Syiar

Memaknai Hikmah (Filosofi) Puasa Bagian I

Selasa, 7 Mei 2019 | 10:35 WIB

Oleh: rudy Irawan, M.S.I (Dosen UIN raden Intan Lampung, Wakil Ketua PCNU bandarlampung) Allahumma baarik lanaa fii Sya’baana waballighnaa Ramadlaana fii shihhatin wa salaamatin wa buluughi l-maraam.  Ya Allah berkahilah kami di bulan Sya'ban dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadlan dalam keadaan sehat afiat, sejahtera, dan asa dan cita kami tercapai atas kasih sayang-Mu wahai Dzat yang Maha Penyayang dari Yang Penyayang. Mari kita syukuri anugrah Allah yang tak terhingga. Hanya karena kasih sayang-Nya kita sehat afiat. Shalawat dan salam mari kita senandungkan untuk Rasulullah Muhammad saw, keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang setia meneladani beliau. Semoga semua urusan kita dimudahkan oleh Allah dan kelak kita mendapat syafaat beliau.   Alhamdulillah, hari ini senin 6/05/2019 kita mengawali 1 Ramadlan 1440 H. Sulthan al-Ulama al-‘Izz bin Abd as-Salam, ‘Izz al-Din ‘Abd al-‘Aziz bin ‘Abd as-Salam as-Sulamy (w.660 H) menulis buku judulnya Maqashid ash-Shaum. Karya ini baru ditahqiq oleh Dr Iyad Khalid ath-Thabba’, diterbitkan oleh Dar al-Dikr Beirut Libanon dan Damasyqus Syria, cet pertama 1992 M/1413 H, dan edisi kedua 1995.   Kitab ini disusun indah dan langka (nafisah nadirah) menggambarkan maqashid atau tujuan puasa,  dalam 10 (sepuluh) pasal, tentang 1). Wajibnya; 2). Keutamaannya; 3). Adab atau tata kramanya; 4). Apa yang harus dijauhinya; 5). Usaha menggapai Lailatu l-Qadar; 6). I’tikaf; 7). Puasa Sunnah (Tathawwu’); dan  8). Hari-hari dilarang puasa. (Yang dua tidak disebutkan). Pasal 1: Wajibnya Puasa. Allah ta’ala berfirman :   يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ   “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kamu sekalian berpuasa, seperti diwajibkan pada orang-orang sebelum kamu, agar kamu sekalian menjadi orang yang bertaqwa” (QS. Al-Baqarah: 183).   Makna “لعلكم تتقون” agar kamu takut kepada neraka dengan berpuasa. Karena puasa merupakan sebab diampuni ya dosa-dosa yang “mewajibkan” seseorang ke neraka. Dalam kitab Shahih al-Bukhary dan Muslim, bahwa Nabi saw bersabda : “Islam dibangun atas lima: atas agar kamu menyembah (beribadah) kepada Allah dan kufur kepad lainnya, mengerjakan shalat, menunaikan zakat, haji di Baitullah, dan puasa Ramadhan” (Riwayat Muslim, 16,20). Hanya orang-orang yang beriman yang disapa oleh Allah untuk menjalankan ibadah puasa. Karena orang yang tidak beriman tidak diwajibkan berpuasa. Karena tentu aneh jika orang tidak beriman, menjalankan puasa. Pasal 2: Keutamaan Puasa. Ada beberapa faedah puasa: menaikkan derajat, melebur berbagai kekeliruan (kesalahan), memecah syahwat, memperbanyak sadaqah, memenuhi ketaatan, menyukuri Dzat Yang Mengetahui hal-hal yang samar, menjauhi dari larangan-larangan maksiyat dan persengketaan. Menaikkan derajat, berdasar sabda Rasulullah saw : اذا جاء رمضان فتحت ابواب الجنة وغلقت ابواب النار وصفدت الشياطين اخرجه البخاري ١٨٩٩ في الصوم ومسلم ١٧٠٩ في اول الصيام عن ابي هريرة “Apabila datang bulan Ramadlan, dibukalah pintu-pintu surga, dikunci pintu-pintu neraka, dan dibelenggu syaithan-syaithan” (Dikeluarkan oleh Al-Bukhary 1899 bab Puasa, dan Muslim 1709 dalam Awal Puasa riwayat dari Abu Hurairah).   Rasulullah saw juga bersabda, disebut sebagai hikayah dari Tuhannya ‘Azza wa Jalla (ini disebut hadits Qudsy): كل عمل ابن ادم له الا الصيام فانه لي وانا اجزي به. والصيام جنة فاذا كان (يوم ) صوم احدكم فلا يرفث يومئذ ولا يسخب فان سابه احد او قاتله، فليقل : اني امرؤ صائم ، اني صائم . والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم اطيب عند الله يوم القيامة من ريح المسك . وللصائم فرحتان يفرحهما : اذا افطر فرح بفطره  واذا لقي ربه فرح بصومه )اخرجه البخاري). “Setiap amalan anak cucu Adam as adalah untuknya. Kecuali puasa. Karena puasa itu untuk Aku (Allah). Dan Aku akan membalasnya. Puasa adalah perisai (sesuatu yang menjaga pemiliknya dari penyakit yang menyakitkan). Maka apabila pada hari kalian berpuasa, maka janganlah rafats (berkata kotor) pada hari itu, dan juga jangan gunakan kata (yang menyakiti), maka apabila salah seorang mencaci atau memeranginya, maka katakan: aku adalah orang yang puasa, aku berpuasa. Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam kekuasaan-Nya, sungguh aroma mulut orang yang berpuasa itu lebih wangi di sisi Allah di hari kiamat dari aroma misik. Dan bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan yang akan dinikmatinya: ketika berbuka, bergembira dengan berbukanya, dan ketika berjumpa Tuhannya, bergembira dengan puasanya” (dikeluarkan oleh al-Bukhari).   Rasulullah saw juga bersabda: كل عمل ابن ادم يضاعف الحسنة عشر امثالها الى سبع مئة ضعف؛ قال الله عز وجل الا الصوم فانه لي وانا اجزي به  يدع شهوته وطعامه من اجلي (اخرجه مسلم) “Setiap amalan anak cucu Adam as dilipatgandakan kebaikan sepuluh kali misal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman “kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk Aku dan Aku akan membalasnya, mengajak syahwatnya dan makanannya dari Aku”(dikeluarkan Muslim).   Rasulullah saw juga bersabda: ان في الجنة بابا يقال له الريان يدخل منه الصائمون يوم القيامة لا يدخل معهم احد غيرهم يقال : اين الصائمون ؟ فيدخلون منه فاذا دخل اخرهم اغلق فلم يدخل منه احد (اخرجه البخاري) “Sesungguhnya di dalam surga ada pintu, disebut Rayyan, orang-orang yang puasa akan memasukinya di hari kiamat, tidak ada yang lain masuk. Dikatakan: “mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka memasukinya, ketika orang yang terakhir masuk, maka dikunci dan tidak ada orang lain yang masuk” (Dikeluarkan oleh al-Bukhari).   Adapun maksud “terbukanya pintu-pintu surga” adalah ungkapan dari memperbanyak ketaatan yang “mewajibkan” pada dibukanya pintu-pintu surga. Dan dikuncinya pintu-pintu neraka, adalah ungkapan dari sedikitnya maksiyat yang mewajibkan dikuncinya pintu-pintu neraka. Dan dibelenggunya syaithan-syaithan, adalah ungkapan dari terputusnya godaan syaithan pada orang-orang yang berpuasa, karena mereka tidak ingin atau rakus mengikuti ajakan syaithan untuk bermaksiyat. Tentang kedua kegembiraan, pertama. Karena pertolongan-Nya untuk dapat menyempurnakan ibadah. Dan kedua, adalah karena balasan Allah pada saat Ia (Allah) membalasnya. Adapun pemberian kekhususan masuknya orang yang berpuasa melalui pintu surga khusus, ar-Rayyan, mereka ini diistimewakan oleh Allah dengan pintu tersebut, karena keistimewaan ibadah mereka dan kemuliaannya. Para malaikat membawa rahmat dan kasih sayang Allah pada orang yang berpuasa. Ketika mereka meninggalkan makan dan menghadirkan hati dan fikiran mereka, maka Allah mengabulkan doa mereka. Shalawat mereka adalah doa mereka untuk dibalas kasih sayang dan pengampunan. Tentang peleburan dosa orang-orang yang berbuat kekeliruan dan kesalahan, Rasulullah saw bersabda : رمضان الى رمضان مكفرات ما بينهن اذا اجتنبت الكبائر (اخرجه احمد ومسلم) “Ramadlan ke Ramadlan adalah melebur atau menghapus dosa-dosa di antara keduanya apabila engkau menjauhi dosa-dosa besar” (dikeluarkan Ahmad dan Muslim). Akan halnya “kasru sy-syahawat” sesungguhnya lapar, haus, keduanya memecah syahwat untuk melakukan maksiyat. Karena itu Rasulullah saw menegaskan “Wahai kaum muda barangsiapa mampu menikah maka segera menikahlan, karena sesungguhnya menikah adalah menutupi pandangan mata, menjaga farji, dan barangsiapa tidak mampu maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu benteng” (Riwayat Ahmad, al-Bukhari, dan Muslim). Rasulullah saw mengingatkan : ان الشيطان يجري من ابن ادم مجرى الدم فضيقوا مسالكه بالجوع (اخرجه البخاري ٢٠٣٩ ومسلم ٢١٧٥ وابو داود ٢٤٧٠ وابن ماجة ١٧٧٩ ). “Sesungguhnya syaithan itu berjalan di tempat jalannya darah, maka sempitkanlah jalannya dengan berpuasa (lapar)” (dikeluarkan al-Bukhary, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Adapun “memperbanyak sadaqah” sesungguhnya orang yang berpuasa ketika lapar ia akan ingat apa yang dimilikinya ketika lapar, dengan demikian akan memotivasinya untuk memberi makan pada orang yang lapar. Menurut Syeikh al-‘Izz Abdussalam, sampai kepada kami, bahwa Nabi Sulaiman as, Nabi Yusuf as, tidak makan kecuali semua orang yang bergantung pada beliau sudah makan. Maka ketika ditanya tentang yang demikian, beliau menjawab : “Aku takut diriku kenyang sementara aku melupakan orang yang lapar”. Beliau Syeikh Izzuddin bin Abdissalam menjelaskan pula, mensyukuri kepada Dzat Yang Maha Mengetahui hal-hal yang samar, ketika seseorang berpuasa, maka ia akan mengenali nikmat Allah padanya, dalam keadaan kenyang atau lapar dan haus, maka untuk itu ia mensyukurinya. Karena berbagai kenikmatan itu tidak bisa diketahuinya kecuali dengan sepi (atau tidak adanya) kenikmatan tersebut. Ini sama dengan orang yang sehat sering tidak mengetahui nikmatnya sehat, sebelum sehat itu hilang dari dirinya, berganti dengan sakit. Sebagaimana ungkapan: الصحة تاج لا يعرفها الا المريض "Sehat itu adalah mahkota tidak mengetahuinya (nikmat sehat)  kecuali orabg yang sakit". Karena itu syukurilah dengan berbuat kebajikan, selagi kita sehat semaksimal mungkin. Puasa juga bermakna menjauhi dari larangan-larangan maksiyat dan perselisihan (الانزجار عن خواطر المعاصي والمخالفات)  sesunggunya nafsu ketika ia kenyang maka akan cenderung kepada maksiyat, dan bergegas kepada berbagai makanan dan minuman. Dan keinginan jiwa kepada munajat dan kesibukannya lebih baik dari pada kebergegasannya kepada maksiyat dan hal-hal yang menggelincirkannya. Oleh karena itu, sebagian Ulama salaf mendahulukan ibadah puasa atas ibadah yang lainnya. Maka ketika ditanya tentang hal demikian, maka ia berkata : “Agar Allah “muncul” atau hadir dalam diriku, yaitu melarangku makan dan minum, lebih dicintai dari pada Ia muncul pada makanan, yakni menentangku pada maksiyat pada-Nya ketika aku kenyang. Puasa juga memiliki banyak faedah lainnya, seperti hati yang sehat, badan yang bugar, sebagaimana hadits “berpuasalah, maka kamu akan sehat” (Ibnu s-Siny, Abu Na’im, dari Abu Hurairah ra). Termasuk kemuliaan puasa, adalah apabila kita menyediakan takjil pada orang yang berpuasa: من فطر صائما كان له مثل اجره وقال صلى لله عليه وسلم : "من فطر صائما كان له مثل اجره من غير ان ينقص من اجر الصائم شيء (رواه احمد في المسند ٤/١١٤، والترمذي ٨٠٧ في الصوم وابن ماجه ١٧٤٦ في الصيام) Barang siapa memberi takjil (makanan dan minuman) untuk berbuka pada orang yang berpuasa, maka baginya (pahala) sepadan pahalanya (orang yang berpuasa). Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa memberi takjil (makanan dan minuman) untuk berbuka pada orang yang berpuasa, maka baginya (pahala) sepadan pahalanya (orang yang berpuasa), tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sama sekali” (Riwayat Ahmad dalam al-Musnad, at-Tirmidzi dalam bab Puasa, dan Ibnu Majah dalam bab Puasa). Rasulullah saw juga bersabda : فمن فطر ستة وثلاثين صائما في كل سنة فكانما صام الدهر ومن كثر بفطر الصائمين على هذه النية كتب الله له صوم عصور ودهور. “Maka barangsiapa memberi makanan pada 36 orang yang berpuasa setiap tahun, maka seakan-akan ia puasa satu tahun (karena kebaikan dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali). Dan barang siapa memperbanyak memberi takjil atau makan dan minum orang-orang yang berpuasa atas dasar niat ini, Allah mencatat baginya puasa berabad-abad dan bertahun-tahun”. Dan termasuk kemuliaan puasa adalah bahwa orang yang menjalankan (berpuasa) karena iman dan muhasabah, diampuninya dosa yang lalu. Rasulullah saw bersabda: من قام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه اخرجه مسلم  ٧٥٩ في صلاة المسافرين والبخاري ١٩٠١ في الصوم “Barangsiapa menegakkan puasa aramadha. Karena iman dan introspeksi diri diampuni dosanya yang terdahulu” (Dikeluarkan oleh Muslim dan al-Bukhary). bersambung***