Yudi Prayoga
Penulis
Islam adalah agama yang menjunjung tinggi kebebasan berkeyakinan dan menghormati hak setiap individu dalam menentukan keyakinannya.
Prinsip ini telah diajarkan sejak masa Nabi Muhammad saw, dan ditegaskan dalam Al-Qur’an. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 256, Allah berfirman:
لا اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ
Artinya: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Ayat ini menjadi dasar utama bahwa setiap manusia memiliki kebebasan dalam memilih dan berpegang pada keyakinannya.
Baca Juga
Inilah Empat Ciri-ciri Moderasi Beragama
Ajaran kebebasan berkeyakinan dalam Islam mencakup beberapa prinsip penting.
Pertama, Islam tidak mengizinkan paksaan dalam beragama. Manusia diberi akal untuk berpikir, merenung, dan membuat keputusan secara mandiri. Tugas para nabi dan pengikutnya adalah menyampaikan risalah dan memberikan pemahaman yang benar, bukan memaksa orang lain untuk masuk Islam. Surah Al-Kahfi ayat 29 menyatakan:
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا
Artinya: Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barangsiapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barangsiapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.
Kedua, Islam mengakui keberagaman. Dalam Surat Al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Ayat ini menjelaskan manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka dapat saling mengenal, bukan saling memaksakan keyakinan. Hal ini mengandung makna bahwa Islam mengakui dan menghormati keragaman budaya, suku, dan agama, serta memberikan ruang untuk hidup berdampingan secara damai.
Ketiga, Islam memberikan perlindungan bagi non-Muslim. Dalam sejarah Islam, terutama pada masa Nabi Muhammad di Madinah, terdapat Piagam Madinah yang menjadi perjanjian hidup damai antara umat Islam dan komunitas Yahudi serta suku-suku Arab yang beragam keyakinan.
Piagam ini menjamin hak-hak kebebasan beragama bagi setiap kelompok masyarakat yang tinggal di Madinah, selama mereka mematuhi peraturan dan menjaga kedamaian bersama. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak hanya mengajarkan kebebasan berkeyakinan, tetapi juga menghargai perbedaan dalam beragama.
Keempat, dalam Islam terdapat konsep muhasabah (introspeksi diri) yang mengajarkan setiap Muslim untuk terus memperbaiki diri dan menilai apakah tindakannya sesuai dengan ajaran Islam. Prinsip ini mengingatkan bahwa keyakinan seseorang adalah tanggung jawab pribadinya, sehingga tak ada dasar untuk memaksa atau mencampuri keyakinan orang lain.
Secara keseluruhan, Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, toleransi, dan penghargaan terhadap kebebasan berkeyakinan. Prinsip-prinsip ini menjadi landasan penting bagi umat Islam untuk hidup berdampingan dengan penuh rasa saling menghormati, sekaligus mengingatkan bahwa perbedaan keyakinan adalah bagian dari kehendak Tuhan sebagai ujian bagi umat manusia.
Terpopuler
1
Asal Usul Nama Safar dan Mitos Sial di Dalamnya
2
Khutbah Jumat: Menangkal Mitos Kesialan di Bulan Safar
3
Gus Kafabihi dan Ning Sheila Motivasi Santri Ponpes Al-Hidayat Gerning untuk Giat Menuntut Ilmu
4
3 Amalan Sunnah di Bulan Safar, Salah Satunya Perbanyak Doa
5
Khutbah Jumat: Bulan Safar, Berkah Bagi yang Taat dan Sial Bagi yang Maksiat
6
Zidan dan Nushrotul Nakhodai PAC IPNU IPPNU Natar, Siap Lanjutkan Visi Era Baru
Terkini
Lihat Semua