• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Syiar

Jagalah Bulan Suci Ramadhan Dengan Kemaslahatan

Jagalah Bulan Suci Ramadhan Dengan Kemaslahatan
foto Dr. Abdul Syukur, M.Ag
foto Dr. Abdul Syukur, M.Ag

Oleh: Dr. Abdul Syukur, M.Ag

 

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang amat suci bagi agama Islam, oleh karenanya seluruh umat muslim sangat menghormati bulan tersebut. Salah satu untuk menghormati bulan suci Ramadhan adalah menjaganya dari hal-hal maksiat yang kita lakukan seperti mencuri, menfitnah, berbohong, merusak fasilitas umum, membakar gedung, mencaci penuh maki.  

 

Maka sangat disayangkan jika bulan suci Ramadhan diisi dengan demonstrasi yang anarkis, mencaci maki dan mengadu domba sesama anak bangsa. Sebenarnya di dalam agama Islam berunjuk rasa itu tidak dilarang, bahkan dianjurkan untuk mengemukakan pendapat yang benar, akan tetapi jika sampai makar dan anarki maka Islam tidak menganjurkan dan mengajarkan hal demikian. 

 

Unjuk rasa dan demonstrasi harus dengan aturan-aturan yang penuh dengan norma-norma agama, sosial dan budaya. Selalu mengedepankan kesantunan, kesabaran, humanistik, dan saling menghormati. Jangan sampai demonstrasi menjadikan arena unjuk rasa menjadi ribut, ricuh, gaduh, anarkis, adu domba, dan provokatif, yang berujung tidak menghasilkan apa-apa yang diaspirasikan sejak awal. 

 

Apalagi unjuk rasa sampai menganggu keamanan dan ketertiban umum, serta merongrong keutuhan berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara, maka itu sangat bertentangan dengan tujuan hati nurani dan tujuan  puasa Ramadhan itu sendiri. 

 

Singkatnya, unjuk rasa yang damai, santun, dan juga saling menghormati itu boleh, dijamin oleh aturan dan peraturan perundang-undangan. Jika menyampaikan aspirasi, pendapat, harapan dari hati nurani yang suci, maka hal itu akan menjadikan berpahala dengan tujuan untuk maslahat bersama. Tetapi jika unjuk rasa yang ada justru berakibat anarkis, maka termasuk dosa meski yang berunjuk rasa itu sedang berpuasa di bulan suci Ramadhan. 

 

Meski puasanya tidak batal secara fikih, akan tetapi puasanya hanya akan mendapatkan haus dan lapar saja, karena telah memperkeruh bulan yang suci dengan keanarkian, kemarahan, caci maki dan provokasi. Kebenaran memang harus ditempuh dan disuarakan, akan tetapi lebih baiknya dengan suri tauladan yang baik (uswatun hasanah). Jika dengan kebajikan insya Allah semua juga akan tersentuh hatinya, seperti apa yang dilakukan para pendiri bangsa yang menempuh jalan akhir dengan diplomasi dan perjanjian-perjanjian.

 

Mari kita jaga bulan suci Ramadhan di tengah kita berpuasa dan menjalani berbagai aktivitas untuk meraup pahala, menyuburkan ladang amal, meraih kebahagiaan, hidup penuh sabar, taat terhadap aturan agama dan negara, selalu berderma, dan selalu membuka diri untuk mengakui kesalahan serta menginstropeksi diri dengan memperbanyak istighfar. Seperti termaktub di dalam firman Allah QS. Ali Imran :17 dan QS. Adz Dzariyat :18. 


اَلصّٰبِرِيْنَ وَالصّٰدِقِيْنَ وَالْقٰنِتِيْنَ وَالْمُنْفِقِيْنَ وَالْمُسْتَغْفِرِيْنَ بِالْاَسْحَارِ

 

(Juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar”.

 

وَبِالۡاَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُوۡنَ

 

Dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah)”.


Semoga kita tergolong shoimin dan shoimat, dan puasa yang kita laksanakan bisa menaikkan derajat ketakwaan kita semua, kemudian naik lagi menjadi derajat muhsinin yaitu orang-orang baik, yang mampu menserasikan dan mengharmonikan kita dengan yang berbeda dengan kita, antara cita dengan realita, antara nilai budaya dengan nilai agama. Antara kesucian diri kita dengan kesucian bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat, penuh barakah, dan ampunan Tuhan kepada kita. Amiin Ya Mujibas Sailin.

 

Penulis adalah Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.


Syiar Terbaru