Syiar

Halalkah Mengonsumsi Hewan Keong

Kamis, 8 Mei 2025 | 10:11 WIB

Halalkah Mengonsumsi Hewan Keong

Hukum mengonsumsi keong (Tutut) (Foto: NU Online)

Hewan keong merupakan moluska bertubuh lunak yang termasuk dalam kelas Gastropoda. Keong biasanya memiliki cangkang yang melingkar sebagai pelindung tubuhnya. Keong bergerak dengan menggunakan kaki berotot yang berada di bagian bawah tubuhnya, dan kebanyakan spesies memiliki tentakel di kepala yang berfungsi sebagai alat indera.

 

Di Indonesia, masyarakat Muslim sering mengonsumsi hewan keong, seperti yang ada di sawah (tutut), keong laut dan bermacam keong lainnya. Lalu, apakah hewan keong halal dimakan?

 

Dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat tentang status hukum keong, apakah termasuk hewan yang halal atau haram dikonsumsi. Sebagian ulama seperti Imam Ar-Ramli, Ad-Damiri dan Khatib Asy-Syirbini berpandangan bahwa keong adalah hewan yang halal untuk dikonsumsi. Sedangkan ulama lain seperti Imam Ibnu Hajar, Ibnu Abdissalam, dan Az-Zarkasyi berpandangan bahwa keong adalah hewan yang haram untuk dikonsumsi.

 

Perbedaan pendapat ini secara tegas dijelaskan dalam salah satu kitab karya ulama Nusantara, Syekh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Jawi al-Bughuri yang berjudul Shawaiq al-Muhriqah li al-Awham al-Kadzibah:

 

 فعلى كلام المجموع وابن عدلان وأئمّة عصره والدميري والشهاب الرملي ومحمد الرملي والخطيب فى المغني فالرميسى والتوتوت والكييوع حلال لأنّها مثل الدنيلس الذي اتّفقوا على حله وداخل في أنواع الصدف الذي ظاهر كلام المجموع على حلّه . وعلى كلام ابن عبد السلام والزركشى  وابن حجر فى الفتاوى الكبرى والتحفة فالمذكورات حرام فيجوز للناس أكلها تقليدا للذين قالوا بحلّه والأولى تركه إحتياطا.

 

Artinya: Berdasarkan penjelasan dalam kitab Al-Majmu’, pendapat Ibnu ‘Adlan dan ulama semasanya, Imam Ad-Damiri, Syihab Ar-Ramli, Muhammad Ar-Ramli, dan Khatib Asy-Syirbini dalam kitab Mughni al-Muhtaj bahwa ramis, tutut (keong sawah) dan keong (laut) adalah hewan yang halal, karena masih sama dengan danilas (sejenis hewan laut) yang disepakati kehalalannya dan tergolong dalam jenis kerang yang secara eksplisit dijelaskan dalam kitab al-Majmu’ kehalalannya. Namun jika berdasarkan pendapat Imam Ibnu Abdissalam, Az-Zarkasyi, Ibnu Hajar dalam kitab al-Fatawa al-Kubra dan Tuhfah al-Muhtaj bahwa semua hewan yang disebutkan di atas adalah haram, maka boleh bagi seseorang untuk mengonsumsinya dengan bertaqlid pada ulama yang berpendapat tentang kehalalannya, namun yang lebih utama adalah tidak mengonsumsi hewan ini dalam rangka mengambil jalan hati-hati dalam mengamalkan syariat (Syekh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Jawi, Shawaiq al-Muhriqah li al-Awham al-Kadzibah, halaman 14-15).

 

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengonsumsi hewan keong memiliki dua pendapat, ada ulama yang menghalalkan dan ada yang mengharamkam. Jika kita ingin mengonsumsi yang dihalalkan, maka bisa bertaqlid dengan ulama yang memperbolehkan tersebut.