• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Syiar

Doa Sapu Jagat di Malam Lailatul Qadar yang Dibaca Rasulullah

Doa Sapu Jagat di Malam Lailatul Qadar yang Dibaca Rasulullah
Membaca doa sapu jagad pada malam Lailatul Qadar (Ilustrasi: NU Online)
Membaca doa sapu jagad pada malam Lailatul Qadar (Ilustrasi: NU Online)

Mendapatkan malam Lailatul Qadar adalah harapan semua umat Islam pada bulan suci Ramadhan ini. Untuk mendapatnya, pada sepuluh malam terakhir umat Islam berlomba-lomba memperbanyak ibadah dan doa.

 

Rasulllah saw menyambut malam mulia itu dengan beri’ktikaf di Masjid, membaca Al-Qur'an, merenung sambil berdoa.  Pakar Tafsir Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Membumikan Al-Qur’an (1999) menjelaskan, Nabi Muhammad melakukan i’tikaf pada sepuluh hari dan malam terakhir bulan puasa. Di sanalah beliau bertadarus dan merenung sambil berdoa.

 

Salah satu doa yang paling sering beliau baca dan hayati maknanya adalah: 

 ِرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

 

Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzabannar. 

 

Artinya: Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.

 

Dilansir dari NU Online, doa yang sering dipanjatkan oleh Nabi Muhammad tersebut bukan sekadar berarti permohonan untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat, tetapi juga untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan yang dimaksud. 

 

Makna doa itu sendiri mengandung arti permohonan yang disertai usaha. Terlihat dampak dari doa yang juga dikenal sebagai doa sapu jagat tersebut tidak hanya untuk mendapatkan kebajikan di dunia, tetapi juga bagaimana kebajikan tersebut berlanjut hingga di hari kemudian. Hal ini sesuai dengan hakikat malam lailatul qadar itu sendiri yang kebaikan dan kemuliaannya bersifat tanazzalul (berkesinambungan).

 

Quraish Shihab menyebutkan dua tanda bagi orang yang menerima kesempatan berjumpa dengan malam Lailatul Qadar, yakni bertambahnya kebaikan dan merasakan adanya ketenangan.   

 

Kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan yang menyeluruh, dari perkataan, sikap, hingga perbuatannya. Sedangkan ketenangan berarti mendapatkan  ketenangan/kedamaian yang sifatnya berkelanjutan sebagaimana termaktub pada ayat terakhir surat Al-Qadar.

 

 


Syiar Terbaru