Syiar

Bolehkah Membaca Shalawat saat Khatib Jumat Menyebut Nama Nabi?

Kamis, 7 November 2024 | 09:30 WIB

Bolehkah Membaca Shalawat saat Khatib Jumat Menyebut Nama Nabi?

Ilustrasi shalawat nabi. (Foto: NU Online)

Bershalawat kepada Nabi Muhammad saw merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Hal ini sebagai bentuk penghormatan, kecintaan, dan doa kepada Nabi Muhammad saw. Shalawat merupakan doa yang memohonkan rahmat dan berkah dari Allah untuk Nabi Muhammad saw.

 

Dengan bershalawat, kita mengikuti sunnah nabi dan mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, shalawat juga menjadi perantara penolong bagi umat Islam di dunia dan akhirat.

 

Perintah bershalawat bagi umat Islam terdapat dalam Surat Al Ahzab ayat 56:

 

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

 

Artinya: Sungguh Allah dan malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi Muhammad saw. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.

 

Dalam aqidah Islam Ahlussunnah wal Jama'ah, ketika seseorang membaca atau menyebut nama Nabi Muhammad saw, maka kita yang mendengarkannya dianjurkan untuk membaca shalawat kepada Nabi saw, bahkan ada yang mengatakan wajib. Praktik ini merupakan bentuk dari salah satu penghormatan kita kepada makhluk paling mulia dan agung. 

 

Banyak sekali bentuk shalawat yang bisa kita pakai untuk menyebut dan mengagungkan nama Nabi Muhammad saw, namun yang paling masyhur adalah dengan shalawat jibril, berikut lafalnya:

 

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد

 

Artinya: (Ya Allah) berikanlah tambahan rahmat-Mu kepada junjungan kami Nabi Muhammad.

 

Membaca shalawat memiliki banyak faedah, salah satunya akan dimaafkan oleh seluruh makhluknya Allah ketika sudah wafat. Hal ini sebagaimaa tercantum dalah Hadits Nabi saw:

 

مَا أكْثَرَ مِنَ الصَّلَاةِ عَلَيَّ فِيْ حَيَاتِهِ أَمَرَ اللهُ جَمِيْعَ مَخْلُوْقَاتِهِ أنْ يَسْتَغْقِرُوا لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ

 

Artinya: Barangsipa membaca shalawat kepadaku di waktu hidupnya, maka Allah memerintahkan semua makhluk-Nya memohonkan maaf kepadanya setelah wafatnya.

 

Membaca shalawat kepada Nabi saw memang baik, tetapi apakah boleh kita membaca shalawat ketika sedang Jumatan, terutama ketika khatib sedang khutbah dan menyebutkan nama Nabi Muhammad saw. Karena sesungguhnya ketika khatib sedang membacakan khutbah, kita tidak boleh bersuara dan berisik.

 

Melihat persoalan di atas, dapat dijawab bahwa membaca shalawat ketika khatib menyebut nama Nabi Muhammad saw hukumnya sunnah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam rujukan kitab I’anatut Thalibin bab sunnatul khutbah:

 

تسن قراءة الصلوات عند ذكر الخطيب اسمه صلى الله عليه وسلم برفع الصوت من غير مبالغة وكذا الترضى بغير رفع. اما المبالغة بها فيكره حيث لم يشوش، وان شوش فيحرم. قال فى اعانة الطالبين فى باب سنن الخطبة ويسن تسمية العاطس والرد عليه ورفع الصوت من غير مبالغة بالصلاة والسلام عليه صلى الله عليه وسلم عند ذكر الخطيب اسمه او وصفه صلى الله عليه وسلم (قوله ورفع الصوت) اى ويسن رفع الصوت حال الخطبة (قوله من غير مبالغة اما معها فيكره)قال شيخنا ولا يبعد ندب الترضى عن الصحابة بلا رفع صوت اى ترضى السامعين عنهم عند ذكر الخطيب اسماءهم.اما رفع الصوت فلا يندب لان فيه تشويشا اه

 

Artinya: Membaca shalawat sewaktu khatib menyebutkan nama Rasulullah dengan suara keras itu hukumnya sunnah, asalkan tidak keterlaluan. Demikian pula membaca taraddli, asalkan tidak keras. Apabila keterlaluan membaca shalawat, maka hukumnya makruh, asalkan tidak menimbulkan tasywisy. Jika sampai menimbulkan tasywisy, maka hukumnya haram.