• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Syiar

Dalil Dianjurkan Berdiri Ketika Pembacaan Mahalul Qiyam saat Peringatan Maulid Nabi

Dalil Dianjurkan Berdiri Ketika Pembacaan Mahalul Qiyam saat Peringatan Maulid Nabi
kaligrafi nama Nabi Muhammad saw (Foto dok faktualnews.co)
kaligrafi nama Nabi Muhammad saw (Foto dok faktualnews.co)

Maulid Nabi Muhammad saw  atau memperingati kelahiran Nabi saw sudah menjadi tradisi yang dilakukan setiap tahun pada bulan Rabiul Awal atau bulan Maulud. Menurut para sejarawan Muslim, pada bulan tersebut Rasulullah saw dilahirkan ke muka bumi oleh Sayyidah Aminah.


Banyak umat Islam yang merayakannya, sebagai bukti cinta mereka kepada sang Nabi. Karena kelahiran seorang Nabi merupakan cahaya bagi seluruh alam semesta. 

 

Umat Islam di seluruh dunia, banyak merayakan maulid dengan berbagai cara, salah satunya dengan membacakan kitab maulid, bershadaqah, mengadakan pengajian akbar, tausyiah, dan sebagainya. Namun yang sudah masyhur di Indonesia, perayaan maulid biasanya diadakan besar-besaran, seperti membuat acara yang di dalamnya dibacakan kitab maulid, diisi dengan ceramah dan diakhiri dengan makan nasi kebuli. 

 

Setiap pembacaan kitab maulid pasti akan menemukan mahalul qiyam, baik kitab Simtudduror, Al-Barzanji, Burdah, dan lain sebagainya. Dan biasanya saat pembacaan mahalul qiyam umat Islam yang hadiri berdiri semua, sampai pembacaan mahalul qiyam selesai. 

 

Hal ini didasarkan dalam kitab  I‘anatut Thalibin karangan Sayid Bakri bin Sayid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, sebagai berikut.

 

   فائدة) جرت العادة أن الناس إذا سمعوا ذكر وضعه صلى الله عليه وسلم يقومون تعظيما له صلى الله عليه وسلم وهذا القيام مستحسن لما فيه من تعظيم النبي صلى الله عليه وسلم ، وقد فعل ذلك كثير من علماء الامة الذين يقتدى بهم. قال الحلبي في السيرة فقد حكى بعضهم أن الامام السبكي اجتمع عنده كثير من علماء عصره فأنشد منشده قول الصرصري في مدحه صلى الله عليه وسلم: قليل لمدح المصطفى الخط بالذهب على ورق من خط أحسن من كتب وأن تنهض الاشراف عند سماعه قياما صفوفا أو جثيا على الركب فعند ذلك قام الامام السبكي وجميع من بالمجلس، فحصل أنس كبير في ذلك المجلس وعمل المولد. واجتماع الناس له كذلك مستحسن. 

 

Artinya: Sudah menjadi tradisi bahwa ketika mendengar kelahiran Nabi Muhammad saw disebut-sebut, orang-orang akan berdiri sebagai bentuk penghormatan bagi rasul akhir zaman. Berdiri seperti itu didasarkan pada istihsan (anggapan baik) sebagai bentuk penghormatan bagi Rasulullah saw. Hal ini dilakukan banyak ulama terkemuka panutan umat Islam. 

 

Al-Halabi dalam Sirah-nya mengutip sejumlah ulama yang menceritakan bahwa ketika majelis Imam As-Subki dihadiri para ulama pada zamannya,  Imam As-Subki membaca syair pujian untuk Rasulullah saw dengan suara lantang, "Sedikit pujian untuk Rasulullah saw oleh tinta emas di atas mata uang dibanding goresan indah di buku-buku Orang-orang mulia terkemuka bangkit saat mendengar namanya berdiri berbaris atau bersimpuh di atas lutut".  Selesai membaca syair Imam As-Subki berdiri yang kemudian diikuti oleh para ulama yang hadir. 

 

Kebahagiaan muncul di majelis tersebut dan maulid Rasulullah saw diperingati di dalamnya. Pertemuan umat Islam demi kelahiran Rasulullah saw juga didasarkan pada istihsan,(Sayid Bakri bin Sayid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, I‘anatut Thalibin, Darul Fikr, Beirut, Libanon, tahun 2005 M/1425-1426 H, juz III, halaman 414). 

 

Dari pemaparan di atas, kita dapat memberikan kesimpulan bahwa tradisi berdiri ketika mahalul qiyam merupakan suatu bentuk akhlak seorang muslim yang takzim kepada Nabi Muhammad saw. Sebagaimana ketika kita sedang duduk kemudian ada tamu yang datang ke rumah kita, niscaya kita akan berdiri dan menghampiri karena suatu bentuk penghormatan dan akhlak kita kepada tamu. 

 

Para ulama memandang bahwa berdiri untuk menghormati Rasulullah saw merupakan sesuatu yang baik (istihsan). Semoga kita semua, umat Islam di seluruh dunia mendapatkan syafaat Nabi Muhammad saw, baik di dunia hingga akhirat kelak. Aamiin

 

Yudi Prayoga, Redaktur Kieslaman NU Online Lampung


Syiar Terbaru