• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Syiar

Benarkah Jawaban atas Shalat Istikharah Didapat Melalui Mimpi? 

Benarkah Jawaban atas Shalat Istikharah Didapat Melalui Mimpi? 
ilustrasi shalat
ilustrasi shalat

Shalat istikharah dianjurkan bagi seseorang yang merasa bimbang dalam menentukan keputusan terbaik diantara dua  atau beberapa pilihan. Shalat ini penting untuk meminta petunjuk dari Allah, agar kita tidak salah dalam melangkah atau mengambil keputusan. 


Lantas, bagaimana cara kita mengetahui jawaban atau petunjuk dari shalat istikharah yang sudah dilakukan? Banyak orang yang memahami bahwa petunjuk atau jawaban dari permohonan tersebut adalah lewat perantara mimpi. Benarkah mesti demikian?   

 

Dilansir dari Shalat Istikharah, Apakah Jawabannya lewat Mimpi?, Syekh Said Ramadhan al-Buthi dalam himpunan fatwanya, Masyurat Ijtima’iyyat pernah ditanya persoalan yang sama: 

 

  هل يوجد نص شرعي حول تعلق الاستخارة بالرؤية؟ 

بل هي مجرد صلاة ثم دعاء مأثور عن رسول الله . وليتابع بعد ذلك العمل على مشروعه الذي استخار الله له. فإن كان خيرا يسر الله له بلوغه، وإن لم يكن خيرا صرفه الله عنه  


Artinya:  Apakah ditemukan dalil syara’ tentang hubungan shalat istikharah dengan mimpi pada saat tidur?   Tidak ada hubungan antara shalat istikharah dengan mimpi saat tidur, bahkan shalat istikharah itu hanya sebatas melaksanakan shalat lalu berdoa dengan doa yang disarikan dari Rasulullah. Lalu iringilah dengan melakukan perbuatan yang diistikharahi. Jika perbuatan itu baik, maka Allah akan mudahkan, dan jika buruk maka Allah akan memalingkan seseorang dari perbuatan tersebut (Syekh Said Ramadhan al-Buthi, Masyurat Ijtima’iyyat, hal. 158).

 

Berdasarkan penjelasan dari Syekh Said Ramadhan tersebut, tidak ada keterkaitan sama sekali antara mimpi yang dialami oleh seseorang dengan shalat istikharah yang telah dilakukannya.  

 

Dalam fatwanya yang lain, beliau menegaskan bahwa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang setelah melaksanakan shalat istikharah adalah bergegas melaksanakan hal yang ia istikharahi. Jika ternyata diberi kemudahan maka hal tersebut merupakan sesuatu yang baik baginya.


Sebaliknya, jika saat hendak melakukan hal yang ia istikharahi, ia mengalami hambatan dan kesulitan maka hal tersebut tidak baik untuknya. Berikut redaksi fatwa beliau dalam referensi yang sama:   

 

كيف أستطيع التوفيق بين الحديث (إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه) وبين ما أشعر به من عدم الارتياح بعد صلاة الاستخارة؟ ثمرة صلاة الاستخارة لا تتمثل في الانشراح أو عدم الانشراح ولا في رؤية منام. وإنما المطلوب من صاحب المشروع بعد صلاة الاستخارة أن يمضي في مشروعه ويمارس أسبابه، فإن كان خيرا يسره الله له ، وإن كان شرا استغلقت عليه السبل وتعقد الأمر  

 

Artinya: Bagaimana agar aku dapat menyelaraskan antara hadits "Ketika datang pada kalian orang yang kalian ridhai agama dan budi pekertinya, maka nikahilah dia" dan perasaan tak lega (tidak puas) setelah melaksanakan shalat istikharah? Buah dari shalat istikharah bukanlah berupa lega atau tidaknya hati, juga tidak pada mimpi saat tidur. Hal yang dituntut dari seseorang setelah melaksanakan shalat istikharah adalah melanjutkan apa yang biasa dilakukannya dan melaksanakan sebab-sebab terjadinya hal yang ia istikharahi. Jika ternyata baik, maka Allah akan memudahkannya, dan jika buruk maka Allah akan mengunci jalannya dan akan mengikat hal tersebut (agar tidak terjadi) (Syekh Said Ramadhan al-Buthi, Masyurat Ijtima’iyyat, halaman 159).

 

Pandangan tentang tidak adanya keterkaitan antara mimpi yang dialami oleh seseorang dengan shalat istikharah, juga disampaikan oleh salah satu ulama kenamaan mesir, Syekh Mutawali as-Sya’rawi. Dalam salah satu fatwa beliau berkata:


  وهل ما يراه الإنسان في منامه بعد الاستخارة يدل على القبول أو الرفض؟ ويجيب فضيلة الشيخ الشعراوي :إن الرؤيا في المنام لیست واردة في الاستخارة ، ولكن ما نراه في المنام يأتي من شغل البال بالموضوع . إنما الاستخارة الشرعية التي علمنا إياها النبي  هي : أن نصلي ركعتين، ثم نسأل الله بالدعاء المعروف  - ثم ما ينشرح له صدرك 
بعد ذلك فهو ما يريده الله لك  


Artinya: Apakah mimpi yang dialami oleh seseorang setelah shalat istikharah menunjukkan diterimanya hal yang ia istikharahi (di sisi Allah) atau tertolaknya hal tersebut?

 

Syekh as-Sya’rawi menjelaskan bahwa mimpi pada saat tidur tidaklah berlaku pada shalat istikharah, tetapi mimpi tersebut bermula dari isi hatinya terhadap suatu subjek tertentu. Istikharah secara syara’ hanya tertentu pada hal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, yakni shalat dua rakaat lalu memohon pada Allah dengan doa yang sudah dijelaskan (dalam hadits), lalu apa yang tercerahkan (merasa lega) dalam hatimu setelah melaksanakan shalat dan doa istikharah, maka itulah hal yang dikehendaki oleh Allah padamu (Syekh Mutawali as-Sya’rawi, al-Fatawa as-Sya’rawi, halaman 702). 


Dua referensi di atas sekaligus menegaskan perbedaan pendapat tentang jawaban dari pertanyaan “Apakah kelegaan hati setelah shalat istikharah merupakan pertanda jawaban baik atas hal yang semula kita bimbangkan?” 

 

Pandangan Syekh Mutawali as-Sya’rawi tersebut senada dengan pendapat an-Nawawi, bahwa kelegaan hati yang dialami oleh seseorang merupakan pertanda baik dan jawaban atas shalat istikharah yang dilakukan seseorang. Sedangkan pendapat Syekh Said Ramadhan bahwa jawaban dari shalat istikharah tidak ditentukan dari kelegaan hati (insyirah ash-shadri) melainkan dari sulit dan mudahnya seseorang tatkala melakukan hal yang ia istikharahi, sesuai dengan pendapat Ibnu Qayyim al-Jauzi yang disampaikan dalam kitab Zad al-Ma’ad dan Madarij as-Salikin (lihat: Abu al-Hasan Ubaidillah al-Mubarakfuri, Mir’ah al-Mafatih, juz 4, halaman 364-365).

 

Dengan demikian dapat kita disimpulkan bahwa jawaban dari shalat istikharah tidak selamanya dari mimpi. Sebab, seringkali mimpi yang dialami oleh seseorang lebih dikarenakan kondisi emosional atau pikiran-pikiran yang sering terlintas dalam benaknya, yang sebenarnya tidak berkaitan dengan petunjuk Allah atas shalat istikharah yang ia lakukan.   

 

Itu artinya pula, bila kita tidak mengalami mimpi atas istikharah tersebut, bukan berarti tidak adanya jawaban atas kegalauan atau ke bimbangan yang sedang kita alami. 

 

Perbedaan pandangan tentang jawaban dari shalat istikharah seperti yang dijelaskan di atas, sejatinya merupakan pandangan para ulama yang berdasarkan dalil serta pengalaman spiritual mereka. Masing-masing dapat dijadikan pijakan oleh orang awam yang belum bisa membedakan antara petunjuk Tuhan atas jawaban dari persoalan yang sedang dialaminya dan khayalan pribadinya belaka. 

 

Berbeda halnya dengan mimpi-mimpi serta petunjuk (irsyadat) yang dialami orang-orang khas, seperti kaum sufi dan para ulama al-‘amilin yang memiliki ketajaman batin dan pengalaman spiritual mendalam. Semoga kita dimudahkan dalam menentukan pilihan terbaik.


Syiar Terbaru