• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Syiar

Tata Cara dan Bacaan Shalat Idul Fitri

Tata Cara dan Bacaan Shalat Idul Fitri
Ilustrasi Shalat Idul Fitri
Ilustrasi Shalat Idul Fitri

Umat muslim setiap tahunnya melaksanakan dua shalat hari raya yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Shalat ini termasuk ke dalam shalat sunnah muakkadah (sangat dianjurkan). 


Karena shalat yang hanya dilakukan dua kali dalam setahun ini masih banyak kaum muslimin yang lupa akan bacaan, niat, dan tata cara shalat idul fitri. Atas dasar itu dalam artikel ini akan dibahas mengenai hal tersebut. 


Shalat ini dilaksanakan dua rakaat, pada rakaat pertama dengan 7 kali takbir dan rakaat kedua dengan 5 kali takbir. Adapun shalat id ini dilaksanakan di pagi hari atau di waktu shalat dhuha. 


Secara umum syarat dan rukun shalat Idul fitri sama sebagaimana shalat fardhu lima waktu. Hanya, ada beberapa tambahan teknis yang sifatnya sunnah. Waktu shalat dimulai sejak matahari terbit sampai masuk waktu shalat dzuhur.


Berbeda dari shalat Idul Adha yang dianjurkan mengawalkan waktu untuk memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian shalat id, shalat Idul Fitri disunnahkan memperlambatnya. Hal ini untuk memberi kesempatan mereka yang belum berzakat fitrah.   


Berikut adalah tata cara shalat Idul Fitri sebagaimana pernah dipublikasikan NU Online dalam tulisan berjudul Tata Cara Sholat Idul Fitri, Lengkap dengan Niat dan Artinya.


1. Pertama adalah niat shalat Idul fitri di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram (membaca Allâhu akbar) dan disunnahkan untuk melafalkan niat sebelumnya. Berikut lafal niatnya,


  أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى


Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman (jika jadi imam pakai “imaman”) lillâhi ta’âlâ


Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”  


2. Membaca doa ifititah, kemudian disunnahkan untuk tabir sebanyak tujuh kali. Di sela-sela tiap takbir dianjurkan untuk membaca lafal berikut,


اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا 


Allâhu akbar kabîran, wal ḫamdulillâhi katsîran, wa subḫânallâhi bukratan wa ashîla   


Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”

 

Atau bisa juga lafal ini, 


 سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ 


Subḫânallâhi wal ḫamdulillâhi wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar   


Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”    


3. Membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu disunnahkan untuk membaca surat Al-A’la, lalu dilanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.    


4. Setelah takbir untuk berdiri rakaat kedua, disunnahkan untuk takbir sebanyak lima kali seperti takbir pada rakaat pertama. Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan dianjurkan membaca surat Al-Ghasiyah. Lalu lanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.    


5. Selesai salam, jamaah dianjurkan untuk mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib terlebih dulu, jangan dulu beranjak dari tempat. 

(Dian Ramadhan)
 


Syiar Terbaru