Syiar

Belajar dari Kesabaran Nabi Ayub dalam Menghadapi Ujian Hidup

Jumat, 12 Mei 2023 | 19:47 WIB

Belajar dari Kesabaran Nabi Ayub dalam Menghadapi Ujian Hidup

Belajar dari Kesabaran Nabi Nuh dalam Menghadapi Ujian Hidup (Foto: NU Online)

Nabi Ayub as adalah seorang nabi yang dikenal akan kesabarannya. Kisahnya banyak disampaikan sebagai motivasi hidup, penghibur, dan pelipur bagi orang-orang yang sedang mendapat ujian, baik penyakit, rezeki, maupun musibah.


Mulanya Nabi Ayub as adalah seorang yang sehat walafiat tak kurang suatu apa pun. Namun kemudian Allah menurunkan ujian penyakit kepadanya. Beliau juga seorang yang kaya raya. Kemudian Allah mengujinya dengan kefakiran. Beliau memiliki keluarga dan banyak keturunan. Allah mengambil semuanya kecuali istri dan dua orang saudaranya. 


Namun ternyata, meski menghadapi deretan ujian panjang, Nabi Nuh tetap bersabar, tegar, tak pernah mengeluh, tak pernah resah dan gelisah, apalagi gundah dan marah, hingga Allah kembali memberikan jalan kesembuhan atas penyakit yang dideritanya. Mengembalikan semua harta dan anak-anaknya, dan mengeluarkannya dari berbagai kemelut serta keterpurukan.


Berapa lamakah Nabi Ayub as bersabar menghadapi ujian? Salah satu hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik, sebagaimana disebutkan Abu Ya’la dan Abu Nu’aim, mengisahkan:  


إِنَّ نَبِيَّ اللهِ أَيُّوبَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَبِثَ فِي بَلائِهِ ثَمَانِيَ عَشْرَةَ سَنَةً فَرَفَضَهُ الْقَرِيبُ وَالْبَعِيدُ إلاَّ رَجُلَيْنِ مِنْ إِخْوَانِهِ كَانَا مِنْ أَخَصِّ إِخْوَانِهِ كَانَا يَغْدُوَانِ إِلَيْهِ وَيَرُوحَانِ  


Artinya: Sesungguhnya Nabiyullah Ayub as berada dalam ujiannya selama 18 tahun. Baik keluarga dekat maupun keluarga jauh menolaknya kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya. Kedua saudara itulah yang selalu memberinya makan dan menemuinya. Allah berkehendak menurunkan ujian kepada hamba-Nya. Dia mendatangkan ujian penyakit dan menarik karunia harta dan keturunan yang telah diberikan pada Ayub as.


Maka lenyaplah kenikmatan yang semula diterimanya. Semua keluarga menjauhlah baik yang jauh maupun yang dekat. Yang tersisa hanya istri dan dua orang saudara terdekatnya. Merekalah yang selalu menemui dan mengirimi makanan.   


Bila hendak buang hajat, Nabi Ayub selalu dituntun sang istri karena badannya yang terlalu lemah. Setelahnya, sang istri kembali menuntun dan menempatkannya ke tempat semula.


Pernah suatu ketika, istri Ayub as terlambat pulang dan membuat sang suami marah. Sebagian riwayat menyebutkan, ada perbuatan lain dari istrinya yang membuat Ayub kesal dan tak berkenan. Akhirnya, Nabi Ayub bernazar. Nazarnya adalah, jika sudah sembuh, dirinya akan mencambuk sang istri sebanyak seratus kali.


Namun begitu sembuh, Nabi Nuh as tak kuasa memukul sang istri yang telah setia dan bersabar merawat serta mengurus dirinya. Walau demikian, hati Sang Nabi tetap merasa berat karena belum memenuhi nazarnya. 


Maka Allah memberikan kemudahan dan jalan keluar kepadanya. Dia memerintahkan untuk mengambil seikat jerami gandum atau jewawut, lalu dipukulkan satu kali kepada istrinya. Dengan begitu, Ayub as dianggap sudah memenuhi nazarnya, sekaligus tidak membahayakan istrinya.


Kisah nazar Ayub as tersebut diabadikan dalam Al-Quran: Dan ambillah dengan tanganmu seikat (jerami), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan-nya) (QS Shâd [38]: 44).  


Pada hari yang lain, sang istri kembali terlambat pulang. Di saat yang sama, Allah menurunkan wahyu untuk menghentakkan kakinya yang lemah ke tanah. Tiba-tiba dari tempat kakinya, muncullah sumur air. 


Kemudian, Allah memerintahnya mandi dan meminum air tersebut. Kisah kesembuhannya itu disebutkan dalam Al-Quran:


Dan ingatlah kepada hamba Kami Ayyub ketika menyeru Tuhan-nya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Allah berfirman), “Hantamkanlah kakimu: inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran (QS Shâd [38]: 41-43).  


Pada ayat lain, Al-Quran mengisahkan: Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah (Q.S. al-Anbiyâ’ [21]: 83-84).   


Saat itu pula berbagai penyakit yang ada di tubuhnya hilang. Kehidupan dan kesembuhannya kembali kepadanya. Kesehatan dan keselamatannya datang seperti sedia kala. Ketika istrinya datang, dilihatnya Nabi Ayub dalam keadaan sehat walafiat. Seakan-akan beliau tak pernah sakit lama.


Selain mengembalikan kesembuhan kepada Ayub as, Allah juga mengembalikan kekayaan yang pernah hilang, mengganti anak-anaknya, dan mengirimkan dua awan.


Kedua awan itu kemudian turun kepada Ayub. Yang satu menaungi gundukan gandum, yang satu lagi menaungi gundukan jewawut. Tiba-tiba, dari awan yang menutupi gundukan gandum keluarlah emas, sedangkan dari awan yang menutupi gundukan jewawut keluarlah perak. (Dalam hadits riwayat al-Bukhari dan al-Nasa’i dari Abu Hurairah, konon pengganti kekayaan Nabi Ayub as datang dari segerombolan belalang emas).


Dari kisah Nabi Ayub ini dapat dipetik beberapa pelajaran, di antaranya menunjukkan keutamaan Nabi Ayub as terutama dalam bersabar menghadapi  ujian panjang berupa penyakit, harta, istri, anak, orang-orang terkasih. 


Atas kesabarannya Allah yang  Maha Kuasa memberikan  kesembuhan dari penyakit yang dideritanya, memberikan kekayaan, memberikan rezeki dari jalan yang tak terbayangkan pikiran manusia. Semoga kisah Nabi Ayub yang dilansir dari NU Online ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua dalam menjalani berbagai ujian hidup.