• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Syiar

Alasan dan 3 Cara Memperingati Maulid Nabi Muhammad saw

Alasan dan 3 Cara Memperingati Maulid Nabi Muhammad saw
Alasan dan Cara Memperingati Maulid Nabi Muhammad saw (Ilustrasi foto: NU Online)
Alasan dan Cara Memperingati Maulid Nabi Muhammad saw (Ilustrasi foto: NU Online)

Saat ini kita sudah berada pada bulan Rabiul Awal, bulan ketiga dalam kalender hijriyah. Seperti kita ketahui, ada peristiwa penting di bulan ini, yaitu kelahiran nabi kita Muhammad saw pada 12 Rabiul Awal, yang pada tahun ini bertepatan dengan Kamis, 28 September 2023.


Kelahiran Nabi Muhammad merupakan simbol terbitnya fajar budi pekerti dan nilai-nilai luhur kemanusiaan serta keilahian. Atas dasar itu, kita wajib mengungkapkan syukur yang tak terhingga atas kelahiran baginda Rasulullah saw yang merupakan nikmat terbesar bagi umatnya.


Pernah terjadi dialog antara Allah swt dengan Nabi Daud as. Berikut isi dialog tersebut, seperti ditulis dalam buku berjudul Cahaya karya al Imam al Habib Abu Bakar bin Hasan Al Athas Azzabidi.


Nabi Daud bertanya kepada Allah swt: “Ya Allah, nikmat apakah yang kecil di sisi-Mu?”


Allah menjawab, “Napas yang kamu hirup sehari-hari adalah nikmat yang kecil di sisi-Ku” (Bayangkan, napas yang kita hirup sehari-hari, yang menjadi oksigen bagi kita, bagi Allah saw adalah nikmat terkecil.) 


“Lalu nikmat apakah yang paling terbesar di sisi-Mu?” Tanya Nabi Daud lagi.


“Diciptakannya Nabi Muhammad saw,” jawab Allah. 


Tak heran, jika dalam hadits Qudsi dikatakan:


لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك  


Artinya: Jika bukan karena engkau wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan alam semesta ini.


Lantas bagaimana cara kita sebagai umat Islam dalam mengekspresikan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad saw? Dilansir dari NU Online, di antara cara mensyukuri atas hadirnya Rasulullah saw di muka bumi ini, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an adalah dengan cara bergembira.


Allah berfirman:   


قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ  


Artinya: Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan (QS Yunus: 58).


Makna kata “rahmat” dalam ayat tersebut ditafsirkan oleh Abdullah Ibnu Abbas dengan cukup jelas.


وأحرج أبو الشيخ عن ابن عباس فى الأية قال: فضل الله العلم ورحمته محمد صلى الله عليه وسلم : قال الله (وما أرسلنك إلا رحمة للعالمين)


Artinya:  Bahwa yang dimaksudkan dengan karunia Allah swt sekaligus ilmu dan rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad saw. Allah swt telah berfirman (Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam) (Al-Anbiya: 107). Maka menjadi jelas bahwa Rasulullah saw memang diciptakan oleh Allah sebagai rahmat bagi alam jagad raya.


Kalimat selanjutnya dalam Surat Yunus di atas yang berbunyi “hendaklah mereka bergembira” secara otomatis memerintahkan kepada umat muslim menyambut gembira atas rahmat tersebut.


Imam al-Suyuthy (849-910 H/ 1445-1505 M) dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid memberikan petunjuk cara merayakan maulid nabi yang benar, dengan pernyataan berikut ini:


أنَّ أصْلَ عَمَلِ الْمَوْلدِ الَّذِى هُوَ اِجْتِمَاعُ النَّاسِ وَقِرَاءَةُ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ. وَرِواَيَةُ الأخْبَارِ الوَارِدَة فِى مَبْدَءِ أمْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا وَقَعَ فِى مَوْلِدِهِ مِنَ الآيَاتِ ثُمَّ يَمُدُّ لَهُمْ سِمَاطٌ يَأكُلُوْنَهُ وَيَنْصَرِفُوْنَ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ عَلَى ذَلِكَ مِنَ الْبِدَعِ الْحَسَنَةِ الَّتِى يُثَابُ عَلَيْهَا صَاحِبُهَا لِمَا فِيْهِ مِنْ تَعْظِيْمِ قَدْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاِظْهَارِ الْفَرَحِ وَالاِسْتِبْشَارِ بِمَوْلِدِهِ الشَّرِيْفِ. 


Artinya: Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi, menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang mulia (Al-Hawy Lil Fatawa, Juz I, halaman 189-197 ).


Dari pernyataan di atas, tiga cara merayakan maulid nabi sebagai bukti kegembiraan umat muslim atas kelahiran Rasulullah.

  1. Membaca Al-Qur’an. Hal itu karena Al-Qur’an adalah mukjizat Rasulullah saw sekaligus pedoman hidup bagi umat Islam. 
  2. Bercerita tentang kisah Rasulullah saw yang penuh keteladanan. Teladan bagi pemuda, bagi pedagang, bagi seorang suami, bagi seorang pemimpin dan juga bagi segenap umatnya.
  3. Menyedekahkan makanan untuk dinikmati bersama-sama dengan niatan membahagiakan mereka yang hadir pada majelis maulid. 


Itulah alasan mengapa kita perlu memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, dan tiga hal yang harus ada dalam pelaksanaan peringatan tersebut. Semoga kita termasuk umat yang selalu meneladani sifat dan perilaku beliau dalam kehidupan sehari-hari.


Syiar Terbaru