• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Syiar

Adab Ziarah Kubur Ketika Lebaran Idul Fitri

Adab Ziarah Kubur Ketika Lebaran Idul Fitri
Adab Ziarah Kubur Ketika Lebaran Idul Fitri (Foto: NU Online)
Adab Ziarah Kubur Ketika Lebaran Idul Fitri (Foto: NU Online)

Bulan suci Ramadhan sudah berlalu, dan umat muslim di seluruh dunia memasuki Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan pada 1 Syawal. Selain shalat Idul Fitri dan berkumpul bersama keluarga, kegiatan ziarah kubur juga menjadi tradisi yang biasa dilakukan saat Lebaran. 


Namun, ziarah kubur bukanlah semata-mata kunjungan untuk bersilaturahim dengan keluarga yang sudah meninggal. Tetapi juga merupakan amalan yang memiliki adab dan aturan tertentu. 


Setiap perbuatan dan aktivitas manusia yang bersifat duniawi seringkali membuat lupa pada akhiratnya. Terlalu sibuk dengan urusan dunia terkadang menjadikan jiwa seseorang kosong dan hampa dari nilai-nilai spiritual. Jiwa yang sejatinya harus lebih mementingkan bekal abadinya menuju akhirat, justru terabaikan oleh dunia yang bersifat sementara.


Pada saat seperti ini, setiap manusia membutuhkan mediator dan sarana yang bisa memberikan peluang bagi jiwanya untuk kembali mengingat akhirat, dan mengesampingkan dunia untuk sementara waktu, agar hatinya bisa lebih dekat dengan Tuhannya. Salah satu rutinitas yang diajarkan dalam Islam untuk menanggulangi hal ini adalah dengan melakukan ziarah, khususnya di hari raya sebagaimana yang sudah menjadi tradisi di Indonesia.   


Ziarah merupakan anjuran dalam Islam. Sebab, dengan berziarah seseorang akan meraih banyak manfaat, yaitu manfaat untuk dirinya dan manfaat untuk orang yang diziarahi.


Manfaat untuk dirinya adalah pahala yang diberikan oleh Allah dengan bacaan-bacaan yang ia baca, dan timbulnya renungan akan akhirat, sehingga bisa meningkatkan semangat takwa kepada-Nya. Sedangkan manfaat untuk orang yang diziarahi adalah mereka bisa diangkat derajatnya, diringankan siksanya, disebabkan bacaan yang dihadiahkan kepada mereka.


Sebagaimana ziarah pada umumnya, ziarah di hari raya idul fitri memiliki etika-etika yang harus dipenuhi oleh orang yang berziarah (az-zair). Etika tersebut harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar manfaat-manfaat di balik adanya ziarah berhasil didapatkan. 


Dilansir dari NU Online, adab ziarah saat Lebaran dijelaskan oleh Syekh Musthafa Al-Khin, Syekh Musthafa Al-Bugha, dan Syekh Ali Asy-Syarbaji dalam kitab karyanya mengatakan terdapat adab-adab atau etika-etika yang harus dilakukan oleh peziarah sebagai berikut: 


1. Mengucapkan salam.

Ketika sudah sampai pada tempat pemakaman, mengucapkan salam dengan mengatakan: 


اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَاحِقُوْنَ


Assalamu’alaikum dâra qaumin mu’minina wa innâ insyaAllahu bikum lâhikuna.   


Artinya: Semoga keselamatan terlimpah untuk kalian penghuni kuburan kaum mukminin, dan sesungguhnya insyaAllah kami akan bertemu kalian.   


2. Membaca Al-Quran

Setelah membaca salam, etika selanjutnya adalah membaca Al-Qur’an untuk dihadiahkan pahalanya kepada orang-orang yang sudah meninggal. Syekh Musthafa Al-Khin, dkk, dalam karyanya mengatakan:


آداب زيارة القبور: إذا دخل الزائر المقبرة، ندب له أن يسلم على الموتى، وليقرأ عندهم ما تيسر من القرآن، فإن الرحمة تنزل حيث يُقرأ القرآن، ثم ليدع لهم عقب القراءة، وليهدِ مثل ثواب تلاوته لأرواحهم، فإن الدعاء مرجو الإِجابة، وإذا استجيب الدعاء استفاد الميت من ثواب القراءة   


Artinya: Termasuk adab-adab ziarah kubur: jika peziarah masuk ke dalam tempat pemakaman, maka disunnahkan baginya untuk mengucapkan salam kepada orang-orang yang sudah meninggal (dengan lafal salam seperti yang sudah tertulis di atas). Kemudian membaca apa yang bisa dibaca dari Al-Qur’an, karena rahmat akan turun ketika dibacakan Al-Qur’an.    


3. Mendoakan.

Selanjutnya  setelah membaca Al-Qur’an,  hendaknya menghadiahkan pahala bacaannya kepada arwah-arwah mereka, karena doa bisa diharapkan diterima oleh Allah, dan jika diterima, maka orang yang meninggal bisa mendapatkan faidah dari pahala bacaan tersebut (Musthafa Al-Khin, dkk, Al-Fiqhul Manhaji ‘ala Mazhabil Imam As-Syafi’i, [Damaskus, Darul Qalam: 1992], juz I, halaman 266).   


Senada dengan pendapat di atas, Kementrian Wakaf dan Urusan Keislaman dalam Al-Mausu’atul Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah mengatakan adab-adab bagi orang yang hendak berziarah adalah dengan mengucapkan salam terlebih dahulu, kemudian memintakan ampunan bagi mereka kepada Allah swt (Kementrian Wakaf dan Urusan Keislaman, Al-Mausu’atul Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah, [Kuwait: Dar As-Shafwah: 1984], juz IV, halaman 41).   


Sedangkan menurut Syekh Ahmad At-Thahthawi (Fathul Ghafur​​​​​, Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], halaman 77-78) dalam salah satu karyanya mengatakan bahwa adab-adab ziarah kubur ada 7 macam: 


Pertama, niat mengobati hati dari cinta dunia untuk kembali mengingat akhirat. Kedua, bertujuan karena Allah semata. Kemudian ketiga, tidak lewat atau duduk di atas kuburan.


Keempat, mengucapkan salam kepada ahli kubur. Kelima, peziarah duduk berhadapan dengan wajah orang yang meninggal (ada di barat kuburan). Keenam, merenung atas orang-orang yang sudah berada dalam kubur. Terakhir, ketujuh, tidak membahas hal-hal dunia ketika ziarah.


Demikian penjelasan tentang adab-adab ziarah di hari raya Idul fitri. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi penyebab diampuninya dosa-dosa dan dosa umat Islam yang mendahului kita semua.


Syiar Terbaru