• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 21 Mei 2024

Syiar

Keutamaan dan Makna Silaturahim saat Lebaran

Keutamaan dan Makna Silaturahim saat Lebaran
Keutamaan dan Makna Silaturahim saat Lebaran (Foto: NU Online)
Keutamaan dan Makna Silaturahim saat Lebaran (Foto: NU Online)

Lebaran atau Idul Fitri selalu diidentikkan dengan momen berkumpulnya keluarga dan kerabat untuk saling bermaafan dan silaturahim. Di tengah kesibukan dan rutinitas sehari-hari, momen ini menjadi kesempatan yang baik untuk mempererat tali persaudaraan. 


Namun, selain sekadar berkumpul dan bermaafan, silaturahim memiliki makna yang lebih dalam dan keutamaan yang luar biasa dalam agama Islam. Silaturahim merupakan salah satu agenda utama di momen Idul Fitri atau Lebaran untuk berkunjung ke keluarga, sanak saudara, tetangga, dan masyarakat dalam tradisi Muslim di Indonesia. 


Bahkan untuk tujuan menyambung tali kasih ini, masyarakat berbondong-bondong pulang kampung atau mudik setiap tahunnya. Selain agenda utama, silaturahim secara syariat juga merupakan amalan utama karena mampu menyambungkan apa-apa yang tadinya putus dalam relasi hablum minannas.


Belum lagi keutamaan dari amalan ini yang di antaranya dapat memperpanjang umur serta melapangkan rezeki.


Dilansir dari NU Online, terkait substansi silaturahim ini, Muhammad Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al-Qur’an: Peran dan Fungsi Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (Mizan, 1999: 317) mengungkapkan Sabda Nabi Muhammad. Rasulullah saw bersabda: 


Laysa al-muwashil bil mukafi’ wa lakin al-muwwashil ‘an tashil man qatha’ak (Hadits Riwayat Bukhari).


Artinya: Bukanlah bersilaturahim orang membalas kunjungan atau pemberian, tetapi yang bersilaturahim adalah yang menyambung apa yang putus (HR Bukhari).


Dari Sabda Nabi Muhammad tersebut, jelas termaktub bahwa silaturahim menyambung apa yang telah putus dalam hubungan hablum minannas. Manusia tidak terlepas dari dosa maupun kesalahan sehingga menyebabkan putusnya hubungan. Di titik inilah silaturahim mempunyai peran penting dalam menyambung kembali apa-apa yang telah putus tersebut. 


Lebaran merupakan momen yang paling tepat jika di hari-hari lain belum mampu menyambungkan apa yang telah putus. Energi kembali ke fitri turut mendorong manusia untuk berlomba-lomba mengembalikan jiwanya pada kesucian. Idul Fitri-lah yang mampu melakukannya. 


Meskipun disadari, silaturahim sesungguhnya tidak terbatas dilakukan ketika Idul Fitri tiba. Manusia tidak mungkin harus menunggu berbulan-bulan hanya untuk meyambungkan apa yang telah putus. Hal ini didasarkan bahwa batas umur manusia tidak ada yang tahu. Tentu manusia akan merugi ketika nyawa tidak lagi dikandung badan namun masih menyimpan salah dan dosa kepada orang lain. 


Quraish Shihab juga menjelaskan arti silaturahim ditinjau dari sisi bahasa. Silaturahim adalah kata majemuk yang terambil dari kata bahasa Arab, shilat dan rahim. Kata shilat berakar dari kata washl yang berarti menyambung dan menghimpun. Ini berarti hanya yang putus dan terserak yang dituju oleh kata shilat itu. 


Sedangkan kata rahim pada mulanya berarti kasih sayang, kemudian berkembang sehingga berarti pula peranakan (kandungan). Arti ini mengandung makna bahwa karena anak yang dikandung selalu mendapatkan curahan kasih sayang. 


Salah satu bukti yang paling konkret tentang silaturahim yang berintikan rasa rahmat dan kasih sayang itu adalah pemberian yang tulus. Sebab itu, kata shilat juga diartikan dengan pemberian atau hadiah.


Demikianlah keutamaan dan makna silaturahim saat lebaran yang sering dilaksanakan oleh kaum Muslimin di Indonesia. Semoga kita terus menjadli tali silaturahim dengan baik oleh sesamanya.
 


Syiar Terbaru