• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Syiar

6 Adab Berpuasa Menurut Imam al-Ghazali

6 Adab Berpuasa Menurut Imam al-Ghazali
Adab Berpuasa Menurut Imam al-Ghazali (Ilustrasi: NU Online)
Adab Berpuasa Menurut Imam al-Ghazali (Ilustrasi: NU Online)

Pada saat menunaikan puasa di bulan Ramadhan ini, ada adab tertentu yang penting diperhatikan. Adab berpuasa itu merupakan ukuran berkualitas atau tidaknya puasa Ramadhan kita, dan tentunya dapat berpengaruh terhadap pahala yang kita terima.


Ibadah puasa tidak hanya memiliki ketentuan hukum yang menentukan sah tidak puasa, tetapi juga memiliki adab tertentu yang menentukan kualitas ibadah ini di hadapan Allah swt. Hal itu sebagaimana disampaikan Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali.


آدَابُ الصِّيَامِ: طَيِّبُ اْلغِذاَءِ، وَتَرْكُ اْلمِرَاءِ، وَمُجَانَبَةُ اْلغِيْبَةِ، وَرَفْضُ اْلكَذِبِ، وَتَرْكُ اْلآذَى ، وَصَوْنُ اْلجَوَارِحِ عَنِ اْلقَبَائِحِ


Artinya: Adab berpuasa yakni mengkonsumsi makanan yang baik, menghindari perselisihan, menjauhi ghibah (menggunjing orang lain), menolak dusta, tidak menyakiti orang lain, menjaga anggota badan dari segala perbuatan buruk.


Pertama, mengkonsumsi makanan yang baik.


Selama berpuasa, khususnya di bulan Ramadhan, makanan yang sebaiknya kita konsumsi adalah makanan yang baik dan halalan thayyiban. Makanan yang baik tidak identik dengan makanan yang lezat atau mahal, tetapi adalah makanan yang baik bagi kesehatan dan tentu saja juga halal secara syar’í.


Banyak makanan yang lezat tetapi justru dapat mengganggu kesehatan. Beberapa makanan yang baik kita konsumsi selama Ramadhan, di samping makanan pokok yaitu nasi, adalah kurma, madu, sayuran, daging, dan ikan. Proses mendapatkan makanan itu juga harus halal secara syarí.


Kedua, menghindari perselisihan.

Orang-orang yang sedang berpuasa dianjurkan untuk menghindari perselisihan atau pertengkaran. Selain dapat mengurangi nilai pahala, juga untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan. Diperlukan kesadaran penuh untuk menahan diri dari emosi yang dapat menjurus pada pertengkaran. Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah yang dirawayatkan oleh Bukhari berikut ini:


وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ


Artinya: Dan jika seseorang mengajak bertengkar atau mencela maka katakanlah, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa (ucapkan hal ini dua kali).” 


Jadi ungkapan “Aku sedang berpuasa” sebagaimana dimaksudkan dalam hadits di atas adalah untuk menyatakan ketidaksanggupan kita untuk berselisih atau bertengkar dengan pihak lain di bulan Ramadhan. 


Ketiga, menjauhi ghibah atau menggunjing orang lain.

Menggunjing orang lain di luar bulan Ramadhan saja tidak baik, apalagi selama puasa di bulan suci ini. Tentu dosanya lebih besar dan dapat menghilangkan pahala berpuasa itu sendiri. Oleh karena itu setiap orang yang berpuasa perlu menyadari hal ini sehingga bisa bersikap hati-hati dalam menjaga lisannya. 


Lisan memang merupakan salah satu organ manusia yang paling banyak mendatangkan dosa apabila kita tidak berhati-hati. Banyak dosa yang diakibatkan ketidakmampuan kita menjaga lisan, seperti menggunjing, memfitnah dan sebagainya. 


Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Al-Bukhari sebagai berikut:


 سَلَامَةُ اْلِإنْسَانِ فِي حِفْظِ الِّلسَانِ


Artinya: Keselamatan manusia bergantung pada kemampuannya menjaga lisan.


Keempat, menolak dusta.

Menolak berkata dusta merupakan hal penting sebab sekali berdusta kita akan cenderung berdusta lagi untuk menutupi dusta sebelumnya. Di saat puasa, kita harus mampu menghindari berkata dusta karena dusta dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala berpuasa. Kita juga harus mampu menahan diri dari melakukan sumpah palsu sebab hal ini juga dapat merusak kualitas ibadah puasa kita.


Sebagaimana hadist Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan oleh At-Thabrani sebagai berikut:


 فَاتَّقُوا شَهْرَ رَمَضَانَ فَإِنَّ الْحَسَنَاتِ تُضَاعَفُ فِيهِ وَكَذَلِكَ السَّيِّئَاتُ


Artinya: Takutlah kalian terhadap bulan Ramadhan karena pada bulan ini, kebaikan dilipatkan sebagaimana dosa juga dilipat-gandakan.


Kelima, tidak menyakiti orang lain.

Menyakiti orang lain baik secara fisik maupun secara verbal merupakan perbuatan tercela. Setiap perbuatan tercela berdampak langsung terhadap kualitas ibadah puasa kita. 


Ibadah puasa yang kita jalani dengan susah payah dengan menahan dahaga dan lapar dari pagi dini hari hingga saat maghrib, akan sia-sia tanpa pahala apabila kita tidak mampu menahan diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat menyakiti orang lain. Menyakiti orang lain merupakan kezaliman dan oleh karenanya merupakan kemaksiatan.   


Keenam, menjaga anggota badan dari segala macam perbuatan buruk.

Di bulan Ramadhan khususnya, hendaklah kita dapat menjaga tangan kita agar tidak kita gunakan untuk maksiat seperti memukul orang lain ataupun mencuri, dan sebagainya. Kaki juga harus kita jaga sebaik mungkin dengan tidak menggunakannya untuk pergi ke tempat-tempat tertentu untuk berbuat maksiat dan sebagainya.


Demikian pula mata dan telinga kita hendaklah selalu kita jaga sebaik-baiknya agar tidak kita gunakan untuk melakukan perbuatan maksiat yang dosanya dilipatkan dalam bulan suci ini. 


Singkatnya, jangan sampai kita berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain haus dan dahaga saja, karena banyak melanggar adab berpuasa sebagaimana dikhawatirkan Rasululllah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad sebagai berikut:   


كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلاَّ اْلجُوْعُ وَاْلعَطَسُ


Artinya: Banyak orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apa pun selain dari pada lapar dan dahaga.


Demikianlah enam adab puasa Ramadhan sebagaimana dilansir dari NU Online. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang dapat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan secara berkualitas sebagaimana tuntunan Rasulullah saw. 


Jangan sampai kita menjadikan puasa Ramadhan sekedar rutinitas formal tahunan, namun hendaknya puasa Ramadhan dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt.


Syiar Terbaru