Yudi Prayoga
Penulis
Aristoteles merupakan seorang filsuf yang paling berpengaruh di dunia sepanjang masa, mungkin sampai nanti dan hingga kiamat. Ia lahir di Stagira, Yunani pada 384 SM dan wafat di Chalcis, Yunani pada 322 SM.
Dari tangannya, ia menulis puluhan buku dalam banyak disiplin ilmu, seperti filsafat, matematika, etika, fisika, metafisika, politik, kedokteran dan lain sebagainya.
Kehidupan Aristoteles sepanjang hari sama dengan penduduk lainnya yang tinggal di Yunani. Sedangkan yang membedakan hanya aktivitas intelektualnya yang semakin kritis dan mendalam.
Di masa tuanya sang filsuf, ada banyak hikmah dan kisah dari kehidupannya. Syamsuddin Muhammad asy-Syahrazuri dalam karyanya yang terkenal, Nuzhah al-Arwah wa Raudlah al-Afrah fi Tarikh al-Hukama wa al-Falasifah, menulis tentang kehidupan akhir filsuf agung Aristoteles:
صار ارسطاطاليس الى التبتل والتخلى عن الاتصال بأمور الملوك واقبل على العناية بمصالح الناس ورفد الضعفآء وتزويج اليتامى والايامى ورفد الملتمسين العلم والتأديب من كانوا واى نوع من الاداب والعلوم طلبوا والصدقات على الفقرآء وإقامة المصالح فى المدن وجدد بناء مدينة اصطاغيرا. (نزهة الارواح وروضة الافراح في تاريخ الحكماء والفلاسفة).
Artinya: Aristoteles pada tahun-tahun terakhir hidupnya, menghindari berhubungan dengan pusat kekuasaan. Hari-harinya dihabiskan untuk memberikan perhatian pada kepentingan masyarakat (kemaslahatan umum), membantu orang-orang lemah, mengawinkan orang-orang yang tak punya orang tua dan mencarikan pasangan untuk para lajang (jomblo), membantu orang-orang yang menuntut ilmu, mengajarkan etika kepada siapa pun dan berbagai macam ilmu pengetahuan, membagi sedekah kepada orang-orang fakir, membangun sarana-sarana yang dibutuhkan masyarakat, dan merenovasi kota Stagira.
Begitu mulianya kehidupan sang filsuf, bukan hanya di masa mudanya saja, tetapi tuanya justru lebih arif dan bijaksana. Dalam Islam, kehidupannya seperti kehidupan para ulama sufi salafus saleh.
Sepanjang hidupnya ia banyak menorehkan kebaikan-kebaikan yang tidak ternilai harganya, jika seandainya dihadiahkan, maka seluruh hadiah di dunia tidak cukup untuk membalas jasanya terhadap pengetahuannya dan pengaruhnya.
Kehidupannya sangat panjang umur, bukan karena jasadnya, karena jasad setelah mati akan sirna, tetapi karya dan kebaikannya selalu abadi hingga kini. Namanya, karyanya, ilmunya dan jiwanya tetap abadi, panjang umur hingga saat ini.
Saking berpengaruhnya di dunia, ulama Islam banyak yang mempelajari filsafatnya dan berbagai disiplin ilmunya, salah satunya Ibnu Rusyd. Dari Ibnu Rusyd inilah pemikiran Aristoteles banyak diakses ke dunia Islam, hingga beliau dijuluki sebagai syarih (pensyarah) karya-karya Aristoteles.
(Yudi Prayoga)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Bulan Safar, Berkah Bagi yang Taat dan Sial Bagi yang Maksiat
2
3 Amalan Sunnah di Bulan Safar, Salah Satunya Perbanyak Doa
3
Khutbah Jumat: Menangkal Mitos Kesialan di Bulan Safar
4
Sasa Chalim: Sekolah Rakyat Wujud Komitmen Negara Hadirkan Pendidikan Berkualitas untuk Semua
5
PAC Fatayat NU Negeri Katon Gelar Konferancab, Siti Soimah Terpilih Jadi Ketua Baru
6
Reses di Natar, Anggota DPRD Lampung Serap Aspirasi Petani Soal Listrik dan Bansos Tak Tepat Sasaran
Terkini
Lihat Semua