• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Opini

Takwa adalah Sasaran Utama dari Ibadah

Takwa adalah Sasaran Utama dari Ibadah
Takwa adalah Sasaran Utama dari Ibadah (Foto: Istimewa)
Takwa adalah Sasaran Utama dari Ibadah (Foto: Istimewa)

Takwa adalah prestasi dari kejuaraan dalam beribadah, sehingga ketika kita selama Ramadhan diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam beribadah. Terutama dalam berpuasa, maka target utamanya adalah taqwallah, yaitu takwa kepada Allah. Karena dengan bertakwa kepada-Nya iman kita akan sempurna. 


Takwa adalah takut kepada Allah yang Maha Kuasa, karena dengan rasa takut tersebut akan menghantarkan kita untuk menggapai ridha-Nya. Sedangkan rasa ujub akan senantiasa memutuskan mata rantai kita untuk menggapai ridha Allah swt, sedangkan iman adalah modal bagi kita dalam beribadah, sehingga dengan iman kita kepada Allah sasaran ibadah kita akan tercapai yaitu lillahita’ala. 


Karena hanya Allah yang wajib disembah dan dimintai pertolongan. Sedangkan selain-Nya adalah makhluk, jika iman kita bukan karena Allah, maka ibadah kita akan disandarkan kemana? Maka Allah memerintahkan puasa di bulan Ramadhan ini kepada orang yang imannya benar. Sehingga orang yang iman ini akan mengimplementasikan atas bentuk keimanannya dalam suatu ibadah yang sangat berat yaitu puasa selama satu bulan penuh. 


Risikonya jika seseorang tidak beriman, tidak akan mampu menjalankan ibadah ini, meskipun ia mengatakan: saya telah beriman kepada Allah, saya telah banyak banyak beribadah, saya telah banyak menolong orang lain. Karena hamba Allah yang beriman tidak akan melepaskan satu tanggungjawab pun atas perintah Allah. 


Hanya dengan modal iman seseorang akan dapat tulus ikhlas dalam menjalankan perintah. Karena dengan iman tersebut ia akan memiliki rasa takut jika melanggar perintah Allah, ia akan takut akan murka Allah, dan ia akan selalu mempertahankan diri dengan penuh keimanan menjalankan perintah, tanpa ada rasa berat sedikitpun. 


Jika seseorang telah tertancap rasa iman pada dirinya, maka ia tidak akan mengharapkan apapun dari Allah Tuhan yang diyakininya kecuali adalah ridha-Nya semata. Sehingga ia ridha atas apa yang diberikan Allah kepadanya walaupun sedikit dari rezeki makanan atau minuman yang ia dapatkan. Karena hakikat ridha itu, bukan berharap atas suatu apapun, kecuali apa yang Allah kehendaki adalah harus ia terima. 


Dengan cara seperti inilah seorang hamba yang beriman akan ringan menjalankan perintah dalam beribadah, seperti ringannya mengangkat batu, karena sejatinya batu adalah berat, tapi ia terasa ringan karena yang dilakukannya benar-benar terfokus pada ridha Allah semata. 


Sehingga ia sadar bahwa hidup itu tak akan selamanya, melainkan ada suatu titik lain yang hendak ia gapai yaitu rihlah, berpindahnya dari alam duniawi yang fana ini menuju alam ukhrawi yang kekal abadi selamanya. Jika hal ini disadari oleh setiap insan yang beriman, maka tidak ada satupun hamba yang mengelak atas perintah Allah, karena kelalaiannya adalah murka-Nya, dan murka Allah adalah ancaman bagi hamba. Wallahua’lam.


Agus Hermanto, Wakil Ketua Lakpesdam PCNU Bandar Lampung


Opini Terbaru