Khutbah

Khutbah Jumat: Semua Rezeki Makhluk Sudah Dijamin oleh Allah swt

Rabu, 25 September 2024 | 08:00 WIB

Khutbah Jumat: Semua Rezeki Makhluk Sudah Dijamin oleh Allah swt

Ilustrasi mencari rezeki. (Foto: NU Online)

Rezeki merupakan salah satu hal yang sudah dijamin oleh Allah swt bagi setiap makhluk-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: :Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya” (QS Hud: 6).


Ini menunjukkan bahwa setiap makhluk, termasuk manusia, telah ditetapkan rezekinya oleh Allah. Namun, meskipun rezeki telah dijamin, usaha dan ikhtiar untuk mencari rezeki yang halal tetap menjadi kewajiban kita.


Khutbah I


الحَمْدُ لِلّٰهِ مُكَوِّنِ الْأَكْوَانِ، الْمَوْجُوْدِ أَزَلًا وَّأَبَدًا بِلَا مَكَانٍ، الْمُنَزَّهِ عَنِ الشَّكْلِ وَالْأَعْضَاءِ وَالْأَرْكَانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِصِدْقٍ وَإِحْسَانٍ، أَشْهَدُ أنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَزَّهُ عَنِ الْأَيْنِ وَالزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللهِ الَّذِي كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ  أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ (هود: ٦)


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah Jumat sekalian untuk memuji Allah swt dan bershalawat kepada Rasulullah saw, serta senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt.  


Semoga dengan ketakwaan tersebut, kita diberikan solusi pada masalah yang sedang dihadapi. Dengan ketakwaan, semoga kita juga dilimpahi rezeki yang tidak kita sangka-sangka. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat At-Talaq Ayat 2 dan 3:


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ 


Artinya: Siapa pun yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya (QS At-Talaq: 2-3). 


Hadirin rahimakumullah,

Dilihat dari Kitab Mukhtar ash-Shihah, bahwa rezeki berasal dari bahasa Arab: rizqun, yang artinya ma yuntafa‘u bihi, yakni sesuatu yang digunakan dan diambil manfaatnya. 


Sedangkan dalam Syarh al-‘Aqa’id, at-Taftazani menjelaskan rezeki adalah nama bagi sesuatu yang diberikan oleh Allah kepada hayawan (manusia dan selain manusia, seperti jin dan binatang) lalu ia gunakan dan ambil manfaatnya, baik halal maupun haram. 


Dari pengertian di atas kita bisa memahami, yang namanya rezeki adalah segala sesuatu yang telah dinikmati kemanfaatanya, seperti mendapat uang dan telah kita belanjakan serta dinikmati. 


Contohnya, jika pagi hari kita mendapatkan uang dan siangnya hilang, berarti belum rezekinya. Atau ketika kita memasak makanan dan tidak jadi memakannya, berarti itu juga belum rezekinya. Seorang penyair Arab berkata:


قَدْ يَجْمَعُ الْمَالَ غَيْرُ آكِلِهِ * وَيَأْكُلُ الْمَالَ غَيْرُ مَنْ جَمَعَا


Artinya: Terkadang harta dihimpun oleh selain pemakannya. Dan terkadang harta dimakan oleh yang bukan penghimpunnya. 


Hadirin rahimakumullah,

Rezeki merupakan kenikmatan bagi kita semua. Jika rezekinya halal berarti itu anugerah bagi kita, dan jika rezekinya haram berarti itu siksa bagi kita. Hal ini sebagaimana perkataan Sayyidina Ali yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman:


الدُّنْيَا حَلَالُهَا حِسَابٌ وَحَرَامُهَا عِقَابٌ


Artinya: Dunia ini halalnya adalah hisab dan haramnya adalah siksa. 


Dari perkataan di atas, harta di dunia ini, yang halal saja akan dihisab, apalagi yang haram, jelas hisabnya dan jelas pula siksanya. 


Hadirin rahimakumullah,

Kita semua merupakan hamba Allah swt, diciptakan oleh-Nya dan dijamin rezekinya juga oleh-Nya. Maka ada istilah, tidak mungkin Allah menciptakan makhluk kecuali Allah juga akan mencukupkan rezekinya. 


Hal ini sebagaimana tercantum dalam firman-Nya surat Hud ayat 6:


وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ (هود: ٦)


Artinya: Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh) (QS Hud: 6).   


Mendalami ayat di atas, kita juga bisa melihat, bagaimana Imam Syafi’i sangat tenang hatinya, dan santai menyikapi rezeki yang diberikan oleh Allah swt. Ia berkata:


عَلِمْتُ أَنَّ رِزْقِي لَا يَأْكُلُهُ غَيْرِي فَاطْمَأَنَّ بَالِي


Artinya: Aku mengetahui bahwa rezekiku tidak akan dimakan orang lain, maka menjadi tenanglah hatiku.  


Hadirin rahimakumullah,

Rezeki seseorang hamba sudah ada jatahnya masing-masing dari Allah swt, karena segala sesuatu yang telah terukur tidak akan tertukar. Rezeki kita tidak akan tertukar dengan saudara kita dan kita hanya cukup menerima dan mensyukurinya. Selain itu, kita juga diwajibkan untuk menghindari memperoleh rezeki dengan cara yang haram.


Rasulullah saw bersabda dalam haditsnya yang diriwayakan oleh Imam Hakim dan Imam Baihaqi bahwa:


إِنَّ رُوْحَ الْقُدْسِ نَفَثَ فِي رُوْعِيْ أَنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ (رواه الحاكم والبيهقي وأورده القضاعي في مسند الشهاب بلفظه)


Artinya: Sesungguhnya Jibril menyampaikan wahyu ke hatiku bahwa seseorang tidak akan mati sehingga menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik (HR al-Hakim, al-Baihaqi, dan disebutkan oleh al-Qudha’i dalam Musnad asy Syihab dengan lafaznya).   


Hadirin rahimakumullah,

Demikian khutbah yang singkat ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, baik yang mendengarkan maupun yang membacanya. Semoga kita semua selalu diberikan petunjuk oleh Allah swt, sehingga kita selalu mencari dan memperoleh rezeki yang halal. Selain itu juga semoga rezeki yang telah kita peroleh, kita terima dengan ikhlas dan dengan rasa syukur. Aamin ya rabbal alamin.


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ  عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Yudi Prayoga, Pengajar di Pondok Pesantren Al Hikmah Kedaton Bandar Lampung