Kriteria Memilih Sahabat, Berikut Lima Pandangan Imam Ghazali
Selasa, 30 Juli 2024 | 12:10 WIB
Yudi Prayoga
Penulis
Masyarakat dunia merayakan Hari Persahabatan Internasional atau International Friendship Day setiap tanggal 30 Juli. Perayaan ini, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diadakan untuk menghadapi krisis sosial seperti kemiskinan, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia di antara penduduk dunia.
Dalam mencegah krisis tersebut, PBB mengajak untuk solidaritas kemanusiaan, yakni membangun persahabatan di antara warga negara di dunia. Karena, persahabatan dianggap bisa menjadikan warga dunia lebih berenergi, tidak berkonflik, dan terlindungi dari berbagai potensi krisis sosial.
Persahabatan merupakan perbuatan yang sangat mulia, baik dari sisi agama, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Maka sudah sepantasnya kampanye persahabatan selalu disosialisasikan secara menyeluruh.
Agama Islam, merupakan agama yang mengatur segalannya, salah satunya tentang persahabatan. Islam selalu mengajarkan untuk membangun persahabatan yang baik dan tidak merugikan siapapun. Dilansir dari NU Online, 14 abad yang lalu, Rasulullah saw mengingatkan kita dalam perkataanya agar hati-hati dalam mencari sahabat sejati:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
Artinya: Rasulullah saw bersabda, seseorang bisa dilihat dari keberagamaan sahabatnya. Hendaklah setiap kamu memerhatikan bagaimana sahabatmu beragama.
Imam Al-Ghazali dalam Kitab Bidayatul Hidayah menyebutkan sedikitnya lima hal yang perlu diperhatikan dalam mencari sahabat.
Baca Juga
Hukum Permainan Catur dalam Islam
Pertama, akal.
فإذا طلبت رفيقا ليكون شريكك في التعلم، وصاحبك في أمر دينك ودنيا فراع فيه خمس خصال: الأولى: العقل: فلا خير في صحبة الأحمق، فإلى الوحشة والقطيعة يرجع آخرها، وأحسن أحواله أن يضرك وهو يريد أن ينفعك، والعدو العاقل خير من الصديق الأحمق
Artinya: Bila kau ingin mencari sahabat yang menemanimu dalam belajar, atau mencari sahabat dalam urusan agama dan dunia, maka perhatikanlah lima hal ini. Pertama, akalnya. Tiada mengandung kebaikan persahabatan dengan orang dungu. Biasanya berakhir dengan keengganan dan perpisahan. Perilaku terbaiknya menyebabkan kemudaratan untukmu, padahal dengan perilakunya dia bermaksud agar dirinya berarti untukmu. Peribahasa mengatakan, ‘Musuh yang cerdik lebih baik daripada sahabat yang dungu,’ (Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 90).
Imam Al-Ghazali menempatkan akal pada urutan pertama. Pasalnya, sahabat yang bodoh atau dungu lebih banyak mencelakai kita karena kebodohannya meskipun ia bermaksud baik.
Kedua, akhlak terpuji.
الثانية: حسن الخلق: فلا تصحب من ساء خلقه، وهو الذي لا يملك نفسه عند الغضب والشهوة
Artinya: Kedua, akhlak yang baik. Jangan bersahabat dengan orang yang berakhlak buruk, yaitu orang yang tidak sanggup menguasai diri ketika sedang marah atau berkeinginan (Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 90-91).
Akhlak bukan hanya dilihat dalam situasi normal. Akhlak seseorang lebih jauh dari itu juga perlu diperhatikan dalam situasi marah atau syahwat. Kalau dalam situasi marah atau syahwat seseorang dapat mengendalikan diri, dalam situasi normal ia lebih berkuasa atas dirinya sehinga sanggup mengedepankan akhlak terpuji.
Ketiga, kesalehan:
الثالثة: الصلاح: فلا تصحب فاسقا مصرا على معصية كبيرة، لأن من يخاف الله لا يصر على كبيرة، ومن لا يخاف الله لا تؤمن غوائله، بل يتغير بتغير الأحوال والأعراض،
Artinya: Kesalehan. Jangan bersahabat dengan orang fasik yang terus menerus melakukan dosa besar karena orang yang takut kepada Allah takkan terus menerus berbuat dosa besar. Orang yang tidak takut kepada Allah tidak bisa dipercaya perihal kejahatannya. Ia dapat berubah seketika seiring perubahan situasi dan kondisi (Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 91).
Imam Al-Ghazali tidak menyebut kesalehan dengan kegemaran beribadah. Kesalehan di sini adalah seberapa jauh orang yang patut dijadikan sahabat menjauhkan diri dari dosa besar. Seseorang yang terus menerus melakukan dosa besar menunjukkan ketidakakutannya kepada Allah.
Orang ini cukup berbahaya untuk dijadikan sebagai sahabat karena tidak ada jaminan yang membuat kita selamat dari kejahatannya. Allah swt berpesan kepada Rasululah saw dalam Surat Al-Kahfi ayat 28 berikut ini:
وَلا تُطِع مَن أَغفَلنا قَلبَهُ عَن ذِكرِنا وَاتَبَعَ هَواهُ وَكانَ أَمرُه فُرُطا
Artinya: Jangan kau ikuti orang yang Kami lalaikan hatinya untuk mengingat Kami dan orang yang mengikuti hawa nafsu dan adalah keadaannya itu melewati batas.
Keempat, tingkat keserakahan terhadap dunia.
الرابعة: ألا يكون حريصا على الدنيا: فصحبة الحريص على الدنيا سم قاتل؛ لأن الطباع مجبولة على التشبه والاقتداء، بل الطبع يسرق من الطبع من حيث لا يدري فمجالسة الحريص تزيد في حرصك، ومجالسة الزاهد تزيد في زهدك
Artinya: Keempat, jangan cari sahabat yang gila dunia. Persahabatan dengan orang yang gila dunia (serakah) adalah racun mematikan karena watak tabiat itu meniru dan meneladani. Bahkan tabiat itu mencuri tabiat orang lain dari jalan yang tidak disadari. Pergaulan dengan orang serakah dapat menambah keserakahanmu. Sementara persahabatan dengan orang zuhud dapat menambah kezuhudanmu (Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 92).
Persahabatan dengan orang yang rakus dan serakah terhadap dunia dikhawatirkan dapat berpengaruh kepada sahabat. Sebaliknya, kezuhudan orang di sekitar kita diharapkan menular kepada kita. Di sini pentingnya memerhatikan tingkat kezuhudan atau keserakahan seseorang terhadap dunia.
Kelima, kejujuran.
الخامسة: الصدق: فلا تصحب كذابا، فإنك منه على غرور، فإنه مثل السراب، يقرب منك البعيد، ويبعد منك القريب.
Artinya: Kelima, jujur. Jangan bersahabat dengan pendusta. Kau dapat tertipu olehnya. Pendusta itu seperti fatamorgana, dapat mendekatkan sesuatu yang jauh dan menjauhkan yang dekat darimu (Imam Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah, [Indonesia: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, tanpa catatan tahun], halaman 92).
Kejujuran ini sangat penting karena ia akan memberikan informasi atau kabar yang valid dan akurat kepada kita. Setidaknya, ia membawa kabar apa adanya, bukan interpretasi atau tafsirnya atas informasi tersebut.
Lima kriteria ini merupakan acuan bagi kita untuk mencari sahabat sejati. Memang tidak mudah untuk mendapat orang sempurna seperti ini. Tetapi setidaknya kita dapat mencari seseorang yang mendekati kriteria tersebut.
Sahabat yang baik akan menjadikan diri kita baik juga, karena kebaikan salah satunya ditentukan oleh lingkungan. Sahabat juga merupakan bagian dari lingkungan di kehidupan kita. Sebagaimana pesan dari Rasulullah saw dan para pewarisnya, agar kita selalu mencari sahabat yang baik dan saleh, bukan hanya bermanfaat di dunia, tetapi juga bermanfaat hingga ke akhirat.
Terpopuler
1
Yuk Infak dan Menjadi Bagian Pengadaan Ambulans Ke-7 NU Peduli Pringsewu 2025
2
Khutbah Jumat: Ilmu dan Adab Lebih Tinggi daripada Nasab
3
3 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Membangun Masjid
4
KBNU Sidomulyo Gelar Donor Darah, Perkuat Kepedulian Sosial di Lampung Selatan
5
Gaji dan TPP ke-13 ASN Lampung Mulai Dicairkan, Total Rp118,7 Miliar
6
Khutbah Jumat: Bijak dalam Bermedia Sosial
Terkini
Lihat Semua