Warta

Ketua PCNU Pringsewu: Idul Adha Momentum Mengganti Aku Menjadi Kita

Kamis, 5 Juni 2025 | 20:58 WIB

Ketua PCNU Pringsewu: Idul Adha Momentum Mengganti Aku Menjadi Kita

Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, H Muhammad Faizin. (Foto: Istimewa)

Pringsewu, NU Online Lampung 

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pringsewu, H Muhammad Faizin, mengajak umat Islam, khususnya Nahdliyin, untuk menjadikan Idul Adha sebagai momentum menyingkirkan sifat keakuan dan ego pribadi, demi membangun semangat kekitaan dan kebersamaan dalam kehidupan sosial.

 

Menurutnya, Idul Adha bukan sekadar perayaan penyembelihan hewan kurban, melainkan kesempatan untuk merefleksikan dan menyembelih ego, kesombongan, serta sifat merasa paling benar yang bisa merusak tatanan hidup bersama.

 

"Idul Adha bukan hanya soal menyembelih hewan. Yang lebih utama adalah menyembelih sifat keakuan, kesombongan, dan nafsu pribadi yang menjauhkan kita dari Allah dan dari persaudaraan sesama manusia," ujarnya pada malam jelang Idul Adha, Kamis (5/6/2025).

 

Ia menambahkan bahwa pengorbanan yang dicontohkan Nabi Ibrahim as dan Ismail as adalah pelajaran spiritual besar tentang ketaatan, keikhlasan, dan kepasrahan total kepada kehendak Allah. 

 

Semangat itu, lanjutnya, harus diterjemahkan dalam konteks kekinian—yakni membangun sikap rendah hati, peduli, dan saling melayani.

 

"Zaman ini kita harus menyembelih ego dan sifat individualistik kita yang justru sering jadi penghalang dalam membangun masyarakat yang harmonis," tegasnya.

 

Ia menegaskan pentingnya kepekaan sosial sebagai salah satu pesan utama dari Idul Adha. Ia menyebut bahwa membagikan daging kurban kepada masyarakat yang membutuhkan merupakan simbol konkret dari rasa empati dan solidaritas sosial.

 

"Ini adalah waktu untuk menumbuhkan kembali semangat kekitaan. Bahwa hidup ini bukan hanya tentang aku dan milikku, tapi tentang kita dan kebersamaan. Kurban adalah ibadah sosial yang mengajarkan kita untuk peduli, berbagi, dan saling menguatkan," jelasnya.

 

Ia mengajak mengajak masyarakat Pringsewu untuk menjadikan Idul Adha sebagai titik balik menuju perubahan diri. 

 

"Mari singkirkan keakuan dan perkuat kekitaan. Kita butuh lebih banyak hati yang ikhlas, tangan yang ringan membantu, dan jiwa-jiwa yang rendah hati," pungkasnya.

 

Perkuat Hubungan dalam Keluarga 
Hari Raya Idul Adha bukan sekadar perayaan keagamaan tahunan, melainkan momentum spiritual yang kaya akan nilai pendidikan, terutama dalam konteks keluarga. 

 

Di balik gema takbir dan lantunan doa, tersimpan pelajaran mendalam tentang keikhlasan, kepedulian, serta tanggung jawab yang dapat ditanamkan dalam kehidupan keluarga sehari-hari.

 

Selain itu ia juga menyebut bahwa ibadah kurban adalah sarana membentuk karakter generasi yang peduli terhadap sesama. Mengajak anak terlibat langsung dalam proses pembelian hewan kurban, menyaksikan penyembelihan (dalam batas yang sesuai usia), dan mendistribusikan daging kurban kepada yang membutuhkan akan menumbuhkan empati dan kesadaran sosial.

 

"Orang tua memiliki peran besar dalam menanamkan bahwa kurban bukan soal kemampuan materi semata, melainkan bentuk ketaatan kepada Allah dan kepedulian terhadap orang lain. Nilai ini menjadi dasar penting dalam pendidikan karakter anak," katanya

 

Idul Adha juga, lanjutnya menjadi momen berkumpulnya keluarga. Di tengah kesibukan dunia modern, silaturahim menjadi sarana untuk mempererat ikatan dan membangun kehangatan emosional. Dalam suasana penuh berkah ini, orang tua dapat menyisipkan nasihat-nasihat keagamaan secara santai namun bermakna.

 

"Idul Adha adalah momen strategis dalam pendidikan keluarga. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kisah Nabi Ibrahim dan praktik kurban dapat dijadikan pijakan untuk membentuk pribadi anak yang bertakwa, ikhlas, tangguh, dan peduli," katanya.

 

"Orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di rumah memiliki peran vital dalam menghidupkan semangat Idul Adha menjadi pendidikan yang membekas sepanjang hayat," pungkasnya.