Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya

Literasi

Songsong Seabad NU : Dinamika dan Tantangannya

Buku Masa Depan NU Dinamika dan Tantangannya

Ada banyak tantangan yang mesti dihadapi Nahdlatul Ulama di usianya yang sudah mendekati seratus tahun. Harus disadari, tantangan pada masa-masa mendatang adalah banyaknya gempuran  kapitalisasi, kolonisasi, dan liberalisasi, yang semuanya adalah imbas tak terelakkan dari pasar bebas dan globalisasi.

 

Usia ke-100 NU akan tiba pada tahun 2026 (dalam hitungan kalender masehi). Hal apakah yang sudah disiapkan? Atau, jika tidak demikian, adakah sedikit kesanggupan yang dimiliki NU guna menghadapi semuanya itu? 

 

Jika melihat sedari dulu NU banyak mengalami kekecewaan –mungkin juga kekalahan– seperti peralihan dari organisasi kemasyarakatan ke partai politik bersama Masyumi dan PPP, hingga berakhir pada kembalinya NU ke khittah, yaitu menjadi organisasi kemasyarakatan. 

 

Maka dengan keadaan NU yang sedemikian, dan juga dengan begitu derasnya gempuran globalisasi dan pasar bebas, tidakkah NU mempunyai kerangka besar untuk jangka panjang? Pertanyaan ini dan berbagai persoalan lainnya mampu dipaparkan Nur Khalik Ridwan dengan sangat baik dalam buku ini.   

        

Aktivis muda NU Yogyakarta, kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur ini, menjabarkan bukunya dalam 7 bab yaitu:  Bab 1 Mukadimah: Menjelang Seabad Masyarakat NU, Bab 2 Masyarakat NU: Posisi Sosial, Hierarki Internal, dan Basis Tindakan, Bab 3 Neoliberalisme di Dunia: Gelegar Tantangan Menjelang Seabad NU (1), Bab 4 Neoliberal di Indonesia: Gelegar Tantangan Menjelang seabad NU (2). 

 

Selanjutnya, Bab 5 Masyarakat NU dan Neoliberal : Negosiasi–negosiasi yang Tidak Jelas, Bab 6 Menjelang Seabad NU: Respon yang Perlu di Pertimbangkan atas Neoliberal, dan Bab 7 Untuk Generasi Mendatang: Bergerak dan Perlu Bergerak Lagi. 

 

Pada bab pertama  penulis ingin urun rembug menyongsong seabad NU berkaitan dengan globalisasi neoliberal, menjelaskan masalah dasar apa sebenarnya neoliberal itu, bagaimana neoliberal bekerja, bagaimana ia diadopsi oleh negara, dan apa dampak dari kebijakan neoliberal terhadap negara di mana NU sebagai salah satu warganya. 


Baca Juga:
Dari Bedah Buku Sejarah NU Lampung : Ada Enam Cabang NU yang Pertama Berdiri di Lampung

 

Kemudian posisi-posisi masyarakat NU yang kini sedang dimainkan dalam hubungannya dengan neoliberal, modal-modal sosial yang dimiliki dan hambatan apa yang menghadang masyarakat NU untuk merespon neoliberal, dan kerangka besar serta langkah taktis apa yang perlu diperjuangkan masyarakat NU menjelang usianya yang seabad. Sementara pada saat yang sama menghadapi globalisasi neoliberal yang luar biasanya canggih dan ganasnya. 

 

Pada bab kedua, dijabarkan bahwa memahami basis dasar Aswaja versi NU ini penting sekali untuk dapat melihat bagaimana karakter masyarakat NU bersikap, termasuk hierarki masyarakat NU sendiri. Ketika berhadapan dengan fenomena liberal, apakah dasar-dasar seperti ini cukup baik digunakan untuk menghadapi dan merespons neo liberal oleh semua pilar masyarakat NU dan  apakah NU akan bisa meresepons dengan sangat kreatif ataukah akan pasif, penting sekali untuk dijawab. 

 

Bab ketiga, menjelaskan neoliberal dan pilar-pilarnya yang menjadi tren dunia sekarang. Dalam kajian-kajian tentang imperial global, banyak disebutkan bahwa neoliberal adalah perkembangan paling mutakhir dari ideologi kapitalisme, yang memiliki mahaguru-mahaguru dan jaringan-jaringan penyebarannya.

 

Bab  keempat, penulis memaparkan bahwa neoliberal telah menancapkan kukunya yang tajam di Indonesia dan mencacah-cacahnya hingga berkeping. Penggerak awal neoliberal ini, meminjam istilah David Ransom, adalah mafia berkeley, yang kemudian meletakkan dua pondasi besar neoliberal, menggantungkan Indonesia ke negara-negara maju melalui skema hutang luar negeri (HLN) serta penguasaan asing dalam bentuk penanaman modal. 

 

Pada bab kelima,  diuraikan, di usianya yang hampir seabad, harusnya NU semakin dewasa untuk bisa melakukan desain-desain kreatif atas nama generasi mendatang untuk 10, 20 dan 50 tahun ke depan. Kalau respons NU selalu dan hanya mengulang gaya reaktif dan pasif seperti selama ini, penulis mengatakan kepada generasi-generasi NU mendatang : "Menjadi NU sama dengan kalah, miskin, dan kumuh."

 

Nasib Syarikat Islam yang dulu besar tetapi kemudian menjadi berantakan perlu di refleksikan oleh masyarakat NU. Sementara, jelas bahwa selain invansi neoliberal ini, masyarakat NU juga menghadapi invansi kalangan Islam seperti PKS, HTI, dan sejenisnya, yang sudah hebat ke jantung-jantung Nahdliyin. 

 

Pada bab kelima, penulis memaparkan banyak yang harus menjadi keprihatinan serius, bahkan merumuskan desain masyarakat NU pada 20 dan 50 tahun lagi karena terancam tidak munculnya pilar-pilar elit masyarakat NU yang berimajinasi ke depan. Padahal, jelas bahwa zaman neoliberal yang canggih dan imperialistis, bagi masyarakat NU membutuhkan respons-respons imajinatif ke depan, aktif-kreatif dan militansi tinggi yang membutuhkan generasi-generasi baru yang canggih. 


Baca Juga:
Diskusi Buku Sejarah dan Pertumbuhan NU di Lampung, Awali Kuliah Ramadhan Klasika

 

Kemudian pada bab ketujuh, buku ini memaparkan bahwa Mendesain NU ke depan berarti upaya serius untuk menemukan kerangka besar menghadapi neoliberal ini, langkah taktis yang perlu dilakukan, dan kerja praksis yang harus ditancapkan.

 

Masalahnya, hal ini mengantarkan pada ujung, siapa yang bisa diharapkan menguraikan masalah-masalah yang kompleks ini, yaitu memandu, mencari jalan keluar, dan memikirkan masa depan masyarakat NU secara serius di tengah zaman neoliberal yang ganas dan canggih, serta di tengah mendesaknya kebutuhan mobilitas sosial masyarakat NU sendiri. 


Baca Juga:
Mantan Terpidana dalam Pilkada : Dilema Antara HAM dan Pemerintahan Bersih

 

Masalah ini, sekali lagi, tentu saja harus dilihat dari beberapa pilar masyarakat NU sendiri; NU sebagai struktur, elite muda NU, basis massa bawah NU, dan partai-partai berbasiskan masyarakat Nahdliyin.

 

Membaca  buku ini ada kalanya pembaca tersentak, berkerut dahi sekaligus tersenyum optimis menyongsong seabad NU (baik kalender hijriyah atau masehi). Buku ini sangat penting untuk memperkaya referensi bagi para santri, mahasiswa, para aktivis muda NU, lebih-lebih dibaca oleh semua lapisan warga NU dan pengurus NU, termasum lembaga dan Badan Otonom  di semua tingkatan. 

 

Identitas Buku

Judul      : Masa Depan NU Dinamika dan Tantangannya                                 

Penulis   : Nur Khalik Ridwan     

Penerbit : IRCiSoD, Bantul, Jogjakarta  

Tahun Terbit : Januari, 2019

Tebal       : 220 Halaman 

Nomor ISBN : 978-602-7696-72-3

Peresensi : Akhmad Syarief Kurniawan, warga NU, tinggal di Kabupaten Lampung Tengah. 

Akhmad Syarief Kurniawan
Editor: Ila Fadilasari

Artikel Terkait